"Kenapa Ceysa tak mau?" Chandra terheran-heran dengan pengakuan Hadi yang tengah membaca pesan chat dalam ponselnya.
"Katanya tak enak badan."
Chandra menepuk jidatnya, ia teringat akan luka operasi adiknya. Padahal, adiknya berulang kali mengatakan jika lukanya sakit jika ia berada di perjalanan. Namun, ia malah keliru dan meminta Hadi untuk mengajak Ceysa berjalan-jalan.
"Ya atur waktu aja, tak besok ya nanti gitu kan?" Chandra tetap ingin Hadi memiliki waktu dengan Ceysa.
"Nanti ya aku yang tak bisa, Bang. Aku repot sama pendidikan aku." Hadi ingin mengutamakan pendidikannya dari hal apapun.
"Untuk Ceysa juga, kau yakin tak bisa?" Chandra mengerutkan keningnya.
Hadi terlihat tengah berpikir. "Ya nanti aku usahain, Bang. Masalahnya, pasti Sekar drama lagi ke abu kalau tau aku ke Ceysa."
Chandra bangkit dari posisinya, kemudian ia berjalan ke arah jendela. Ia berdiri di dekat jendela, karena ia merasa tidak nyaman berada di dekat Hadi yang tengah merokok. Ia jauh dari rokok, ia tidak berminat untuk merokok.
"Kau cinta betul sama dia? Abang yang cinta ke Izza aja, sering kok buat dia ngedrama nangis, ngadu, ngambek. Tak masalah, Abang tetap laki-laki yang punya harga diri. Nyegah dia biar tak marah, ya semampunya. Tapi kalau dia berlebihan banyak aturan, ya Abang biarin aja. Wajar juga perempuan ngambek." Chandra tidak habis pikir tentang adik keponakannya.
"Aku takut Sekar ngadu," akunya lirih.
"Aku betul-betul bakal dikawinkan lebih cepat, Bang," lanjutnya frustasi.
Chandra langsung mengerti kekhawatiran Hadi. Hadi tidak berani menghiraukan Sekar, karena Hadi khawatir Sekar melaporkan pada orang tuanya.
"Kau tak mau nikah muda?" Chandra memperhatikan gerakan Hadi dari tempatnya.
"Mau, kalau sama Ceysa. Dia kaya, aku pasti bisa kuliah sambil kerja di usaha dia untuk kasih makan dia. Sama Sekar? Ya gimana? Belum nikah aja, aku udah pusing dia tiap minggunya minta bantuan bayar PNM Mekaar. Bulanan, minta bantuan cicilan motor. Aku aja kuliah pulang pergi nebeng Zio, uang jajan tak seberapa. Segala, suruh bantu dia bayar angsuran. Aku selalu tak bisa bantu tuh, ya alhasil dicap aku begini begitu. Kek yang Abang bilang, orang tua aku tak kaya seberapa. Mereka bukan kaya, cuma kecukupan aja."
Chandra ingin tertawa mendengar ucapan polos Hadi. Hadi mau menikahi adiknya di usia muda, dengan alasan adiknya kaya. Bertambah geli menurutnya, karena Hadi berniat bekerja pada adiknya untuk memberi makan adiknya.
"Kau nampak kek sengsara betul. Masa iya abu tak kasih kau motor, tak kasih uang jajan lebih?" Chandra merasa tidak percaya mendengar pengakuan adik sepupunya.
Karena ia tahu sendiri, bahwa bibi dan pamannya tersebut adalah orang yang suka memberi. Mereka tidak pernah menghitung atau mengijir berapa banyak miliknya yang harus dibagi.
"Ada motor, tapi aku udah feeling pasti aku bonceng-bonceng perempuan terus. Masalah uang saku, seberapa banyak yang dikasih pun, aku pasti habis karena aku doyan jajan makanan. Abang kan tau dari dulu, kalau aku selalu datangi pasar malam. Apalagi di kampus, yang depan pagarnya udah kek pasar malam tiap hari."
Chandra tergelak lepas. Ia suka dengan Hadi yang jujur dan berbicara apa adanya.
"Kenapa kau feeling begitu?" Chandra mencoba mereda tawanya, ia khawatir mengganggu keluarga Hadi yang sudah terlelap.
"Aku tak enakan orangnya. Aku pernah bawa motor, ada aja yang minta ikut sampai depan. Ada juga yang minta nebeng pulang, dengan alasan searah. Ada aku motor, Bang. Motor matic, sekarangnya dipakai ma antar jemput Gwen sekolah. Pernah kan motor dibawa aku, aku antar Gwen sekolah dulu, nanti pulang kan Gwen sama teman-temannya rombongan naik angkot. Jadi ya aku lebih milih tak bawa motor aja, daripada ada perempuan nebeng terus. Lagian, toh Zio ajak terus. Dia pun jadikan aku alasan, biar tak ditebengi perempuan. Kita satu fakultas dan satu kelas juga. Paling aku patungan bensin, gitu aja," jelas Hadi kemudian.
Chandra manggut-manggut. "Terus waktu untuk kau pacaran sama Sekar dan Zio pacaran sama Ais, kapan?"
Hadi melirik ke arah kakak sepupunya berdiri. "Aku tak pernah pacaran sama Sekar, tak pernah ajak dia jalan. Dia terus yang ke sini, dia terus ngapelin aku."
Chandra memiliki pernyataan yang akan meyakinkan dirinya sendiri tentang spekulasinya. "Nah, terus kau ngapa-ngapain Sekar itu kapan? Kau tak pernah bawa-bawa dia? Lain Abang, Abang di sini ya Izza Abang bawa-bawa terus." Chandra ingin mencocokkan dengan fakta yang ia miliki.
"Masa liburan di Singapore."
Klik.
Chandra mengunci jawaban Hadi di otaknya, ia akan mengingat ini untuk penjelasan yang ia berikan pada Hadi nanti. Karena ia khawatir, Hari tidak percaya dengan bukti hasil perbuatannya yang dilakukan dengan tidak sadar tersebut.
"Jadi, kau jaga jarak karena tak mau Ceysa terlalu tersakiti? Kau pun ikutin mau Sekar, karena tak mau dia beberkan kalau kau bukan laki-laki baik?" Hadi langsung mengangguk dua kali, setelah terlepasnya pertanyaan Chandra.
"Nah, memang kau punya bukti kalau itu Sekar?" Hadi lekas mendelik, mendengar pertanyaan Chandra. "Maksudnya…. Kau kan tadi bilang kau tak sadar kan? Abang tau kau mabuk berat masa itu," jelasnya kemudian. Chandra khawatir mulutnya membocorkan lebih dini.
"Aku buktikan lepas aku benar-benar pulih di esok harinya. Maaf-maaf, mungkin agak jorok. Tapi, aku cek pakai jari aku sendiri. Tapi sebelum jari aku masuk, memang bagian itu udah terbuka." Hadi membuat isyarat dengan jarinya, membentuk huruf O.
Chandra menautkan alisnya. Ia merasa Hadi dibohongi di sini, ia yakin Sekar tak sepolos yang Hadi tau.
Jika Sekar membuat fakta bohong pada Hadi. Ia memiliki pemikiran bahwa Sekar juga tahu, bahwa yang digauli oleh Hadi adalah Ceysa. Karena perempuan selain dirinya, adalah Ceysa. Dengan Hadi mengecek langsung keadaan Sekar, berarti jelas Hadi mengingat samar atas perbuatannya itu. Hanya saja, Hadi ragu siapa lawan bermainnya.
"Kau tak berpikir, kalau Sekar memang udah ngebuka sebelum karena kau? Karena menurut Abang, proses bisa nampak terbuka itu karena terbiasa. Kalau satu pakai, dia memerah dan masih rapat tuh. Bukan karena Abang pengalaman, tapi Abang ada obrolan begitu sama ayah. Jadi, biar kelak Abang dapat istri tak zonk gitu." Chandra menjelaskan dengan perlahan, sembari menggerakkan tangannya sesuai isyarat yang ia berikan.
"Aku berpikir begitu. Tapi Sekar nangis lepas dan dia bilang, dia cuma sama aku. Seingat aku, tak nampak memerah bonyok kek first time yang di video luar. Cuma aku berpikir, mungkin karena Sekar kan bentukan Asia, jadi beda sama bule."
Chandra merasa Hadi benar-benar polos dan mudah dibodohi.
"Abang punya saran untuk kau." Chandra ingin Hadi mencurigai kekasihnya sendiri.
"Apa, Bang?" Hadi menarik sebatang rokok baru.
Setahun belakangan, ia menjadi perokok aktif.
"Kau harus sedikit posesif ke Sekar. Kau juga perlu, kau sesekali main ke rumah dia tanpa bilang."
Hadi merasa heran dengan saran kakak sepupunya. "Untuk apa, Bang? Ngeladenin dia aja aku setengah hati." Hadi tidak mengerti maksud terselubung Chandra.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Zaskia Fivana
up kak anisah
2022-12-16
1
Zaskia Fivana
up dong
2022-12-16
1
Evi Ambon
wah sekar mirip si Aini
semoga saja kebuka tuh kebusukan sekar
2022-12-16
2