Pagi harinya, mereka membereskan sisa barang yang belum sepenuhnya selesai saat dikerjakan pada malam hari. Selepas usai, mereka langsung hengkang dari kontrakan tersebut. Mereka pergi berjalan kaki lantaran motor butut yang mereka miliki sudah dirampas oleh sekelompok preman yang datang semalam.
Ketika mereka berjalan cukup jauh dari tempat tinggalnya, bayi itu menangis.
Oaak ... Oak ... Oak ...
"Aiissh! berisik Nihan bayi itu, nangis terus! Penging rasa kupingku dia buat, Haeh!" Ferdi mengutarakan rasa kesalnya.
"Ya namanya juga bayi Fer, pasti banyak menangis lah, apalagi dia dari kita temukan semalam belum minum susu. Eh Fer, kau ada duit tak? beliin susu buat bayi ini sih ..." Pinta Ika sembari menimang-nimang bayi itu.
"Ush ... Ush ... Sayang, Jangan menangis, Ush ... Ush, Ush"
"Kagak ada! lagian kalo buat ngasih susu ke itu bocah, jangan ngarep kau!" jawabnya sengit seraya meliriknya tajam.
Mendengar jawaban Ferdi seperti itu, Ika lekas merogoh seluruh kantong celananya sendiri untuk mencari sisa uang. "Aha, akhirnya nemu juga" ucap-nya senang ketika mendapati uang recehan didalam saku-nya.
"Kau tunggu disini bentar ya Fer" Pamit-nya sembari melangkah menuju ke sebuah warung kopi terdekat.
Setelah sampai, "Bu, pesan susu sacset seduh ya pake air anget aja, soalnya mau langsung di minum" Pinta-nya kepada penjual di warung tersebut.
"Iya Neng, tunggu sebentar ya ..." jawab ibu warung lekas membuatkan pesanannya.
Selepas usai, kembali kepada Ferdi yang kini sedang menunggunya dibawah pohon rindang tak jauh dari warung kopi tersebut.
"Beli apa sih kau?" Tanya Ferdi nampak kesal.
"Ini ... aku beli susu buat ni bayi." Jawab Ika lekas memberikan susu tersebut kepada sang bayi.
"Oh ... jadi sekarang kau lebih mementingkan bayi itu daripada aku hah? aku aja belum makan dari pagi!" lanjut Ferdi.
"Astaga, keadaan begini kau masih saja bawel sih Fer! Kau kan sudah dewasa, masalah makan kau kan bisa beli nanti, susah amat! kalo bayi ini keburu mati gimana coba?"
"Cih! bayi itu lagi, bayi itu lagi! udah lah, kita lanjut jalan." Pungkas Ferdi bergegas melangkah pergi, lekas Ika pun menyusulnya.
___
Mereka melanjutkan perjalanan di sepanjang jalan lintas antar Propinsi. Hingga waktu menjelang petang sekitar pukul 16:00 pm. Mereka tiba di sebuah desa yang letaknya cukup jauh dari mereka tinggal sebelumnya.
Di dalam Desa itu tidak terlampau terpencil dan tidak jua terlalu ramai, tidak begitu jauh dari jalan lintas yang menghubungkan antar Propinsi dan juga tidak jauh dari kawasan industri.
Di saat mereka tengah berjalan, Mereka bertemu dengan seorang penduduk yang kebetulan melintas tak jauh dari mereka, dia baru pulang dari ladang bernama Pak Agus.
"Permisi Pak, Maaf menganggu waktunya sebentar kami mau bertanya, apa di desa sekitar sini ada rumah yang bisa kami sewa ya Pak?" Tanya Ferdi.
"Oh iya ada Pak, mari saya antar ke tempat itu" jawab Pak Agus tersenyum hangat.
Lantas Mereka bersama-sama berjalan hendak menuju rumah yang dimaksud. Semasih berjalan mereka sembari berbincang-bincang. Pak Agus berkata bahwa di Desa tempat daerah tersebut ada orang kaya juragan tanah. Yang mana juragan tanah tersebut memiliki jumlah tanah yang sangat luas berhektar-hektar dan juga rumah yang dia sewakan berada dimana-mana, sang juragan tanah itu bernama Pak Toni.
___
Tidak selang waktu lama, Mereka telah sampai di kediaman Pak Toni.
"Permisi Pak, ini ada tamu mau bertemu dengan Bapak dan mau mencari rumah sewa katanya Pak." Ucap Pak Agus.
Setelah Pak Agus usai menunjukan dan menyampaikan kepada Pak Toni, dia langsung berpamitan pulang.
"Terima kasih banyak, Pak." Ucap Ferdi dan Ika serentak saat Pak Agus berpamitan.
Pak Toni menyambut mereka berdua dengan senyum hangat dan saling berjabat tangan. Di sambut jua oleh istri Pak Toni sembari menggendong bayi.
"Apa betul yang telah beliau (Pak Agus) sampaikan tadi, Dik?" Tanya Pak Toni.
"Benar sekali pak, kami sedang mencari rumah sewa seperti yang bapak itu sampaikan, apa bapak ada rumah yang harga sewanya cukup terjangkau yang dapat kami sewa pak?" Lanjut Ferdi langsung ke inti pokok keperluannya.
Pak Toni diam sejenak sembari memperhatikan mereka, kemudian dia membenarkan bahwa dia memang memiliki rumah untuk di sewakan. Lantas berlanjut sedikit berbincang-bincang terlebih dahulu. Didalam perbincangan maka tak lepas dari sebuah pertanyaan tentang dari manakah mereka berdua berasal.
Tentu, Ferdi dan Ika sempat bimbang kala kalimat pertanyaan tersebut terlontar dari pak Toni. Karena jika mereka menjawab apa adanya, mereka takut jika preman-preman yang hendak menangih hutangnya dapat menemukan keberadaan mereka, alhasil mereka berbohong kepada Pak Toni.
Pak Toni menanyakan jua tentang apa pekerjaan mereka. Lantas untuk pertanyaan yang ini, mereka berkata jujur apa adanya bahwa mereka belum mendapatkan pekerjaan, khususnya Ferdi.
Pak Toni diam sejenak sembari berpikir, dan Lagi-lagi dia memperhatikan mereka berdua, karena dari tampilan fisik tamu yang sedang berada dihadapannya ini terlihat masih sangat muda dan yang pokok utama yang dia lihat adalah bayi yang sedang di gendong Ika.
Pak Toni amat bijak, lekas memutuskan untuk memberikan tempat tinggal pada mereka secara gratis, di salah satu rumah kosong miliknya yang telah lama tidak di huni berjarak kurang lebih 1 km dari kediamannya.
Namun tidak gratis belaka melainkan ada syaratnya, yakni Ferdi akan kerja di rumah-nya menjadi pesuruh serba bisa dan juga istrinya akan bekerja beres-beres rumah (pembantu). Sebab kebetulan saat ini Pak Toni beserta sang istri sedang membutuhkan tenaga kerja lantaran sang istri barusaja melahirkan.
Tentu saja, Ferdi maupun Ika sangat menerima tawaran tersebut. Setelah selesai disepakati, mereka memungkasi perbincangan lantas bergegas menuju rumah yang akan mereka tinggali.
___
Disaat mereka berjalan nyaris sampai di rumah yang hendak mereka tinggali, tampa disengaja berjumpa kembali dengan pak Agus, yang ternyata letak rumah-nya hanya berjejer 3 rumah dari deretan rumah yang hendak mereka tinggali.
"Loh pak, mau tinggal di sini ya, wah jadi tetangga deh kita." Sambut pak Agus beserta istrinya.
"Eh iya Bu, Pak." jawab Ika dan Ferdi dengan senyum hangat.
Mereka berbincang-bincang sejenak dengan pak Agus beserta istrinya dan beberapa tetangga yang berada di sebelah rumah.
"Emm.. ngomong-ngomong bayinya usia berapa bulan neng, nampaknya masih sangat muda sekali" tanya istri pak Agus basa-basi membumbui suasana.
"Ini anu Bu ... baru dua Minggu." jawab Ika ngasal.
"Walah ... imutnya anak ini" ucap istri pak Agus sembari menyempil pipi mungil bayi tersebut semasih dia menggendong bayinya sendiri.
"Namanya siapa ini neng?" lanjutnya.
Sontak Ika gugup kala kalimat pertanyaan tersebut terlontar, sebab belum terpikirkan olehnya untuk memberikan nama bayi itu, lantas tiba-tiba Ferdi menyahut "Namanya Alan, Bu." sembari senyum.
"Oh Alan ... wah bagus sekali Nama-nya. Em .. lihat itu nak, dia akan menjadi temanmu dan akan besar bareng kamu." Ucap istri pak Agus berbicara sendiri dengan bayi-nya yang masih di gendong sambil menimang-nimangnya.
"Oh iya, anak ibu dan bapak, siapa namanya?" Ika kembali bertanya.
"Nama anak kami, Verza neng" jawabnya.
Setelah selesai berbincang-bincang dan berkenalan dengan warga sekitar, mereka lanjut masuk kedalam rumah.
___
Rumah yang akan mereka tinggali secara gratis adalah rumah sederhana khas rumah adat berdinding matrial kayu, karena sudah sangat lama tak di huni, rumah kayu itu sangatlah kotor, terdapat banyak debu dan sarang laba-laba diatas langit-langit rumah.
"Aiiishh! alangkah kotornya, ini rumah apa kandang B*bi sih!" Cetus Ferdi.
"Namanya juga gratis Fer, lumayanlah daripada kita tidur di jalanan." jawab Ika seraya meletakkan beberapa barang.
Lekas mereka membereskan rumah tersebut bersama-sama. Sementara bayi Alan ditaruh di kursi didekat mereka.
"Hey Fer, bayi itu gak terlalu banyak nangis ya (tidak rewel) dia nangis cuma saat lapar doang, dan kulitnya juga bersih putih kayak keturunan orang kaya ya ..." Ika mengagumi bayi yang di temukannya sembari menyapu lantai.
Sementara Ferdi tidak begitu merespon obrolan Ika yang sedang membicarakan bayi yang di temukannya tersebut. "Banyak Ngebac*t tak penting kau, udah buruan beres-beres, selesaikan semua ini sebelum gelap."
"Iya, iya Fer. Kan ... Aku cuma ngomong doang."
___
Hari sudah semakin gelap, lampu pun belum ada, Alhasil mereka menggunakan penerangan dengan Lilin. Kemudian mereka menghentikan aktifitasnya untuk sementara dan akan di lanjutkan pada esok hari.
Namun, karena susu cair yang di berikan kepada Alan dari pagi sudah mulai basi, Ika beranjak pergi ke warung hendak membelikan susu sascet lagi.
Ketika sudah sampai di warung ia bertemu dengan beberapa warga kampung yang sedang berkumpul dan saling berbincang-bincang satu sama lain, khususnya para ibu-ibu.
"Hey, kamu yang baru saja pindah dan tinggal di rumah kosong milik pak Toni itu ya ...?" Tanya Ibu A mengawali percakapan.
"Salam kenal ya, oh iya kamu masih terlihat muda sekali ya ..." sambung Ibu B.
"Iya betul tuh, aku lihat tadi anak kamu seperti baru di lahirkan, tapi melihat badanmu tidak seperti orang yang baru melahirkan?" Lanjut Ibu C.
"Iya ya, dia masih terlihat langsing sekali, eh btw apa sih resep rahasianya badan kamu bisa masih langsing abis melahirkan gitu?" Sambung Ibu D
"Bagi resepnya dong mba.." Sambung Ibu-Ibu yang lain.
Begitu banyak percakapan dan pertanyaan dari ibu-ibu kampung membuat Ika pusing, kemudian ia buru-buru pulang dan hanya menjawab satu atau dua kata saja dari setiap pertanyaan yang mereka tanyakan tersebut.
Karena sesungguhnya Ika paling enggan jika ditanya-tanya tentang siapa dirinya. Ia jua tidak ingin diketahui asal-usulnya.
___
Next ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
May Tanty
kasihan baby Alan😭😭😭
2021-05-13
0
IKA 🌹SSC🌷💋plf
astagaaaah susu sachetan 😭😭😭
2021-01-20
1
ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴
susu sachet thor 😭😭😭😭😭 kasih ke aq aja thor dedek bayinya 😔😔😔😔😔
2021-01-13
1