#Masih disisi Mike
#Dan disisi lain
"Mau pergi kemana kamu pagi-pagi begini, Nak?" Tanya Riska (ibunya Naldo) melihat sang anak sejak tadi sibuk mondar-mandir seorang diri sembari mencari sesuatu.
"Mau pergi ke sungai Ma, mau mancing dulu" Jawab Naldo sembari memperlihatkan kail pancing setelah berhasil menemukannya.
"Mancingnya nanti saja, agak siangan 'kan bisa nak, lihatlah matahari aja belum sepenuhnya bersinar," Lanjut Riska.
"Apa hubungannya mancing sama matahari?" Cetus Naldo beranjak keluar rumah melalui pintu belakang.
"Tapi, kamu belum sarapan loh nak, hey nak sarapan dulu, nanti kamu bisa masuk angin, Naldo!" Teriak Riska tetapi Naldo tak mendengarkannya samasekali.
Dia berjalan kaki menuju ke lokasi belakang rumahnya, berjarak cukup jauh, tetapi hanya dalam hitungan menit dia sudah sampai disana. Lantaran dia memang melangkahnya sangat cepat.
Begitu sampai, dia langsung melemparkan kail pancingnya ke air sungai tersebut. Sembari menunggu umpannya di makan ikan, dia duduk di tepian sungai sementara tangannya masih memegang gagang pancing itu berharap umpannya dapat secepatnya di sambar ikan.
Sudah beberapa menit menunggu, umpan ikan yang ia lemparkan hanya di makan oleh ikan-ikan kecil saja, alhasil umpan yang sebelumnya berukuran besar kini nyaris habis-hasilnya pun tetap nihil.
Lantas Gagang pancingnya dia tancapkan sejenak di tanah tepat di bibir sungai, masih berharap sisa umpan yang ada dapat di sambar ikan besar, dia menunggu sembari menyiapkan umpan untuk dilemparkan selanjutnya.
Semasih fokus menyiapkan umpan, tiba-tiba gagang pancing yang ia tancapkan di tanah tadi bergerak-gerak, buru-buru dia beranjak hendak meraih gagang pancingnya yang sedang tertancap di tanah itu.
Sebelum berhasil dia raih gagang pancing itu, sudah keburu tercabut dari tanah berujung terjebur ke sungai lantaran Ikan yang menyambar umpannya memang berukuran cukup besar.
"Sial!"
Melihat gagang pancing itu langsung terbawa ke arus deras oleh ikan, tanpa pikir panjang, dia langsung menceburkan diri untuk mengambil kail pancingnya itu.
Byuuurrr!
Arus sungai cukup deras, debit air juga cukup tinggi lantaran malam harinya daerah itu memang habis di guyur hujan deras. Hingga akhirnya Naldo sedikit kepayahan meraih gagang pancing itu, bahkan gagang pancing terbawa arus air cukup jauh dari lokasi dia sebelumnya.
Naldo sudah terlanjur menceburkan diri maka ia pun tetap melanjutkan untuk mengejar kail pancingnya itu. Lantas, tiba-tiba gagang pancingnya tersangkut kain yang letaknya sedikit ke area pinggir sungai.
Segera ia menuju kesana. Selepas berhasil meraihnya, perlahan dia lepaskan kail pancing itu dari kain tersebut.
Semasih tangan dia memegang kain itu membuatnya terkejut begitu menyadari kain itu adalah pakaian manusia dan masih di pakai oleh manusia yang terapung di pinggir sungai itu.
"Astaga Tuhan, ada mayat!"
Naldo berpikir manusia yang dia lihat itu adalah mayat, lantas dia angkat manusia yang terapung di air itu keluar dari sungai terlebih dahulu.
Semasih mengangkatnya, wajah manusia yang terapung di sungai itu masih tertutup sebagian jaket yang dia pakai, sehingga Naldo belum melihat seperti apakah gerangan paras seseorang yang dia pikir sudah menjadi mayat tersebut.
Selepas berhasil mengangkatnya dari sungai, langsung dia letakkan tubuh dia di tanah, posisi tubuh orang itu meringkuk ke tanah, sehingga Naldo masih belum mengetahui seperti apakah parasnya.
Tak henti dia bergumam, "Sial, mimpi apa gua semalam, sampek-sampek nemuin mayat terapung di sungai begini, sih!"
"Ah, sebaiknya aku bilang ke orang-orang dulu deh," beranjak pergi hendak memberitahukan para warga atas apa yang ia temukan itu.
Namun, baru beberapa langkah kakinya berpijak hendak pergi dari sana, entah mengapa tiba-tiba dia berubah pikiran,
"Tap-tapi ... Siapa mayat ini ya, apa jangan-jangan bukan mayat?"
Beranjak kembali ke arah seseorang yang tergeletak di tanah itu, untuk memastikannya, orang itu masih hidup atau memang benar-benar mayat?
Perlahan dia buka jaket penutup kepala yang masih terpakai orang tersebut.
Maka ...
"Astaga Tuhan, loe!"
Sangat terkejut begitu melihat parasnya, lantaran paras orang itu terlihat sama persis dengan seorang pemuda yang sangat dia kenali dan benci, dialah Alan.
Maka, yang Naldo pikir orang tersebut adalah Alan. Namun tanpa dia ketahui bahwa orang yang dia temukan terapung tersebut bukanlah Alan, melainkan saudara kembar-nya Alan bernama Mike.
"Alan! bangun Lan, apa yang terjadi sama loe, Alan!" dia tepuk-tepuk pipinya.
Plak! Plak!
"Oi Lan, buka mata loe!"
Sudah berkali-kali dia coba menepuknya, Mike tidak ada respon samasekali. Lantas Naldo mengulurkan jemarinya didekat hidung si dia hendak memastikan masih ada napasnya atau tidak.
Maka ...
'Puji Tuhan, Syukurlah'
Menghela napas perlahan "Hufff ..." pertanda lega, semasih dia merasakan hembusan napas Mike. Dia masih belum berhenti memanggilnya, secercah khawatir yang dia rasakan meski selama ini dia sering membully Alan, mendapati Mike tak kunjung meresponnya seperti ini. Lantas dia coba membangunkannya dengan cara memencet bagian perut menggunakan kedua telapak tangan supaya air yang banyak terteguk oleh Mike, keluar.
Tetapi, sudah beberapa kali dia memencet-mencet perutnya, masih tiada reaksi apapun. Akhirnya dia memberikan napas buatan dengan mulutnya hingga berkali-kali, berharap supaya Mike dapat segera sadar.
"Oi, Bangun Lan! jangan mati dulu loe gobl'k!" Pekiknya lantaran Mike masih belum ada respon juga.
Tanpa pikir panjang lekas dia bopong tubuh Mike yang dikira Alan itu menuju ke klinik terdekat. Tubuh dia masih basah kuyup tak dia pedulikan, lantaran sebenarnya dia sangat peduli pada Alan meski yang dia perlihatkan ke publik hanyalah benci.
Ya, semua itu lantaran Alan ini adalah satu-satunya orang yang di inginkan oleh Naldo untuk menjadi sahabatnya, namun karena sifat Alan sangat dingin membuat Naldo geram, hingga dia selalu menarik perhatiannya dengan cara membully-nya.
__
#Next
Selepas sampai di Klinik, Mike langsung ditangani oleh Dokter. Sementara Naldo sendiri menunggunya di area luar, mengingat badan dia masih basah kuyup.
Naldo sengaja berdiri di area depan klinik itu untuk menjemur badannya di bawah sinar matahari yang belum begitu terik, Lantas dia melihat Verza (sahabat terdekat Alan) sedang berjalan melintasi klinik tersebut hendak pulang ke rumahnya (Verza baru pulang dari asrama)
"Hei Ver, tunggu!" Panggilnya berpijak mendekat padanya.
Verza menghentikan langkahnya, menoleh ke arah suara seseorang yang sedang memanggilnya itu.
"Iya, ada apa Do?" Jawab Verza bernada sedikit sewot lantaran selama ini dia memang tidak menyukai si Naldo.
"It-itu ... si Alan Ver, Alan anu ... Ver, It-itu ..."
Naldo hendak mengatakan secara langsung tentang Alan yang dia temukan itu, tapi entah apa yang menganggu pikirannya hingga kalimat yang hendak ia ucapkan menjadi terbata.
"Kenapa sama Alan? Apa loe nge-bully dia lagi hah? udahlah, mau balik gua." Verza langsung menyimpulkan yang tidak-tidak lantaran paham tingkah Naldo selama ini, apalagi sejak kejadian kemarin dia berseteru dengan Naldo di kantin sekolah, menjadikannya kesal.
"Wei, tunggu bentar Ver." Lanjut Naldo sembari menarik bahunya semasih Verza hendak melangkah pergi dari hadapannya.
"Apa'an sih narik-narik gua, lepasin woi, Minggir loe!" Tegas Verza sembari menangkis tangan Naldo dari pundaknya.
Tapi lagi-lagi Naldo menghentikan langkah Verza lagi dengan cara yang sama (menarik pundaknya)
"Gua bilang tunggu bentar woi!"
Alhasil Verza kembali menangkisnya seraya menatap tajam ke mata Naldo. Menjadikan Naldo sendiri kesal melihat tatapan Verza seperti itu. (Tatapan sengit, tanda tidak menyukainya)
"Kenapa? apa loe mau menghajar gua di sini hah? lihat-lihat Men, ini di tempat umum!" Ucap Verza seolah siap bila Naldo hendak membuat gara-gara lagi dengannya.
"Eh kampret, gua lagi mau ngomong sama loe, ngapa loe udah sewot aja sih bangs*t!" balas Naldo bernada sedikit teriak lantaran dia paling tidak suka dengan sikap Verza seperti ini, (Langsung menyimpulkan)
"Yaudah loe buruan ngomong, gua udah mau balik, dan loe gak usah teriak-teriak gitu juga kali, ini di jalan woi!" Teriak balik si Verza.
Lantas Naldo segera mengemukakan sesuatu yang hendak dia sampaikan itu, "Loe buruan kasih tau orangtua-nya Alan, saat ini Alan berada di klinik ini, tadi gua nemuin dia terapung di sungai."
"Hah ...? Apa loe bilang, Alan berada di klinik ini? memangnya dia kenapa?" Enggan percaya, tapi ekspresinya sudah tampak sangat khawatir.
"Iya dia didalem sana, kalo loe kagak percaya, loe liat aja sendiri" Naldo menelunjuk ke arah klinik tersebut, mengingat posisi mereka saat ini sedang berdiri di seberang jalan-dari klinik itu.
Penasaran, bahkan nyaris tidak percaya dengan apa yang Naldo katakan, akhirnya Verza memutuskan untuk mencoba masuk ke dalam klinik itu, memastikan yang diucapkan oleh Naldo benar atau tidak, lantaran papun itu dia sangat paham dengan sifat dan karakter Naldo yang sangat gemar sekali berbuat jail. (Verza berpikir Naldo sedang mengerjai-nya)
Beranjak masuk kedalam klinik itu, sementara Naldo tidak ikut masuk kedalam sana, mengingat badan dia masih basah walau kini sudah sedikit kering setelah berjemur sejenak di bawah sinar matahari.
__
Sesudah Verza masuk ke dalam klinik tersebut, dia melihat seorang pemuda berparas sama dengan sang sahabat berbaring lemah tak berdaya disana, wajahnya terlihat pucat pasi serta terdapat banyak luka goresan pada beberapa bagian tubuhnya seperti tangan, leher dan sebagian lagi pada wajahnya.
Tapi khusus pada area wajah tidak begitu parah, karena saat Mike jatuh terguling, wajahnya tertutup topi jaket yang dia pakai sebelum terjebur ke sungai.
"Astaga Tuhan, Alan! apa yang terjadi sama loe?" Tampak Syok, lantas menoleh ke arah Dokter yang kini datang ke ruang itu,
"Dokter, apa dia baik-baik saja, Dok? gimana kondisi dia Dokter?" Verza langsung banyak bertanya pada sang Dokter.
"Tenang dulu Dik, Sebaiknya panggilkan anggota keluarga-nya ke sini, karena luka benturan di bagian kepala dia sangat berbahaya Dik, jika dia tidak segera di rujuk ke rumah sakit yang lebih besar, akibatnya bisa sangat fatal. Oleh karena itu, segeralah panggilkan anggota keluarganya kesini, saat ini juga." Jelas sang Dokter.
"Baik Dokter." Pungkas Verza.
Selepas Dokter berbicara, Verza beranjak keluar langsung hendak pulang ke rumah, mengingat rumah orang tua Alan hanya berjarak tiga rumah dari deretan rumahnya tentunya dia ingin cepat-cepat memberitahukannya.
Semasih baru saja keluar dari dalam klinik itu, dia melihat Naldo masih berdiri di halaman depan klinik tersebut. Tanpa basa-basi, dia langsung mendekat padanya, tak ayal dia raih kerah Naldo sangatlah kuat, nyaris membuat Naldo tercekik.
"Woi, Apa sebenarnya yang terjadi sama Alan hah? apa loe penyebabnya dia jadi seperti ini? Jawab!" Bentak Verza didekat wajah dia.
Naldo nyaris tercekik, membuat dia susah hendak menjawabnya. Alhasil dia langsung melepaskan tangan Verza yang sedang memegang kerahnya itu dengan sangat kuat.
Seet!
"Uhuk, uhuk, jaga bacot loe kalo ngomong, kampang! sembarangan banget loe nuduh gua kek gitu! Asal loe tau, gua tuh yang membawa dia kesini, bukan gua yang menyebabkan dia seperti itu, paham!" Gertak Naldo.
Verza diam sejenak, antara percaya atau tidak, tetapi dia juga tak ingin selalu berperasangka buruk meski selama ini Naldo sangat gemar menjahili sahabatnya itu,
"La-lalu .. Ke-kenapa Al-alan bisa seperti ..." Verza terbata hendak melanjutkan kalimatnya, lantas terhenti begitu perhatian teralihkan pada suara seseorang yang berteriak ke arah mereka berdua.
"Hei, kalian yang di sana! jangan berteriak-teriak di sini, cepat panggilkan anggota keluarga dari anak ini, keadaannya sangat darurat, cepatlah!" dialah sang Dokter yang menangani Mike. Posisi dia berdiri tepat di pintu klinik itu.
"Baik pak, maaf" Jawab Naldo dan Verza serentak.
Verza dirundung kebimbangan, tak henti berkutat tentang kenapa sekarang Alan bisa di klinik itu? Maka, dia hendak pergi langsung dari sana untuk segera menemui orang tua-nya Alan, namun sebelum melangkah lebih jauh, dia menoleh sejenak ke arah Naldo, yang mana posisi Naldo belum beranjak pergi dari tempat dia berdiri tadi.
"Hei Naldo, awas aja jika terbukti penyebab sahabat gua jadi begini gara-gara elo. Akan berurusan sama gua loe!"
"Cih, iya iya satu-satunya sahabat tercinta-nya Alan ... loe mau ngancam gua kek, Gua gak takut. Gua gak berharap loe percaya sama ucapan gua Ver, yang jelas gua udah ngomong apa-adanya, kalo bukan gua penyebab dia jadi begitu, Selebihnya terserah loe aja." Balas Naldo.
"Cih," Sebatas di lirik saja oleh Verza lekas dia melanjutkan langkahnya hendak pulang ke rumahnya.
"Tunggu sebentar Ver," Naldo kembali memanggilnya.
Verza menoleh tampak muram, "Apa lagi hah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴
😁😁😁 waaaaaah bener tebakan q 🤭🤭🤭 jdi tukeran tmpt
2021-01-14
1
Cika🎀
😢
2020-12-20
1
⏤͟͟͞R ve
Tertukar nih...giliran Alan yg menikmati kemewahan Papanya...😊
Hmmm...baek juga ya si Naldo, mau menolong Alan (alias Mike)...padahal Naldo sering membully Alan..🤔
2020-09-02
1