"Aku bukan laki-laki baik, Bang," akunya penuh kesedihan.
"Kenapa kau bukan laki-laki baik? Apa yang udah kau perbuat memang?" Chandra tahu keburukan yang dimaksud Hadi, hanya saja ia ingin tahu jelas dari mulut Hadi sendiri.
Hadi menggeleng, ia merasa aibnya tidak pantas diceritakan. Ia berpikir untuk mengalihkan pembicaraan saja, tapi ia malah penasaran dengan hubungan kakak sepupunya karena Izza begitu lengket dengan Chandra.
"Abang ngapain aja pacaran sama kak Izza?" Terlontarnya pertanyaan Hadi, membuat Chandra berpikir bahwa Hadi ingin membandingkan hubungan percintaannya sendiri dan dirinya.
Chandra mengikuti alur Hadi, karena ia berharap Hadi buka mulut tanpa paksaan darinya. Setidaknya, ia ingin sosok Hari yang terbuka pada siapapun kembali lagi.
"Cium, belanja. Abang LDR, jadi ya komunikasi aja yang gencar. Kalau tak ada topik pembahasan lewat komunikasi, malah jadinya berantem." Chandra sengaja terbuka, agar Hadi pun melakukan hal serupa.
Hadi terdiam, ia mengingat percintaannya dengan Sekar. Ia merasa, bahwa dirinya amat bisa menjaga dirinya dan menjaga marwah kekasihnya. Hanya saja, ia samar dan sulit untuk menerima bayangan samar yang ia sedikit ingat.
"Cium gimana, Bang?"
Chandra langsung tertawa lepas. "Malu lah Abang, Di. Kenapa memang? Ceritalah, daripada nanya-nanya terus. Cara Abang dan cara kau pasti beda. Karena Izza pasti nurut, apalagi kalau Abang nekankan dan bujuk. Cuma kalau dia tak mau, ya Abang memang tak bujuk. Kecuali, memang ego tak bisa ditahan dan tau batasan aja."
"Sekar pun begitu, Bang. Cuma aku yang risih, awalnya kan tak ada niat aku sama dia. Pas aku bawa dia liburan ke Singapore itu, itu baru pojok-pojokin aja, aku belum beneran ada hubungan sama dia."
Sedikit pengakuan Hadi membuat Chandra kaget. Dalam sekejap, ia memiliki asumsi lain tentang Hadi.
"Kau kenal dia dari mana sih? Bukan Abang gimana-gimana ya, tapi Abang kurang sreg kalau kau jadi sama dia."
Hadi menghela napasnya. "Itu anak dari kakaknya istrinya pak cek Ardi, Bang. Mak cek Aini kenalin, suka pojok-pojokin. Aku kan memang tak ada niat untuk pacaran. Rencana aku, aku wisuda, aku ngelamar Ceysa. Tak ada aku pacaran sebelum ini pun, aku sadar aku laki-laki dan aku tau sifat laki-laki, aku takut ngerusak. Belum apa-apa, kan kejadian aku ngerusak." Hadi terbawa suasana obrolan mereka, ia pun tidak menyadari bahwa dirinya tidak sengaja mengatakan hal tersebut.
Chandra seperti mendapat titik terang. Ia berasumsi, jika Hadi sering melakukan hubungan tersebut. Sehingga, ia tidak bisa melepaskan Sekar begitu saja.
"Eummmm…. Sering kah?" Chandra bergerak untuk mengambil air mineral kemasan gelas, yang terdapat di sebelah asbak di atas meja dekat sofa yang Hadi duduki.
"Tak, Bang. Makanya…. Aku pusing sendiri. Aku serba salah, aku ngerasa berdosa betul. Aku takut adik perempuan aku si Gwen, dapat karmanya."
Chandra langsung menjurus ke arah adiknya. Hadi mengaku bahwa dirinya tak melakukan dengan sering, besar kemungkinan jika Hadi melakukan dengan Ceysa tanpa sadar bahwa itu adalah Ceysa.
"Kau yakin itu Sekar?" Chandra duduk di samping Hadi. Ia memerhatikan wajah Hadi yang tengah tertunduk lesu.
"Memang siapa lagi?" Hadi menoleh ke arah Chandra, kemudian ia tertunduk kembali.
"Seingat kau, berapa kali kau melakukan?" Chandra ingin membulatkan kepastiannya.
"Satu waktu, tapi tak cuma sekali."
Pengakuan Hadi, seperti yang Ceysa katakan. Chandra makin yakin, jika Hadi salah orang.
"Abang punya kejelasan yang tak kau sangkakan, boleh Abang minta kau ikut pulang ke Abang setelah lebaran?" Chandra bingung jika hanya menjelaskan, tapi tak ada bukti yang kuat.
"Boleh, Bang. Nanti aku atur jadwal, Bang. Soalnya, aku ada peralihan semester dekat-dekat ini. Memang ada apa di sana?" Hadi menoleh ke arah kakak sepupunya.
"Abang punya titik terang untuk kau. Kalau kau tetap nikahin Sekar, Abang pastikan kau tak pernah dapat uluran tangan dari keluarga Abang lagi." Chandra sengaja mengancam, agar Hadi sedikit memikirkan tentang ucapannya.
"Aku pastikan kalau nanti aku akan datang untuk minta restu." Hadi berpikir bahwa itu tentang restu Chandra untuk hubungannya dengan Sekar.
"Kau harus datang sendiri, Di. Lagian, kenapa sih kau harus begini? Kenapa lost contact sama kita?" Chandra sempat berpikir bahwa itu adalah tekanan dari Sekar.
"Aku tau diri, Bang." Hadi memijat pelipisnya sendiri.
"Aku tau Ceysa nunggu aku. Dia udah sukses dalam pendidikan, tak cuma satu gelar dia dapatkan. Aku udah begini, aku tak bisa harus sama dia, aku punya tanggung jawab ke perempuan lain. Jadi, pikir aku cara aku untuk buat Ceysa terbiasa tanpa aku ya dengan jaga jarak dengan dia. Aku cuma jaga jarak ke dia, tapi aku tetap coba biasa aja sama dia. Aku cuma mau, biar Ceysa tak berharap sama aku. Kalau kita tetap kek dulu, Ceysa pasti lebih tersakiti kalau tau aku akhirnya tak nikahi dia." Dengan obrolan santai dan pembawaan Chandra yang tenang dan terbuka, Hadi akhirnya buka suara dan mengeluarkan semua beban dalam pikirannya yang ia pendam sendiri.
"Tapi Abang ngerasa kau harus nikahin dia." Perkataan Chandra langsung membuat Hadi terheran-heran.
"Ada apa aku harus nikahin Ceysa?" Hadi tampak kebingungan.
"Pokoknya kau harus datang ke Abang di Singapore. Berapa lama waktu Abang harus nunggu kedatangan kau?" Chandra butuh kepastian, agar ia tidak terlalu lama menyelesaikan permasalah Ceysa.
"Paling lama tiga bulan, Bang. Lepas lebaran kan, peralihan semester nih. Aku adaptasi dulu, sama pahami kelas. Baru nanti aku ambil cuti untuk ke sana. Karena aku pasti jet lag kalau keluar negeri begitu, pas pernah ke Brasil aja aku sebulan tak sembuh-sembuh jet lag." Hadi berkaca pada pengalamannya sendiri.
"Ya kan Brasil sih jelas jauh, perbedaan waktunya banyak. Kalau Singapore kan dekat aja, maksudnya kan masih Asia gitu. Pasti jet lag, kek Abang tadi banyak tidur." Chandra pun merasa dirinya banyak istirahat setelah penerbangannya.
"Abang kan tiap hari banyak tidur terus kalau tak ada tuntutan kesibukan." Hadi melirik kakak sepupunya sinis, membuat Chandra langsung tertawa lepas.
"Jangan sampai tiga bulan lah, Di." Chandra menepuk pundak Hadi.
"Dua bulan deh, Bang." Hadi merasa bahwa kakak sepupunya memiliki kepentingan amat penting dengannya.
"Oke, Abang tunggu ya? Kalau kau mlesed janji, Abang benar-benar tak akan mau bantu kau di kemudian hari." Chandra hanya mengancam bohong.
"Siap, Bang. Aku usahakan. Aku kalau iyain, pasti aku usahakan."
Chandra mengangguk, ia pun tahu bagaimana seorang Hadi.
"Besok, Abang minta kau ajak Ceysa jalan-jalan. Bisa? Abang transfer deh." Bukan semata-mata ia ingin membuat adiknya senang. Tapi, ia ingin Ceysa dan Hadi memiliki obrolan.
"Abang marah tak? Aku kan udah bilang gimana aku ini." Hadi khawatir Ceysa berharap lebih, lalu ia disalahkan Chandra karena membuat adiknya berharap lebih padanya. Sedangkan, ia sudah memberitahu sendiri tentang masalahnya.
"Tak, ajak ke coffee shop atau ke mana. Tempat yang rileks untuk ngobrol. Kau pasti tau tempat kesukaan Ceysa. Pinjam mobil ayah, kalau mobil abu kau dipakai keluarga kau." Chandra tahu bahwa keluarga Hadi hanya memiliki satu buah mobil.
"Siap, Bang. Aku chat sekarang Ceysanya, biar dia bisa atur waktu." Hadi tahu, Ceysa adalah orang yang tidak suka diajak bepergian tanpa rencana.
"Sok. Bukan apa-apa, dia pasti kangen sosok kau yang dulu. Kau ini teman terdekatnya loh, dia pasti pengen cerita-cerita tentang semua kelelahannya." Chandra menepuk pundak Hadi kembali, yang tengah berkutat dengan ponselnya.
"Bang, tapi kata Ceysanya…..
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
ani marini
ayo donk... semangat thor .pendukung karyamu dari papah adi ama mamah dinda muda thor
2022-12-15
2
Niken Ayu
cie " kak Nissa punya penggemar baru.🤗🤗✌🤞😘
2022-12-15
1
Zaskia Fivana
kok blm up
2022-12-15
1