Dua minggu kemudian.
Langit ke ruang administrasi untuk membayar biaya rumah sakit ibunya.
“Berapa, Mbak?” tanya Langit kepada petugas administrasi.
“Atas nama Ibu Jingga? Operasi Transplatasi ginjal, benar?” tanya Petugas tersebut.
“Iya, benar,” jawab Langit.
“Hari ini sudah di perbolehkan keluar dari rumah sakit?” tanya Petugas itu lagi.
“Iya, karena keadaan ibu saya sudah membaik, hanya tinggal Control saja setiap 4 hari sekali,” jawab Langit.
“Baik, jadi total biaya perawatan dan kamar rawat inapnya adalah 40 juta,” ucap Petugas tersebut, seraya menyerahkan struk pembayaran kepada Langit.
“Kenapa mahal sekali?” tanya Langit.
“Karena Ibu Anda berada di ruang rawat kelas 1, Mas. Jadi memang biayanya mahal,” jawab Petugas tersebut.
Langit menelan ludahnya dengan kasar, dan ia menjadi bingung karena uang yang ia miliki hanya setengahnya saja.
“Mbak, saya hanya membayar separuhnya dulu bagaimana?” tanya Langit.
“Boleh, tapi Ibu Anda belum diizinkan pulang jika Anda belum melunasi biaya perawatannya,” jawab Petugas tersebut.
“Oh, begitu ya. Jadi, saya bayar separuhnya saja dulu, sisanya akan saya lunasi besok,” ucap Langit dengan berat hati.
*
*
Langit melangkah gontai menuju taman rumah sakit. Ia akan meminjam uang ke teman-temannya. Langit mengeluarkan ponselnya dan menghubungi satu persatu temannya.
Namun tidak ada satu pun yang meminjamkannya. “Aku harus bagaimana?” batin Langit, mengacak rambutnya dengan kasar.
Tiba-tiba dalam benaknya terlintas nama Satria.
“Tidak, aku tidak boleh masuk ke dunia itu,” ucap Langit sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Kemudian ia beranjak dari duduknya, menuju ruang rawat ibunya.
“Kakak, kami sudah siap,” ucap Bulan yang sudah menenteng tas di tangan, dan tersenyum lebar ke arahnya. Ibunya juga sudah duduk di kursi roda, bersiap untuk pulang.
“Emh ... maaf, sepertinya Ibu harus berada di rumah sakit ini satu malam lagi,” ucap Langit dengan berat hati. Ia juga merasa sedih dan merasa bersalah dalam hal ini.
“Loh, kenapa, Lang? Bukankah Dokter mengatakan jika Ibu boleh pulang hari ini?” tanya Ibu Jingga dengan nada lirih.
“Itu ... Dokter yang mengatakannya tadi kepadaku saat bertemu di luar.” Bohong Langit.
“Yah, padahal kita sudah senang ingin segera keluar dari ruangan yang sumpek ini,” ucap Bulan dengan nada sedih.
“Tidak apa-apa, ini ‘kan demi kesehatan Ibu,” jawab Ibunya.
“Huh!” Bulan mendengus kesal, lalu menghempaskan dirinya di sofa.
Maafkan aku, batin Langit.
*
*
“Hari ini adalah ulang tahunku. Jadi aku ingin party sampai pagi,” rengek Jeesany kepada kedua orang tuanya.
“Sany, kamu tidak ingin merayakan hari spesialmu ini dengan keluarga besar kita?” tanya Sean kepada putrinya.
“Tidak! Aku tidak mau!” jawab Jeesany cepat, lalu beranjak dari ruang makan dengan perasaan kesal.
“Sany kamu belum makan, kenapa pergi?” seru Irene kepada putrinya.
“Aku malas makan!” jawab Jeesany sedikit berteriak.
“Kenapa sifatnya sangat mirip denganmu sih?!” Irene menatap sebal suaminya.
“Hei, kenapa aku yang di salahkan?” Sean tidak terima dengan ucapan istrinya.
“Kamu ingat dulu. Kamu adalah tukang celup, keluar masuk club malam, dan tidak mau tinggal di rumah utama,” ucap Irene, mengingarkan masa lalu suaminya yang kelam.
“Sayang, jangan pernah ungkit lagi kesalahanku di masa lalu,” jawab Sean.
“Aku bukannya mengungkit, tapi putrimu sepertinya mendapatkan karma dari perbuatanmu di masa lalu! Ya, Tuhan, semoga saja dia bisa menjaga dirinya,” ucap Irene sembari memijat pelipisnya.
***
Jangan lupa, like, komentar, gift dan kasih vote, terima kasih❤❤🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Zerazat
kasihan sekali langit jangan di bikin terjerumus dengan tante tante girang dong thor,padahal pernah baca kalau langit itu anak orang kaya,saking banyak nya novel yang ku baca 🤭
2024-04-19
0
LizhayaGARR
pinjem kartu bpjs q aja lang, gih, nope mu brp🤣🤣
2023-08-15
1
Mam Zulfan
judul kisah irene sama sean apa ya?
2023-08-10
0