"Tapi setelah nikah kan, tanggung jawab orang tua pindah ke suaminya." Chandra menarik pemahamannya sendiri.
"Memang! Tapi kau tetap walinya, kau bisa jemput adik perempuan kau dari suaminya, kala adik kau tak rela diperlakukan kasar atau dapat suatu masalah besar sama suaminya. Sampai kau ubanan atau rambut kau rontok semua, kau tetap jadi wali adik kau. Kau tak bisa hilangkan kepedulian kau ke adik-adik perempuan kau, karena meski bukan tanggung jawab kau lagi, tapi kau tetap walinya! Harusnya, kau fokus ke Izza untuk buat dia ngerti keadaan kau itu. Bukan suruh nunggu kau, sampai masa perwalian kau habis, karena tak akan pernah habis." Ghifar merasa anak kakaknya lebih sulit dinasehati ketimbang anak-anaknya sendiri.
Harus saja, ia menggunakan emosinya untuk menjelaskan pada anak-anak Givan. Tak terkecuali dengan Ra, anak asuh asuhnya yang merupakan adik kandung Chandra.
"Sekarang, Papa cuma bantu ngomong ke ayah kau kalau kau punya masalah yang harus diselesaikan besok. Ini bukan menyangkut apapun tentang kelakuan kau kan? Nanti Papa sampaikan. Untuk urusan keputusan kau nikah, itu di tangan kau sendiri! Orang tua kau udah minta kau nikah dari lulus SMA, tapi banyak wacana kau kek yang iya mau mandiri sendiri!" Setelah mengatakan hal itu, Ghifar bangkit meninggalkan halaman belakang.
Ia khawatir hipertensi keturunan dari ayahnya turun padanya, jika setiap hari harus menasehati banyak anak-anak kakaknya. Karena wataknya cenderung keras kepala semua, membuatnya harus berubah menjadi keras juga untuk penyampaian nasehat tersebut.
"Ya ampun!" Chandra terkejut, saat pelukan tiba-tiba didapatkannya.
Isakan langsung terdengar di telinga Chandra. Satu yang tak membuatnya senang kala berkumpul dan mendapat nasehat, yaitu karena kekasihnya begitu sensitif dan cengeng. Menurutnya, rasa cengeng kekasihnya lebih dari ibunya.
"Abang tak jelasin apapun ke aku." Izza bersandar di bahu kekasihnya.
"Belum waktunya." Chandra menggosok wajahnya sendiri.
"Kapan waktunya?" Izza melepaskan pelukannya, karena kecewa Chandra tidak merespon pelukannya.
"Nanti ya? Sabar dulu." Chandra menaikan tangannya untuk membenahi anak rambut yang keluar dari hijab kekasihnya.
"Udah sepuluh tahun aku sabar, Bang." Izza menghapus sisa air matanya.
"Satu tahun lagi ya? Aku bakal pikirkan tentang kita." Chandra kembali menjanjikan.
"Kalau ini tentang biaya, aku bakal bantu dengan tabungan aku, Bang. Abang impikan pernikahan kek mana? Aku tak apa jual emas-emas aku, untuk menuhin pernikahan impian Abang. Eummmm…. Kurang lebih delapan ratus juta, cukup tak?" Izza berani keluar modal, agar menjadi satu dengan kekasihnya.
Chandra membingkai wajah Izza, sorot matanya tajam penuh keseriusan. "Kau harus tau…." Chandra sengaja menggantungkan ucapannya.
"Apa?" Izza ikut serius.
"Kalau aku lebih kaya dari kau." Mendengar lanjutan perkataan Chandra, kedua insan manusia itu langsung terkekeh geli.
"Kau tak kerja sama ayah aku, mana mungkin kau bisa punya celengan sampai ratusan juta kek gitu!" Chandra menarik hidung kekasihnya. Kesombongannya persis seperti ayahnya, meski tatkala ia menggunakan kelembutan dari ibunya untuk senjata menundukkan lawan bicaranya.
"Maklum, orang dalam," timpal Izza dengan kembali memeluk kekasihnya.
"Aku cancel ya liburan besok? Sebagai gantinya, ayo kita jajan di Apatamart." Chandra memplesetkan nama minimarket yang tersebar di pelosok manapun.
"Aku ikut, Bang. Tak apa aku disuruh bawa-bawa jaket sama koper Abang juga, yang penting ikut." Izza selalu merendah untuk mendapatkan belas kasih kekasihnya.
"Aku tak bawa koper, Za. Kemarin mudik aja cuma bawa laptop, adaptor, charger HP, earphone sama power bank." Chandra mengusap-usap punggung Izza yang masih memeluknya. Kemudian, Izza melepaskan pelukannya pada kekasihnya itu.
"Pengen ngerasain naik pesawat, Bang." Izza memasang wajah sendu dengan bibir mengerucut. "Paling kenceng, aku naik perahu di danau Lut Tawar aja, Bang," lanjutnya mengiba.
"Ya tak apa, nanti kita ke laut kan? Naik perahu lagi. Upin Ipin, naik perahu di sungai sama tok Dalang aja senang betul, sampai peci atok terbang." Chandra tersenyum lebar.
"Ya tak apa deh, yang penting sama Abang."
Chandra tertawa lepas, mendengar tanggapan kekasihnya. Ia tidak mengerti, kenapa Izza mudah sekali dibujuk olehnya. Kadang ia berpikir, jika Izza pasti mudah diperdaya. Tapi ia tidak berniat merusak Izza, karena dirinya pun tak mau merusak dirinya sendiri.
"Yuk ke Apatamart sama Cali, dia udah ngerengek tadi kan?" Chandra bangkit, kemudian mengulurkan tangannya untuk digandeng kekasihnya.
Namun, gendengan itu terlepas kala mereka sudah memasuki rumah kembali. Chandra tak mau semua perhatian tertuju padanya, apalagi dengan statusnya dan Izza yang belum resmi menjadi suami istri.
Keseruan mereka berbaur dengan bungkus-bungkus snack yang telah kosong berserakan. Chandra bingung, untuk meminta izin kembali karena ayahnya masih enggan mengajaknya bicara. Beberapa kali terlihat di matanya, jika ayahnya dan pamannya tengah berbicara serius. Tapi ia tidak tahu, kedua orang tua itu tengah membicarakannya atau tidak.
Hingga tiba waktu sarapan bersama, mereka semua makan dengan lahap sesuai porsi masing-masing. Chandra sudah memesankan tiket pesawat untuk penerbangan siang nanti, sayangnya ia ingat jika ia belum meminta izin pada ayahnya.
"Jam berapa berangkatnya, Ces?"
Chandra memperhatikan ayahnya yang melontarkan pertanyaan pada adiknya.
"Tak tau bang Chandra. Jam berapa, Bang?" Ceysa melemparkan pertanyaan padanya.
"Apanya?" Chandra bukan tidak mengerti maksud pertanyaannya, hanya saja ia khawatir telah salah mengira.
"Penerbangan." Ceysa menuangkan air ke gelasnya.
"Jam satu siang, Dek." Chandra melirik ke arah ayahnya, tapi ia langsung tertunduk kala ayahnya mengarahkan pandangannya ke arahnya.
"Lusa kalian udah di rumah!"
Chandra dan Ceysa langsung memusatkan perhatiannya ke arah ayahnya. Chandra tidak mengerti, apa yang pamannya bicarakan padanya.
"Iya, Yah." Chandra langsung menyanggupi, sebelum ucapan ayahnya berubah.
"Bang Zio, anterin Bang Chandra ke bandara," pinta Givan kemudian.
"Ya, Yah." Zio mengangguk menyanggupi. Kemudian ia fokus pada piringnya, sebelum akhirnya ponselnya berbunyi kembali.
"Berapa unit butuh? Kapan acaranya?"
Mereka semua tertarik dengan pembicaraan Zio dan ponselnya. Karena Zio pun dikabarkan akan menikah dalam waktu dekat. Bukan sepenuhnya karena inginnya, tapi Zio mendapat desakan dari ayahnya juga.
"Kenapa mendadak?" Kemudian, Zio geleng-geleng kepala mendengar jawaban dari lawan bicaranya di telepon.
"Ada juga sama pick up punya ayah antar furniture. Rental Avanza jemput ayang sih cuma sepuluh, itu pun tujuh dari sepuluh udah keluar garasi."
Mereka semua tergelitik mendengar obrolan Zio dengan ponselnya.
"Oh, ya udah. Nanti siang ke rumah aja." Barulah Zio menyadari, jika seluruh keluarganya memperhatikannya.
"Mau nikah, Bang. Travelnya lancar dong, untuk lamaran," jelas Canda, membuat Zio bersemu seketika.
"Loh? Memang main travel? Bukannya dikasih usaha distro?" Chandra ingat terakhir adiknya disibukan usaha tersebut.
"Padam, Bang. Belajar travel sama papa masa liburan di Bali, pas liburan semester pertama itu. Ayah jual ruko distro, ganti beli lahan kosong untuk garasi, sama kasih tujuh mobil. Sekarang aku udah bisa nambahin tiga mobil, kredit, biar dapat asuransi." Zio tersenyum kuda.
"Memang laku di sini ya?" Ceysa merasa minat penduduk menggunakan mobil masih kurang.
"Laku di kampus sih, untuk jemput ayang. Ngakunya punya mobil, biar dapat speak Turki." Zio terkekeh kecil.
"Ajarin Hadi, Bang." Ceysa cengengesan saat mengatakannya.
Givan memicingkan matanya. Ia sejak kemarin menebak-nebak, kenapa perjalanan kedua anaknya melibatkan Hadi. Saat Hadi ditanya langsung, anak itu mengatakan bahwa tenaganya dibutuhkan untuk mengangkat beban seberat tiga kilogram. Givan yang memiliki jam terbang tinggi pun, merasa kebingungan teka-teki yang ada.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Yunia Spm
😆
2023-11-01
1
Red Velvet
takutnya ada yg pingsan saat rombongan kembali bawa sesuatu yg berharga 3kg😅😅😅 Hadi pasti kaget, tau2 udh jd ayah🤔
2022-12-19
0
Windarti
kalau cowok yg punya tangung jawap gengsi tinggi tetep nikahah dibantu calon istri ya tersingung juga malu tapi jiga coeoknya egois pelit ya ok ok aja.bingung barang berharga apa ya3kg .emas batangan kah berlian kah tentu dalam penerbangan ngk boleh .teka teki yg cukup buat penasaran yayah.
2022-12-19
3