[Bang, aku udah sampai di tujuan. Tapi aku langsung ke rumah sakit, aku tadi sampai minta pertolongan pramugari karena luka operasi aku sakit betul.]
Chandra mendapat pesan yang membuat kakinya begitu gatal untuk mendatangi keberadaan ibunya Dayyan tersebut. Ia langsung berniat untuk membalas pesan tersebut, karena rasa kantuknya tiba-tiba hilang kala mendapat pesan yang mengkhawatirkan tersebut.
[Kau tak apa? Abang ke sana kah?] Balas Chandra cepat.
[Tak usah, Bang. Aku cuma cek up aja, terus ini lagi urus administrasi dan lanjut pulang.] Pesan singkat itu cukup membuat tenang Chandra.
[Terus kabarin Abang ya? Abang khawatir di sini.] Chandra menatap langit-langit kamarnya, kemudian ia menoleh ke arah bayi yang terlelap di sampingnya.
[Siap, Bang.] Hanya balasan itu yang Chandra dapat.
Chandra langsung memiringkan tubuhnya, untuk memeluk bayi yang dihangatkan dengan kain yang cukup tebal tersebut.
"Anak Ayah, cepat besar. Terus ayo kita pulang, kita ceritakan sejarah kehadiran Dayyan dengan kejujuran." Ia mencium pipi bayi laki-laki tersebut.
Bayi tersebut bergerak, ia merasa terganggu dengan tindakan Chandra. Chandra tidak menyangka, di usianya yang menginjak dua puluh dua tahun, ia sudah dihadiahkan masalah yang besar.
Ia jadi teringat akan adik-adik perempuannya. Tanggung jawabnya tidak akan habis, untuk menjadi wali dari Caera, Candani dan Chalinda jika orang tuanya sudah meninggal. Ia masih sedikit tenang sekarang, karena mereka masih dalam dinding pesantren dan perhatian penuh dari orang tuanya.
Tiga anak perempuan tersebut, hanya adik perempuan kandung yang satu ayah dan satu ibu dengannya. Ia pun merasa sedikit tenang juga, karena kedua kakak perempuannya sudah dipinang dan sudah hidup dengan pasangan hidup mereka masing-masing.
Mikheyla, anak satu dan dan lain ibu, merupakan anak di luar pernikahan dari ayahnya. Ia sudah tahu fakta itu, ia pun merasa sedikit tenang karena ia tidak harus menjaga kakaknya karena kakaknya sudah bersuami. Ia pun merasa tidak memiliki hak lebih untuk kakak perempuan lain nasab dengannya tersebut.
Lalu, Jasmine. Kakak perempuan dari ayah sambungnya yang sudah meninggal dan perempuan di masa lalu ayah sambungnya, diasuh oleh ibunya dan ayah kandungnya. Pembaca perlu membaca novel Canda Pagi Dinanti dan Retak Mimpi, untuk memahami silsilah keluarga yang tidak dijelaskan secara gamblang di sini.
Jasmine pun sudah menikah, tapi ia masih dalam penjagaan ayah kandungnya karena keduanya belum bisa mandiri dan mampu mengurus usaha warisan yang akan dilimpahkan pada mereka. Chandra pun merasa sedikit tenang, karena kakak perempuannya itu masih dalam pengawasan orang tuanya dan jelas ia tidak memiliki tanggung jawab karena Jasmine sudah berumah tangga.
Namun, bukan berarti ia tidak akan mengulurkan tangannya jika kakak-kakaknya perlu bantuannya.
Kemudian, ada lagi anak laki-laki yang merupakan adiknya. Ia satu ayah dengannya, hanya saja fakta bahwa adik laki-lakinya lahir di luar pernikahan membuatnya sadar bahwa dirinya adalah anak laki-laki satu-satunya yang ikut dengan nasab ayahnya.
Zio lahir kala ibu kandung Chandra dan ayah kandung Chandra berpisah. Kemudian, ayah kandung Chandra menikah kembali dengan ibu kandung Zio. Tetapi, keadaan ibu kandung Zio sudah mengandung Zio saat menikah dengan ayah kandung Chandra.
Secara hukum, Zio jelas memiliki hak yang setara dengannya karena ia adalah keturunan biologis dari ayah kandung Chandra. Hanya saja, secara agama tentu Zio tidak mendapatkan hak apapun dari ayah kandung Chandra karena Zio ikut nasab ibu kandungnya karena kehadirannya yang di luar pernikahan.
Satu lagi beban yang dipikul Chandra. Adik perempuannya yang merupakan satu ibu dan lain ayah dengannya, adalah tanggung jawabnya juga menurutnya. Ibu kandungnya menikah lagi dengan ayahnya Jasmine, saat ibu kandungnya berpisah dengan ayah kandungnya. Dari pernikahan ibu kandungnya tersebut, terlahir adik perempuan yang lahir satu kandung dengannya yang bernama Ceysa.
Bahunya harus kuat, hatinya harus tegar dan fisiknya harus selalu sehat, agar ia mampu mengurus adik-adiknya dengan baik. Ia tidak mau adik-adik salah jalan, apalagi mendapat nasib buruk dari sejarah kisah kelam ayahnya.
Chandra tahu segalanya, ia menambah was-was dan penuh kehati-hatian setelah tahu cerita dari mulut ayahnya tersebut. Ayahnya pun memohon padanya, agar ia tidak membencinya. Ayahnya pun meminta dengan sangat, agar dirinya mampu menjaga adik-adiknya, karena khawatir mendapat karma dari perbuatan-perbuatan ayahnya.
Namun, ayahnya bahkan tidak tahu jika kejadian besar sudah terjadi.
Chandra sengaja menyembunyikan kebenaran itu, karena khawatir disalahkan oleh ayahnya dan membuat ayahnya semakin merasa bersalah karena perbuatannya dahulu. Ia hanya tidak mau, sesuatu yang lebih buruk menyerang jantung ayahnya andaikan mendengar kabar yang tidak pernah diharapkan ayahnya.
Sayangnya, karena ia terfokus pada adik-adiknya saja. Ia bahkan tidak memikirkan kebahagiaannya, ia pun tidak mengutamakan dirinya.
Tuntutan Izza dan rengekan Izza, yang memintanya segera menikahinya, dihiraukannya begitu saja. Bukan tanpa alasan, karena ia merasa bahwa hal itu belum begitu penting menurutnya. Apalagi, ditambah ada seorang bayi yang ia bingung untuk mengatasinya nanti. Belum lagi jika Izza mengetahui fakta itu, Chandra akan bingung untuk membuat Izza agar tetap percaya padanya.
Ia tidak akan meminta Izza, untuk menganggap anak tersebut sebagai anaknya kelak. Tapi, ia hanya ingin Izza mengerti akan dirinya saat nanti.
Tok, tok, tok….
Pintu kamar Chandra diketuk beberapa kali. Chandra langsung menenangkan bayi yang nampak terkejut dalam tidurnya tersebut, kemudian ia bertanya dari tempatnya tentang siapa yang mengetuk kamarnya.
"Ada bang Keith, Bang," jawab mbak Yani yang mengetuk pintu kamar tersebut.
"Iya, sebentar." Chandra bangun dan menempatkan beberapa bantal untuk menjaga keberadaan bayi laki-laki tersebut.
Kemudian ia beranjak dan membuka pintu. "Jagain dulu sebentar, Mbak. Tak apa Mbak masuk aja." Chandra membuka pintu kamarnya tersebut lebar.
"Ya, Bang. Bang Keith ada di ruang tamu, Bang." Mbak Yani menunjuk ke arah keberadaan Keith.
Chandra mengangguk, kemudian masuk kembali ke dalam kamarnya untuk mengambil kaosnya yang tergeletak di atas tempat tidur. Ia mengenakannya cepat, lalu keluar dari kamar dan membiarkan mbak Yani untuk masuk dan menjaga bayi laki-laki tersebut sementara waktu.
"Maaf ganggu, Bang. Udah tidur kah?" Keith langsung tersenyum dan berjabat tangan.
Ia jauh lebih tua dari Chandra, tapi rasa hormatnya tidak turun sedikitpun pada pewaris terbesar dari bosnya tersebut. Ia bahkan bisa memposisikan dirinya, bahwa dirinya lebih rendah dari Chandra.
"Belum, Bang." Chandra pun menghormati Keith sebagaimana ia menghormati orang yang lebih tua darinya.
Ia tidak bersombong diri karena kedudukannya.
"Abang barangkali mau pulang, Dayyan ikut Saya aja sama Shauwi sementara. Atau, Abang udah siap bawa Dayyan pulang?" Keith tahu segalanya yang terjadi di sini.
Ia mempertaruhkan kedudukannya sebagai orang kepercayaan Givan, ayahnya Chandra. Semata-mata, hanya untuk menghargai keputusan anak itupun menyembunyikan Dayyan sampai Chandra memiliki kesiapan sendiri.
"Kalau aku pulang, aku harus bilang apa, Bang? Aku aja ketar-ketir, takut ketahuan bohong kalau aku sebenarnya udah wisuda." Chandra melirik Keith, kemudian ia mengusap wajahnya sendiri.
"Cepat atau lambat, orang rumah akan tau semua yang Abang sembunyikan. Tapi kan, ini udah mendekati lebaran, Abang yakin tak pulang?" Keith menepuk pundak Chandra pelan.
Chandra menopang dagunya dengan siku bertumpu pada pahanya. Ia terlihat amat frustasi, dengan beban pikirannya yang banyak.
Apa ia yakin mengorbankan hari lebarannya tanpa kedua orang tuanya dan suasana hangat keluarga besarnya?
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Sunmei
2like hadir
mampir iya k
2023-01-14
0
khair
warisan tak dapat... tapi boleh dapat harta wasiat.. harta pesanan buat orang diluar daftar waris
2022-12-12
4
khair
chala kali ?? kok chalinda... apa chalinda anaknya vin? bukannya itu bukan dalam wali Chandra ya
2022-12-12
2