Catatan
Terdapat aksi perundungan (bullying) bukan untuk ditiru!
___
Alan senyum mendengar Verza masih terus-menerus berbicara sendiri, sembari ia terus menyiram tangannya dengan air mengalir di wastafel.
"Wei Lan, kok malah senyum-senyum sih loe, gua lagi serius nih ... kesel gua tuh sama mereka, huh!" Ucapnya seraya mengepal-ngepal kedua tangan-nya.
"Iya, aku paham, sabar ya wahai sahabatku yang paling cantik ..." Ledek Alan kuda-kuda hendak berlari menjauh dari Verza, lantaran mengetahui Verza pastilah tidak terima di katakan 'Cantik' olehnya.
Benar saja, Verza lekas mengutarakan rasa kesalnya. "Apa yang barusan loe bilang hah? Aisssh sue! sialan loe Lan, sudah bisa meledek gua sekarang loe ya. Hei Alan, Tunggu jangan main kabur loe oiiii!" Teriak-nya lekas bergegas lari keluar dari toilet mengejar Alan.
Alan berlari cukup kencang hingga posisinya kini sudah berhasil masuk ke dalam kelas, sementara Verza awal mula hendak mengejarnya langsung menuju kelas, tapi langkahnya terhenti kala mendengar suara sesuatu di dalam ruang kosong yang ia lintasi. Yakni, terdengar suara pukulan keras seperti dari benda tumpul diiringi suara tangis seorang siswi.
"Hiks … Hiks ... Hiks …"
Sempat tak ia hiraukan cenderung hendak melanjutkan langkah, lantas terhenti lagi kala terdengar suara lebih dari satu siswi didalam ruangan tersebut. Rasa penasaran semakin membelenggu jiwa lekas ia mengintip dari arah kejauhan, memastikan ada perkara apa didalam ruangan tersebut.
Begitu melihat perkara yang terjadi, membuatnya melotot geram. Yakni, ada satu siswi berpenampilan culun sedang di tindas (bullying) oleh beberapa jumlah siswi lain yang penampilan fisiknya jauh lebih cantik. Siswi culun yang sedang di tindas tersebut dari kelas sebelah-nya Verza, di ketahui bernama Ani.
Ani menjadi bahan Bully-an oleh para siswi lain karena dia murid penyendiri, tertutup (tidak suka bergaul) dan penampilan fisiknya tidak modern seperti siswi pada umumnya. Namun prestasinya cukup tinggi di kelasnya, sehingga dia sering di manfaatkan oleh beberapa siswi yang membully-nya tersebut untuk mengerjakan tugas dari sekolah. Dan siswi yang selalu membully Ani bernama Jessi dengan para teman sekelompoknya diantaranya Erika, Windi, dan Johana.
Jessi sendiri adalah cewek populer yang di kabarkan telah memiliki hubungan kekasih dengan cowok yang populer juga di sekolahan tersebut dialah Naldo. Kabar itu memang benar, namun sesungguhnya Jessi sendiri menyukai Alan sejak lama.
Akan tetapi, karena Alan sangatlah pendiam cenderung dingin. Membuatnya tak di ketahui antara respek atau tidak dengan perasaan yang pernah Jessi ungkapkan kepadanya (Di gantung/Tak ada kepastian jawaban)
Membuat Jessi geram nan melangkah mendekati Naldo, semata-mata hanya untuk membalas Alan melalui Naldo, karena dia tahu Naldo sendiri sangat membenci Alan.
Walaupun Jessi kini sudah menyandang status (pacar-nya Naldo) sebenarnya ia tidak menyukai Naldo, karena Naldo memiliki sikap yang pera' (sok-sokan, norak dan kampungan) tetapi demi misi pribadi yang sedang di jalani oleh si Jessi, maka semua itu berlangsung hingga kini.
____
Next
Ketika Verza sedang mengintip mereka, ia dalam posisi aman (keberadaannya tidak diketahui oleh mereka) sungguh teramat geram kala menyaksikan Jessi sedang beraksi. Yakni menjambak rambut Ani dalam posisi tangan Ani dipegangi oleh beberapa teman sekelompoknya, lantas menampar ani sangat beringas.
Plak! Plak! Plak!
Hasrat hati Verza ingin melerai aksi perundungan tersebut, tapi apalahdaya melihat situasi dan kondisi tidaklah memungkinkan lantaran ia mengetahui siapakah si Jessi ini.
Tak selang waktu lama, usai menganiaya Ani, mereka langsung pergi meninggalkan Ani seorang diri pada rungan tersebut. Posisi Ani masih duduk di lantai sembari menangis seorang diri, rambut ia sangat berantakan nan acak-acakan akibat dijambak berkali-kali oleh Jessi.
Verza berinisiatif mencoba membantunya, perlahan-lahan ia melangkah mendekat ke ruangan tersebut hingga kini sampai tepat didepan Ani. Lantas mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.
Sementara Ani masih dalam posisi menunduk, sehingga belum menyadari bahwa ada Verza didalam ruangan yang sama dengannya, lantas ketika ia menyadari ada sepatu tak jauh dari-nya, secara perlahan mendongak. Begitu mengetahui orang tersebut ialah Verza, Ani langsung kembali dalam posisinya semula (menundukkan kepala ke arah bawah).
Tentu, semua karena Ani adalah wanita yang sangat pemalu, paling enggan jika ketika menangis diketahui oleh orang lain, terlebih lagi oleh seorang laki-laki.
Verza masih dalam posisinya tadi. (menyodorkan tangannya) hendak membantu dia, tetapi belum mengucapkan kalimat apapun. Lantas tiba-tiba Ani mengemukakan suatu kalimat.
"Pergi kamu!"
Sontak Verza terkejut nan bimbang, "Hah …? Ta—tapi, anu ... ka—kamu ...?"
"Aku bilang pergi kamu!" Ulang Ani berteriak.
Verza amat bingung menjadikan tubuh bak mematung, lantaran niat hati hendak menolongnya tapi malah ia sendiri yang di bentak dan di usir.
Walaupun tujuan niatnya baik untuk menolong, namun ia tak ingin jua memaksakan keadaan, akhirnya ia pun perlahan mundur, pergi meninggalkan Ani sendiri dalam ruangan tersebut.
___
Verza kembali masuk ke dalam kelas, melangkah pelan menuju kursinya tampak ekspresi bimbang di wajahnya, terdapat banyak kalimat yang ia ucapkan didalam hatinya hingga kalimat tersebut terucap lirih dari mulutnya. Lantas duduk nan berdiam diri tanpa menoleh ke Alan maupun berkicau (Celoteh ria) seperti biasanya.
Sementara Alan yang posisi duduknya tepat berada di sebelah Verza, menoleh ke arah-nya, lantas menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan ekspresi sahabatnya tersebut, akhirnya ia bersiul.(kode menyapa/memanggil)
Fiwuuuwit!
Mendengar siulan Alan, Verza lekas menoleh dengan tatapan yang tidak biasa.
"Salah gua apa coba! niat gua kan baik! Katakan! Apa salah gua hah!" Ucap-nya cukup lantang.
Menjadikan Alan terkejut, sebab tidak mengerti maksud dia.
"Apa tangan gua ini kotor hah? Sampek segitunya gak mau menyentuhnya, hah!" Lanjut Verza masih mengemukakan rasa kesalnya akibat perkara tadi sembari melihat-lihat kedua telapak tangan dia sendiri.
Sontak Alan langsung tersenyum melihat ekspresi sekaligus tingkah Verza konyol itu. Namun Alan sama sekali tidak menanyakan 'sedang apa' dan 'ada apa' kepadanya, sebab ia sudah sangat paham sekali dengan Verza. Alhasil ia hanya menggelengkan kepala saja lantas membuka buku-nya lagi.
____
Kegiatan belajar-mengajar hendak di mulai kembali. para geng Naldo pun telah masuk jua ke dalam ruang kelas. Namun kali ini dia sedang tidak berbuat onar, kebetulan ketika dia masuk kelas, posisi Verza sedang melamun sembari menidurkan kepala menghadap ke arah tembok, sedangkan Alan sedang fokus membaca buku.
Setelah semuanya masuk dan Guru jua telah masuk ke dalam ruang kelas, sang Guru lekas mengumumkan tentang semester pertama yang hendak di laksanakan dalam waktu dekat, beliau memberikan saran kepada semua siswa-siswi supaya lebih memperhatikan kembali belajarnya.
Karena di kelas 12 adalah kelas yang menentukan pendidikan berikutnya di bangku kuliah. Setelah guru selesai memberi saran dan pesan, pelajaran kembali di lanjutkan. Hingga beberapa jam kemudian, tiba waktunya pulang.
Teng … Teng … Teng …
Lonceng sekolah sudah terdengar, para siswa-siswi sudah banyak yang pulang, sebagian ada yang tinggal di asrama, mereka kembali ke asrama. Namun untuk Alan sendiri berencana hendak mengambil buku pelajaran di perpustakaan terlebih dahulu untuk menambah wawasan belajar.
Tentu, mengingat menjelang semester seperti yang baru saja di sampaikan oleh Guru, pastilah ia menjadi semangat lagi untuk meraih peringkat yang baik.
"Hei Lan, arah balik kan … ke sana, bukan ke situ?" Ucap Verza semasih melangkah bersama keluar kelas. Sebabnya Alan hendak melangkah berbalik arah darinya.
"Kamu balik aja dulu ke asrama, nanti aku menyusul" jawab Alan.
"Emang loe mau kemana?" tanya Verza.
"Ke perpustakaan sebentar," jawab Alan singkat.
"Oh yaudah kalo gitu, gua balik dulu ya." Lanjut Verza.
"Iya." Pungkas Alan.
Alan beranjak menuju ke dalam ruang perpustakaan. Karena sekolah sudah pada jam pulang, maka suasana sekitar perpustakaan sangatlah sepi.
'Puji Tuhan, belum di kunci pintunya.' Batin Alan.
Setelah Alan masuk kedalam ruang perpustakaan tersebut, ia tidak menyadari bahwa dirinya tengah di ikuti oleh Naldo beserta kelompoknya, mereka masuk jua kedalam ruangan perpustakaan tersebut. Tanpa Alan sadari Naldo memang sudah membidik Alan dari arah kejauhan sejak tadi.
"Hey anak miskin, sedang belajar loe ya, Hemm.. yang di cap sebagai anak paling pintar di kelas ..." lirih Naldo mengejeknya.
Alan mendengarnya, namun tidak sekalipun ia menengok ke arah mereka.
"Hey tuli! gua lagi ngomong sama loe, kampang!" Lanjut Naldo mengumpat, merasa geram Alan tidak menghiraukan dia samasekali.
Lagi-lagi Alan tidak menggubrisnya, karena sedang fokus mencari buku yang sedang ia cari pada rak buku tersebut.
'Bedebah!' Naldo semakin emosi. Lantas meraih pundak Alan dari belakang kemudian dilemparkannya kuat.
Seet!
Hingga tubuh Alan menatap rak buku.
Braak!
"Gua lagi ngomong sama loe kampang! loe itu tuli atau bisu hah!" Teriak Naldo, emosinya semakin membelenggu jiwa.
Wasis (teman Naldo) bergegas mendekat ke Naldo lekas berbisik ke telinganya supaya dia jangan berteriak, khawatir jika sampai ketahuan oleh Satpam, mengingat sekolah sudah di tutup.
Setelah Wasis selesai berkata demikian, Naldo langsung meraih tangan Alan, dibawanya masuk kedalam ruang kosong yang berada didalam ruang perpustakaan tersebut. Diketahui ruangan itu selama ini selalu tertutup.
Sebelum Naldo membuka pintu ruangan tersebut, salah satu temannya ada yang hendak mencegahnya. Yakni Wasis.
"Eh Do, pintu itu gak pernah dibuka selama ini, apa nanti kita tidak kena hukuman oleh guru jika sampai ketahuan kita memasuki ruangan itu?"
"Aiih banyak cakap Nihan kau Sis, udahlah tak usah pikirkan itu, cepat loe seret dia masuk kedalam sana." Perintah Naldo.
"Oke."
Sebelumnya, Alan hendak melepaskan diri dari cengkraman kelompok itu, tetapi susah baginya terlepas lantaran satu banding lima orang. Lantas Alan di seret oleh mereka kedalam ruang kosong tersebut, di lempar nan disusul pukulan bertubi-tubi oleh Naldo bersama seluruh teman sekelompoknya.
Brakk! brakk! brakk!
"Siapa yang bilang tentang kejantanan tadi siang hah? mana kejantanan yang loe bilang itu hah?" Ucap Naldo seraya terus meninju Alan dengan kepalan tangan tepat pada bagian perut.
Blug! Blug! Blug!
"Rasakan nih kejantanan gua!" Ucap dia semasih menganiaya Alan.
Naldo berhenti sejenak hendak melihat Alan merintih atau meminta Ampun. Tetapi samasekali tiada kalimat 'Ampun' keluar dari mulut Alan melainkan tatapan tajam tiada padam. Selama serangan bertubi-tubi dari lima orang tersebut, maka sulit bagi Alan menghindari/melawan mereka.
"Katakan woi! ini kah yang kau sebut dengan jantan hah? tak berdaya seperti ini, kayak tikus got tersiram air, cuih!" Ucap Naldo seraya mendekat kembali ke Alan.
Alan tak berdaya, darah pun mengalir diantara hidung dan bibirnya. Kemudian Naldo mencekik (tidak begitu kuat) sembari menampar pipinya ke kanan dan ke kiri.
Plak! plak! plak!
Naldo geram lantaran Alan samasekali tidak menjawab sepatah katapun sejak tadi, membuatnya kian beringas melanjutkan aksi yang tak terpuji. Alan lekas di tinju bagian perutnya oleh Naldo lebih kuat dari sebelumnya, bahkan hingga berkali-kali pukulan.
Blug! Blug! Blug!
Akhirnya, Alan bersuara lantaran tak kuasa menahan sakit ketika Naldo mengayunkan pukulan menggunakan lutut ke perutnya.
"Arrggh!"
Aksi yang Naldo lakukan sangatlah beringas lantaran sudah beberapa kali dia memukulnya, Alan sama sekali tidak merintih kesakitan. Cara jitu yang ia lakukan ini (menggunakan lutut) semata-mata hanya ingin mendengar Alan merintih dan berharap Alan mengucapkan kalimat 'Ampun'
"Bersuara juga loe akhirnya bocah bisu! uluh-uluh udah gak tahan ya? Apa … masih mau loe merasakan 'kejantanan' seperti yang loe bilang tadi, hah?" Naldo mengejek sembari memegang pipi Alan kuat menggunakan satu tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Sazia Almira Santoso
terlalu
2021-06-11
2
Beci Luna
kok dianiayah disekolah dekat perpustakaan,apa tdk ada yg lihat ,paling tidak ada CCTV,atau guru....semiga anak muda yg baca novel ini jangan tiru tindak kejahatan ini.byk kasus anak yg kemampuan org tuax rendah selalu dibuli di sekolahpadahal anakx pintar,sopan ,patuh pd sekolah,cendrung anak org gede...
yg selalu jd paehatian serius....ditakuti....apa karna status pekerjaan org tua sangat berpengaruh pd dunia pendidikan.sedih juga baca novel ini.maaf...ya thor
2021-04-19
0
pembaca dalam hati
Nihan apa?
2021-03-30
1