"Karena di tak merasa, Bang." Ceysa memandang lurus ke depan.
Sontak saja, hal itu membuat Chandra kaget. Bagaimana mungkin Hadi tak merasa, jelas-jelas ada hubungan terlarang di antara mereka yang mereka lakukan.
"Aku pun tak paham, kenapa cuma sekali berhubungan tapi bisa hamil." Ceysa mulai menyelami kebingungan dan kepedihannya.
"Awalnya gimana, Dek?" Chandra menekuk kedua kakinya, ia bersila sembari menopang dagunya.
Ceysa menarik napas panjang dari hidung, kemudian ia mengeluarkannya secara perlahan. Ia siap untuk menceritakan kisah yang ia pendam selama ia mengandung. Bukan tanpa alasan, ia awalnya ingin membawa cerita jika Hadi datang di sana ketika ia masih mengandung Dayyan.
"Awalnya, kita pergi ke club bareng-bareng. Kita udah ada meja, duduk kan kita melingkar. Terus di Sekar pamit, katanya mau ke kamar mandi. Kita biarkan dia pergi sendiri, kita ngobrol-ngobrol lanjut sampai aku baru mikir kalau Sekar bisa aja kesasar. Barulah aku milih untuk lihat keberadaan dia, benar tak ada dia di kamar mandi?" Ceysa menjeda ceritanya.
Chandra menyimak dan ia mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tahu cerita itu, hanya sampai itu saja. Karena Ceysa pernah mengatakan bahwa kejadian tersebut saat mereka berada di club malam.
"Pas aku mau balik, aku ingat dipesani Abang suruh pesan kamar. Biar kita tidur di club plus hotel ini aja, karena kalau pulang khawatir dimarahi mbak Yani. Pas aku lewat di depan meja bar yang banyak orang pesan-pesan minuman di sana, aku pun lihat ada Sekar di tempat yang paling ujung. Pas aku udah di belakangnya, aku mau negur, tiba-tiba dia bubuhkan sesuatu ke atas gelas berisi minuman, pakai tangannya. Jadi, begini." Ceysa mencontohkan hal yang ia katakan. "Kan tak terlihat orang, kalau dia naruh suatu bubuk di sana?" lanjutnya dengan menoleh ke arah kakaknya.
Chandra mengangguk. "Terus?" Ia menyimak dengan serius cerita dari adiknya, karena inilah yang ia tunggu-tunggu.
"Di sisi kirinya Sekar itu, ada pintu. Karena dia kek ngerasa gelisah, aku ngumpet lah di belakang pintu akses ke room lain itu. Aku tau dan aku lihat, kalau dia minta sendok sama pegawai club yang stay sama bartender. Dia aduk gelas itu lama, terus dibiarkan kalau sendok itu ada di gelas yang tadinya ada bubuknya. Tak lama, dia pesan lagi kak minuman itu, terus dijejer di atas nampan sama gelas yang ada bubuknya itu. Ada pegawai club yang nawarin diri untuk bawakan, tapi Sekar nolak dan dia langsung bayar sendiri. Aku curiga dong, Bang. Aku khawatir itu racun mematikan, terus terminum di salah satu dari kita. Setelah ada jarak, aku nyusulin si Sekar yang balik ke meja kita. Masanya aku udah dekat di meja kalian, aku lihat gelas yang ada sendoknya itu dikasih ke Hadi dan diminum Hadi. Aku panik, Bang. Makanya aku kek gelagapan pas baru datang. Setelah itu Abang tanya kan, udah pesan kamar belum. Aku bilang, iya lupa. Aku kan duduk, mau alasan bawa Hadi ke rumah sakit kan, aneh aja gitu. Orang Hadinya tak apa-apa, tak pusing tak ada muntah juga. Sampai beberapa menit kemudian, Abang udah pijat-pijat pelipis terus, si Sekar udah nyandar pasrah di sofa. Hadi apalagi, dia setengah pulas dengan kepala tidur di meja. Tapi ada yang aneh dari Hari, karena keringatnya banjir di room yang begitu sejuk itu. Dia pun garuk-garuk terus, ada ngusap ke tengah-tengah tubuhnya. Lepas masa itu, Abang bilang untuk aku bilangin pegawai club untuk pesankan kamar dan antar kami semua ke kamar kita masing-masing. Aku tak paham, kenapa kamar yang kita dapat itu berjauhan, alasannya karena kamar penuh. Sekar udah tak mampu berdiri tuh, Abang juga udah minta kursi roda. Apalagi Sekar, yang jelas tak pernah nyicip minuman keras. Abang yang sesekali datang pun, selalu aja minta kursi roda. Kan ibaratnya begitu. Aku sengaja tak minum apapun yang beralkohol tinggi, karena aku ngerasa ini pasti ada efeknya sama Hadi. Kalian udah pada didorong pakai kursi roda sama pegawai club, aku pun kasih tip ke mereka biar kalian sampai ke tempat tidur dengan aman. Aku yang satu jalur sama kamar Hadi, nawarin diri ke pegawai untuk bawa Hadi. Aku pikirnya, yang ditaruh Sekar itu cuma obat tidur, karena Hadi kek setengah pulas dalam gelisah gitu. Pas masuk ke kamar, lampu di kamar itu tak bisa nyala, keknya ada kerusakan. Soalnya kan, di tempat dekat pintu ada tempat kartu untuk nyalain lampu. Aku mau telpon tuh pihak hotel, mau komplain. Tapi aku lebih milih untuk hidupi flash dari HP dan taruh Hadi di kasur, biar Hadi tidurnya nyaman pikir aku. Aku tak tau, kalau obat yang dikasih Sekar ke minuman Hadi itu tambah tinggi efeknya. Aku pun tak pernah berpikir, bahwa itu obat perangsang. Karena, aku amati itu Hadi setengah tidur setelah minum itu ditambah dengan beberapa gelas minuman lain. Pikir aku pun, Sekar mau jebak Hadi biar mereka terkesan tidur bareng. Tapi, nyatanya pun Sekar K.O duluan. Sampai akhirnya, aku ditarik Hadi dan digulingkan. Dia nyebutin nama aku tuh, Ceysa, Ceysa. Dia tau keknya, kalau yang bawa dia ke kamar itu aku. Dari sebelum hamil, hamil sampai melahirkan, badan aku kan segini-segini aja. Aku yang sekecil ini, ditarik dan digulingkan Hadi yang badannya dua kali lipat dari aku ya pasti kalah. Dia nyebut, panas, gerah. Masih ada penerangan flash dari HP aku, yang aku taruh di atas nakas. Hadi main buka aja tuh jaketnya, kaosnya. Dia mandi keringat di ranjang, badannya sampai gemetaran. Aku yakin, dia tak baik-baik aja. Aku tawarkan dia ke rumah sakit, aku coba bangkit dan ngipasin dirinya, tapi Hadi tambah kalang kabut dan bawa aku tidur di sisinya. Masa itu aku pakai dress, Bang. Jelas mudah untuk Hadi akses, apalagi tenaganya masa itu besar betul. Aku udah susah payah nolak dia, dorong dia, tapi aku tetap kena sama dia. Dia pun, tak lakukan sekali aja. Dia benar-benar berhenti, sampai napasnya udah dalam banget. Kek dikuras semau tenaganya, untuk memperdaya aku. Aku di situ berpikir, ternyata obat yang dikasih Sekar itu obat perangsang untuk Hadi. Efek Hadi tidur aja, karena di awal Hadi itu memang ada minum alkohol. Udah selesai, dia langsung ambruk aja gitu sambil narik napasnya dalam betul. Aku urusin dia, aku pakaikan lagi pakaiannya, aku seka bagian intinya yang terdapat noda dari aku. Aku buat pakaiannya rapi lagi, aku pun tungguin dia sampai napasnya stabil. Konflik besar pasti datang, kalau aku tak keluar dari kamar Hadi secepatnya. Hadi dalam keadaan tak sadar dan pengaruh obat masa itu, Sekar pun tak ngeh kalau akhirnya aku yang kena, bukan dirinya. Makanya kenapa aku nunggu Hadi datang, karena dia benar-benar tak merasa melakukan apapun sama aku. Aku dirugikan? Itu pasti. Tapi aku ngerasa lebih rugi lagi, kalau akhirnya yang terpedaya itu Sekar. Aku diam, karena aku pun bingung mau ngaku hal yang terjadi dalam kejadian alam bawah sadar Hadi. Ditambah lampu flash yang diarahkan ke tembok, sekalipun Hadi ingat, Hadi pasti anggap itu mimpi basah, karena dia tak lihat aku. Aku pun tak paham, dia berubah sekarang dan dia ngehindar. Aku tak tau ucapan apa yang dibilang Sekar, aku pun tak tau faktor apa yang buat Hadi mutusin untuk tak datang ke aku lagi setahun belakangan. Aku pun kecewa, Bang. Aku nungguin lama, nyatanya begini. Aku datang berharap masih ada titik terang biar Hadi tau, tapi nyatanya Hadi malah hindari aku." Ceysa tertunduk lesu. Ia merasa otaknya tidak berfungsi untuk berpikir, jika semua ini sudah menyangkut tentang hatinya dan harapannya.
Ia hanya seorang wanita, yang kalau dengan perasaannya. Ia tidak mampu berbuat apapun, karena ia merasa nasib baik tidak berpihak padanya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
fitrizakiah
yg licik disini Sekar
2022-12-13
2
khair
ada bukti anak lho ces... walau bukan bapak kandung, Givan gk akan biarin si sekar yg dapat Hadi
2022-12-13
3
Edelweiss🍀
walau cuma satu malam, tp ditembak nya berkali2 ya namanya bukan cuma satu kali berhubungan itu. Wajar hamil... Curiga tetap Sekar memanipulasi keadaan nih, dan Hadi gak mau menyakiti Ceysa makanya dia menghindari😥😥😥
2022-12-13
2