BAB 2

Bayi yang ditinggalkan di tempat pembuangan sampah tidak menangis hingga malam hari. Setelah melewati tengah malam, bayi itu menangis lantaran kedinginan dan jua karena hanya beralaskan kardus serta kain tipis yang membalut di tubuhnya.

Letak pembuangan sampah tersebut jauh dari pemukiman Penduduk, sehingga tangisan dari bayi itu tidak ada yang mendengarnya, sebab jarang ada pula orang yang melintasi kawasan itu.

___

Lantas ada sepasang pasutri muda melintasi Kawasan pembuangan sampah tersebut, mereka dalam keadaan mabuk diketahui bernama Ika dan Ferdi.

Ika dan Ferdi awal mula mereka menikah muda karena terjadi insiden digrebek oleh warga saat kedapatan berbuat mesum di dalam kos-kosan Ferdi.

Orang tua Ika sendiri sudah angkat tangan atas segala kelakuan putrinya yang tidak dapat di atur dan selalu membangkang itu, lantaran kerapkali Ika keluyuran pada malam hari dan juga pergaulannya bebas bersama anak-anak berandalan. Dia sering bolos sekolah dan berpacaran dengan si Ferdi salah satu dari anak berandalan tersebut berujung putus sekolah.

Sementara Ferdi sendiri adalah anak yatim piatu dari sebuah panti asuhan yang berada di Kampung sebelah. Ferdi dari kecil memiliki sifat buruk, tempramen tinggi dan sangat nakal. Sehingga tidak ada orangtua yang mau mengasuhnya hingga dia besar.

Setelah besar, menjadi brandal jalanan, tidak sekolah, senangnya nongkrong, mabuk, ngamen dan terkadang menjadi Pak Ogah sesekali bersama teman-temannya. Dan hasil pendapatan dari ngamen dan menjadi Pak ogah tersebut hanya untuk mabuk-mabukan serta dia seorang pecandu Narkoba tingkat Waspada.

Jika sedang tidak ada uang, dia menggunakan lem Aibon untuk menggantikan obat terlarang tersebut dan jika tidak mendapatkan keduanya dia bisa berbuat yang lebih, yakni mencuri dan mencopet di pasar maupun di tempat-tempat keramaian hanya untuk mendapatkan barang haram tersebut.

Ferdi menikahi Ika saat usia masih sangat muda yakni 18 tahun, Ika pun satu usia dengan Ferdi. Kini mereka sudah berusia 25 tahun, belum memiliki keturunan. Tentu saja, semua dikarenakan kehidupan mereka kelam, Ika pun sama-sama pemabuk, pecandu dan juga perokok.

___

Next

Jrug! jrug! jrug!

Mesin motor yang sedang dikendarainya tiba-tiba mati.

"Aisssh! pakek acara bocor segala ini ban sialan!" Ferdi merasa kesal, lekas beranjak turun.

"Emm ... apa-apan sih woi, kok malah berhenti di tempat sampah begini, bau tau!" Cetus Ika bernada tinggi akibat pengaruh alkohol.

"Ah bawel kau, turun kau turun! Mata kau buat lihat tuh ban kempes!" Lanjut Ferdi.

"Aiih! kau saja yang tidak mikir! ngapain pula tengah malam lewat sini! udah sepi, gelap, dan juga kenapa tadi tak kau periksa ban dulu sebelum jalan, hah! Gobl*k!" Jawab Ika

"Kok kau malah nyolot sih! ngatain aku tak mikir segala! bukannya bantuin nyari solusi, malah ngomel terus, ngatain aku gobl*k pula, Kampang!" Umpat balik Ferdi tak terima.

"Solusi apaan hah ...? solusinya tuh ... kau dorong tuh motor, Gobl*k!"

Percakapan mereka memang selalu seperti itu, tidak ada bahasa lembutnya, sehingga bahasa kasar tersebut bagai menjadi bahasa yang lumrah bagi mereka. Lantas ketika mereka hendak mendorong motornya, Ika menghentikan langkah kala ia mendengar sesuatu.

"Eh, tunggu dulu deh Fer,"

"Apaan? udahlah buruan kau bantuin dorong motornya" jawab Ferdi tak menghiraukan.

"Iya, bawel kau ah! itu kau dengar gak? kayak ada suara bayi nangis?" lanjut Ika sembari menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Aihh ... paling-paling suara bayi orang-orang sini yang nangis." jawab Ferdi singkat.

"Wei, lihatlah Fer, rumah orang kan jauh dari sekitar sini." Jelas Ika.

"Oh iya juga ya, lalu ... apa jangan-jangan itu suara bayi hantu? aih serem." Jawab Ferdi sembari menoleh ke kanan dan ke kiri juga.

"Hantu kepala kau! kebanyakan minum tadi kau tuh, mana ada yang namanya hantu, justru kau itu yang lebih manakutan dari hantu!"

"Aeh Kampang kau!" Umpat Ferdi.

Ika lekas beranjak ke arah semak-semak mengikuti suara bayi menangis tersebut. Ia menggunakan penerangan dari hp-nya untuk melihat ke sekeliling tempat pembuangan sampah itu. Ketika mendekati sekitar tong sampah, ia menemukan bayi yang sangat memprihatinkan. Bayi mungil berada di sebelah tong sampah hanya beralaskan kardus bekas dan kain tipis yang membalut pada tubuhnya.

"Astaga Fer ... Lihatlah beneran ada bayi Fer ..." Ucap-nya terkejut, tanpa basa-basi lekas ia mengambilnya. Lantas berjalan kembali ke arah Ferdi.

"Wah, sepertinya bayi di buang tuh." Ucap Ferdi kala Ika memperlihatkannya dari jarak dekat.

"Entahlah, Yaudah kita bawa saja bayi ini dan besok kita bawa ke kantor polisi" Pungkas Ika.

___

Mereka hendak pulang ke kontrakan mereka, Ferdi mendorong motornya seorang diri sementara Ika berjalan di belakangnya sembari menggendong bayi tersebut.

Tanpa disadari, mereka tengah di ikuti oleh sekelompok orang yang biasa di sebut preman. Yakni preman yang hendak menagih hutang kepada Ferdi, sebab setiap hari para preman tersebut datang ke kontrakan mereka, posisi mereka selalu tidak ada. Kontrakan selalu dalam keadaan kosong. Ika dan Ferdi sendiri memang jarang pulang sehingga para preman-preman selalu gagal berjumpa mereka menjadikannya geram.

Kini Ferdi dan Ika sudah sampai di kontrakannya, sudah masuk dan barusaja menutup kembali pintu, lantas tiba-tiba terdengar suara dari luar cukup keras.

Brak! Brak! Brak!

"Woi Ferdi! buka pintunya, pengecut!" Teriak suara beberapa orang dari luar, tak lain merekalah para preman-preman itu.

Sontak Ferdi menyadari, menjadikannya bimbang nan ragu hendak menemuinya lantaran tidak memiliki jumlah uang yang cukup untuk membayar hutang-nya kepada preman-preman tersebut.

Tentu membuat para preman semakin geram, akhirnya tanpa basa-basi lagi pintu rumah di dobrak paksa oleh para mereka.

Glubrak!

"Woi, Ferdi! dimana kau!" Teriak salahsatu diantara mereka kala pintu berhasil terbuka.

Tampak amarah merekah dari masing-masing mereka lekas melangkah menuju kedalam rumah. Begitu mendapati keberadaan Ferdi, tanpa basa-basi mereka menganiaya Ferdi sedemikian buruknya, tanpa peduli penjelasan Ferdi yang kini masih belum jua membayar hutang-hutangnya.

Brak! Brak! Brak!

Blug! Blug! Blug!

Ferdi tak kuasa melawannya, hingga tubuh babak belur, darah menetes dari indra pencium-nya dan jua bibirnya.

Semasih adegan tersebut berlangsung, posisi Ika berada di pojok ruang sembari menggendong bayi itu. Sungguh ia ketakutan hingga tubuh bagai mematung.

Preman itu mengancam, apabila tidak segera melunasi hutangnya dalam waktu satu Minggu, mereka tidak akan segan-segan membunuhnya.

Usai mengutarakan kalimat ancaman, mereka lekas hengkang seraya membawa serta motor butut milik Ferdi.

___

Ferdi lemas tak berdaya, Lantas Ika bergegas membantu Ferdi untuk duduk sembari memberikan obat merah pada luka-lukanya.

"Duh, kenapa bisa begini sih, emangnya hutang apa sih kau sama mereka?" Tanya Ika sembari mengoleskan obat merah.

"Aihh, pakek tanya hutang buat apa segala, kau juga selama ini ikut nikmatin. Bedeb*h kau!"

"Aiih! terus ini gimana dong? kita kan gak ada duit ..." lanjut Ika tampak resah.

Ferdi diam sejenak hingga beberapa detik, lantas menoleh ke arah bayi itu.

"Aha, Aku ada solusi jitu."

"Solusi jitu apa? Apa kau mau maling lagi?" Tanya Ika.

"Kali ini lebih mudah daripada maling, aku jamin dapat duitnya jauh lebih banyak, tapi ... resikonya gede juga si"

"Iya trus apa? lama Nihan kau Akh!" Ika masih belum mengerti.

"Itu ... Gimana kalau kita jual saja bayi itu?" Lanjut Ferdi tak lepas memandang bayi tersebut.

"Hah ... jual bayi ini? apa kau udah gila ya hah? tidak! aku tak setuju Fer." Jawab Ika, tak habis kira.

"Lah, lagian kita kan gak tau itu anak siapa. Dan juga kalo kita laporkan ke pihak yang berwajib nanti wajah kita jadi gampang tersorot dan gampang di temukan oleh polisi kalo kita sedang beraksi. Lagian juga gimana cara melunasi hutang sama preman-preman itu hah? Emang kau udah siap mati di bunuh mereka, hah!" Jawab Ferdi.

Ika diam sejenak sembari garuk-garuk kepala.

"Woi, ngapa diam aja kau!" Lanjut Ferdi.

"Anu ... Benar juga sih yang kau bilang tadi. Tapi, kalo kau mau menjual bayi ini aku tak setuju Fer!" lanjut Ika.

"Lah, kenapa pula kau tak setuju? anak kau juga bukan tuh! Kuping kau juga tadi dengar kan? kalo hutang itu tidak secepatnya dilunasin, besok kita bisa mati di bunuh oleh mereka, ngerti!" Jawab Ferdi tampak marah.

"Iya, aku tau ini bukan anak aku Fer, tapi aku juga nantinya bakal jadi ibu, bahkan kau juga jadi ayah. Kalo tentang hutang ya ... kau kerja lah!" Ika nampak kesal.

"Ngebacot aja kau pinter! kau pikir gampang apa cari kerja hah!" Geram si Ferdi.

Percakapan semakin memanas akibat perbedaan pendapat, alhasil mereka masing-masing diam sejenak sambari berpikir. Lantas selang beberapa menit, akhirnya perbincangan berlanjut.

"Gimana kalau kita rawat saja anak ini menjadi anak kita Fer, lalu kita pergi jauh dari daerah sini?" Pinta Ika.

"Apa? merawat bayi itu? kau pikir gampang apa ngurusin anak! belum susunya, makannya, pakaiannya, sekolahnya nanti. Otomatis semua biaya aku yang nanggung hah? cuih! tidak sudi aku!" Jawab Ferdi dengan sengit.

Namun, tanpa persetujuan Ferdi, Ika tetap akan merawat anak itu. Kemudian mereka berbenah beberapa barang yang hendak mereka bawa, untuk segera pindah ke Daerah lain yang letaknya sangat jauh/berbeda Kabupaten dari daerah tempat tinggal mereka sebelumnya.

Bersambung

Catatan Author

25-12-2020 Karya ini masih dalam Revisi atau perbaikan tulisan, harap maklumi untuk episode selanjutnya bila tulisannya masih kurang nyaman di baca. Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Sazia Almira Santoso

Sazia Almira Santoso

lajut tor

2021-06-11

1

Irandr

Irandr

suka sekali ceritanya ini thorrr bagus karya mu 😍😍😍😍😍😍😍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍

2021-05-18

0

Beci Luna

Beci Luna

awalx sedih,tapi aneh kenapa tidsk ada udaha utk mencari anakx yg hilangpaling tidak pihak rumah sakit harus bertangggung jawab,kepolisian harus dilibatkan,kok sampai anak bayi berpindah tangan keorg lain dr ibu gila ke keluarga yg super gila karna byk utang tidak bekerja,malah mereka merencana utk menjual bayi itu..thor...coba revisi dulu alur ceritax....maaf ini masukan

2021-04-19

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 Michealan Stevanus Lawrence (Alan)
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 Mike Stevanus Lawrence (Mike)
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 Alan Vs Mike Part 1
71 Alan Vs Mike Part 2
72 Alan Vs Mike Part 3
73 Alan Vs Mike Part 4
74 Alan Vs Mike Part 5
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
130 BAB 130
131 BAB 131
132 BAB 132
133 BAB 133
134 BAB 134
135 BAB 135
136 BAB 136
137 BAB 137
138 BAB 138
139 BAB 139
140 BAB 140
141 BAB 141
142 BAB 142
143 BAB 143
144 BAB 144
145 BAB 145
146 BAB 146
147 BAB 147
148 BAB 148
149 BAB 149
150 BAB 150
151 BAB 151
152 BAB 152
153 BAB 153
154 BAB 154
155 BAB 155
156 BAB 156
157 BAB 157
158 BAB 158
159 BAB 159
160 BAB 160
161 BAB 161
162 BAB 162
163 BAB 163
164 BAB 164
165 BAB 165
166 BAB 166
167 BAB 167
168 BAB 168
169 BAB 169
170 BAB 170
171 BAB 171
172 BAB 172
173 BAB 173
174 BAB 174
175 BAB 175
176 BAB 176
177 BAB 177
178 BAB 178
179 BAB 179
180 BAB 180
181 BAB 181
182 BAB 182
183 BAB 183
184 BAB 184
185 BAB 185
186 Terima kasih
Episodes

Updated 186 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
Michealan Stevanus Lawrence (Alan)
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
Mike Stevanus Lawrence (Mike)
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
Alan Vs Mike Part 1
71
Alan Vs Mike Part 2
72
Alan Vs Mike Part 3
73
Alan Vs Mike Part 4
74
Alan Vs Mike Part 5
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129
130
BAB 130
131
BAB 131
132
BAB 132
133
BAB 133
134
BAB 134
135
BAB 135
136
BAB 136
137
BAB 137
138
BAB 138
139
BAB 139
140
BAB 140
141
BAB 141
142
BAB 142
143
BAB 143
144
BAB 144
145
BAB 145
146
BAB 146
147
BAB 147
148
BAB 148
149
BAB 149
150
BAB 150
151
BAB 151
152
BAB 152
153
BAB 153
154
BAB 154
155
BAB 155
156
BAB 156
157
BAB 157
158
BAB 158
159
BAB 159
160
BAB 160
161
BAB 161
162
BAB 162
163
BAB 163
164
BAB 164
165
BAB 165
166
BAB 166
167
BAB 167
168
BAB 168
169
BAB 169
170
BAB 170
171
BAB 171
172
BAB 172
173
BAB 173
174
BAB 174
175
BAB 175
176
BAB 176
177
BAB 177
178
BAB 178
179
BAB 179
180
BAB 180
181
BAB 181
182
BAB 182
183
BAB 183
184
BAB 184
185
BAB 185
186
Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!