Airin yang baru tinggal di Rumah Erlan itu untuk beberapa hari, entah kenapa merasa sangat nyaman di sana.
Dirinya, Airin biasanya merasa tidak begitu nyaman dan memiliki banyak beban ketika tinggal di Rumah lamanya, ataupun ketika dirinya tinggal di rumah keluarga Castillo.
Di Rumah-rumah besar itu, akan selalu ada orang-orang yang selalu mengawasi dirinya, melihat gerak-gerik nya, untuk mencoba mencari kesalahan yang dirinya buat.
Menghadapi hal itu selama bertahun-tahun, Airin merasa dirinya cukup ke badan tidak akan terganggu lagi dengan hal-hal semacam itu.
Namun, sekarang begitu dirinya lepas dari hal itu, dan menikmati hidup nyaman di Rumah ini, ternyata rasanya sangat melegangkan, sekolah situlah artinya mendapatkan sedikit kebebasan.
Erlan tidak menuntut banyak kepadanya, ada pelayan yang mengurusi membersihkan rumah, juga mengurus memasak, dan dirinya hanya akan kadang-kadang membantu keperluan Erlan, yang masih tidak terbiasa dengan kursi rodanya itu untuk kegiatan sehari-hari, dan sisanya, Airin boleh melakukan apa saja bahkan walaupun hanya bermalas-malasan, tidak akan ada orang yang komplain.
Airin benar-benar tidak mengira, jika kebebasan itu bisa semenyenangkan ini, hatinya benar-benar merasa damai.
Kak Erlan itu benar-benar sangat baik hati, jadi Airin sudah bertekad akan membantu Pria itu, dengan sekuat yang dirinya bisa.
Dan kali ini, di hari yang mengagur, Airin kebetulan melihat Erlan di Ruang Tamu, sepertinya baru saja selesai berdiskusi dengan Asistennya.
Airin, yang bertemu Asisten Erlan, itu, segera menyapanya,
"Kamu sudah akan pergi, Leo?"
"Benar, Nona Airin. Urusan saya dengan Tuan Muda Erlan sudah beres,"
Airin sebenarnya cukup penasaran tentang apa yang mereka berdua biasa diskusikan, karena Airin sering melihat jika mereka berdua bertemu belakangan ini namun tentu saja Airin tidak berani untuk menguping, karena itu tidak sopan, jadi lebih baik mencoba bertanya langsung?
"Hmm, ini membuatku penasaran sebenarnya apa yang selalu kalian berdua bahas?"
Mendengar pertanyaan itu, Leo hanya tersenyum dan berkata,
"Nona Airin bisa bertanya kepada Tuan Muda Erlan sendiri,"
"Ah, begitu, tapi apakah menurutmu dia akan memberitahuku?"
"Ya, saya yakin Tuan Muda akan memberitahumu jika kamu bertanya,"
"Kalau kamu begitu yakin seperti itu kenapa kamu tidak langsung katakan saja padaku soal apa yang kalian bicarakan,"
Leo lalu segera berkata lagi,
"Owh? Apa Nona Airin sebenarnya merasa malu untuk bertanya kepada Tuan Muda? Tuan Muda Erlan tidak mengigit, jadi Nona tidak perlu terlalu sekali,"
Melihat Asisten Erlan yang ada didepannya itu, terlihat pandai berbicara dan selalu mencoba menghindari pertanyaannya, Airin segera menyerah, dan memilih masuk segera ke Ruang Tamu.
Mungkin memang benar jika sebaiknya dirinya langsung bertanya pada orang yang bersangkutan.
Airin, awalnya memang merasa tidak enak bagaimanapun juga, Airin tidak merasa begitu dekat dengan Erlan, sampai-sampai Erlan harus menceritakan segalanya pada dirinya.
Namun, dengan keberaniannya, akhirnya Airin ingin mencoba bertanya.
Sekarang, Airin mulai duduk didepan Erlan,
"Emm, Kak Erlan, sebenarnya apa yang kakak diskusikan dengan Asisten Kakak itu? Apakah itu, masih soal fitnah pengelapan itu?"
Erlan lalu, g memalingkan wajahnya dari dokumen dokumen nya dan menatap kearah wanita yang ada di depannya itu.
Erlan sungai memikirkannya lagi apakah tidak apa-apa untuk dirinya membicarakan hal ini pada Airin?
Yah, dari awal ininya tidak berniat untuk menyembunyikan hal ini dari siapapun.
Sylvia sebelumnya, memang belum sempat dirinya beri tahu, karena Sylvia tidak pernah ingin tahu soal pekerjaan apa yang dirinya urus selama ini.
Tapi bahkan, ketika dirinya jatuh dari posisinya sebagai CEO, Sylvia itu, tidak mencoba mendengarkan apa yang dirinya katakan.
Sekarang, Erlan cukup mengerti, itu mungkin karena setelah dirinya kehilangan posisinya, Sylvia ternyata langsung mendekati adiknya Austin.
Terlalu pusing jika memikirkan hal-hal menyedihkan itu, itu yang seharusnya sudah dirinya lupakan namun tetap saja itu masih cukup sulit.
"Kak Erlan? Kita kakak tidak ingin memberitahu tidak apa-apa,"
Erlan yang mendengar nada penuh pengertian itu segera tersenyum lagi dan berkata,
"Tidak, aku akan memberitahumu. Ini mungkin bisa berguna untuk rencana balas dendam kita,"
Airin jelas menjadi terkejut ketika Erlan mulai membahas soal rencana balas dendam mereka.
"Apa itu?"
"Yah, Aku sebenarnya memiliki sebuah Perusahaan Investasi, ini bukan Perusahaan besar, ini salah satu warisan yang diberikan oleh Keluarga Almarhum Ibu kandungku. aku belakangan sedang membahas soal prospek perusahaan ini dengan asisten ku, minta perusahaan ini bisa berkembang mungkin suatu saat, bisa membeli saham Perusahaan milik Keluarga Castillo, dan mungkin ini berguna untuk bisa mendepak Austin suatu saat dari posisinya itu,"
Airin yang mendengar itu jelas menjadi segera tertarik,
"Wow, Kakak punya Perusahaan sendiri? Itu terlihat sangat keren,"
"Tapi ini bukanlah perusahaan yang cukup besar,"
"Apa? Bukan itu yang penting, Aku sendiri walaupun tidak benar-benar mengerti soal urusan Perusahaan, namun Aku cukup percaya dengan kinerja Kak Erlan, Kak Erlan pasti akan bisa mengelola perusahaan itu dengan cukup baik, dan akan berkembang dengan pesat,"
Erlan yang melihat tatapan mata penuh kepercayaan itu hanya bisa tertawa,
"Kamu benar-benar terlalu berlebihan untuk menyanjungku,"
"Tidak juga, karena setahuku, dulu Perusahaan Keluarga selalu berkembang dengan baik ketika Kakak menjadi CEO. Aku percaya kemampuan seseorang, dan bahkan ketika sebuah perusahaan yang besar jika dikelola oleh orang yang salah hasilnya pun juga akan buruk, namun Kak Erlan kisah mengelola perusahaan keluarga dengan baik selama ini, to pasti karena kemampuan kakak yang memang hebat,"
"Kamu paling bisa memuji orang. Jadi, apakah kamu tertarik untuk belajar bisnis juga?"
Airin jangan tiba-tiba mendapatkan tawaran itu tentu saja menjadi bingung.
"Emm? Apakah tidak apa-apa untuk aku belajar? Aku sebenarnya tidak terlalu mengerti soal hal-hal itu, Kakak tahu sendiri, Aku selama ini menjadi Ibu Rumah Tangga, yang hanya selalu di Rumah,"
"Tidak apa-apa, semua orang bisa belajar. Kalau tidak salah bukannya kamu dulu lulusan Universitas?"
"Benar, namun ini benar-benar tidak ada hubungannya dengan Bisnis,"
"Lalu? Tentang apa?"
"Ini Fakultas Seni, hal-hal semacam itulah, pada dasarnya aku tidak begitu pintar jika ada kaitan nya dengan angka,"
"Fakultas Seni ya? Kamu pintar melukis?"
"Ya, Aku bisa melukis,"
"Apakah kamu tidak ingin untuk membuka Galery untuk Pameran milikmu sendiri?"
Ketika Airin mendengarkan sebuah pertanyaan itu secara tiba-tiba, Airin menjadi terdiam.
Ya, karena tidak ada orang yang pernah menanyakan soal hal ini padanya, sesuatu tentang impian yang ingin dirinya raih.
Setelah lulus, dirinya langsung di hadapan kan dengan Pernikahan Bisnis oleh Ayahnya, belum sempat memikirkan karir yang dimilikinya dan setelah menikah, dirinya di tuntut banyak hal oleh Mertuanya, sehingga dirinya tidak bisa mulai melukis lagi.
"Huh? Ini... Ini terlalu tiba-tiba untuk ditanyakan,"
"Kenapa kamu tidak yakin? Aku pikir alasan kenapa kamu memasuki Fakultas seni karena kamu memiliki sebuah mimpi?"
"Tapi, Aku sudah lama tidak melukis,"
"Tidak apa-apa, mencoba lah melukis lagi. Hmm, jadi Aku akan menjadi sponsor pertamamu, agar kamu bisa membuka pameran mu sendiri,"
"Apa? Kenapa Kak Erlan begitu percaya soal lukisanku? Kakak bahkan belum pernah melihat lukisan ku,"
"Aku ini cukup hebat dalam Investasi, dan Aku merasa kamu layak untuk mendapatkan dukungan, aku sebenarnya pernah melihat lukisan mu, bukankah kamu yang membuat lukisan foto Kakek sebelumnya, untuk hadiah ulang tahunnya?"
"Ah? Kak Erlan masih ingat? Ya, saat itu Aku baru memasuki Keluarga, dan masih memiliki beberapa waktu jadi ketika aku bingung ingin memberi hadiah apa hanya itu satu-satunya yang aku pikirkan,"
"Kakek sangat menyukai Lukisan itu, kamu harus tahu berapa kali dia sangat memuji lukisan itu di depanku, dan bahkan ketika aku datang ke kamarnya dia selalu menunjukkan dengan bangga lukisan itu,"
Ketika mendengar hal itu, Airin tiba-tiba merasa cukup malu.
"Kakek terlalu berlebih-lebihan,"
"Tidak sama sekali, Aku juga merasa kita lukisan mu sangat bagus, jadi kenapa tidak memulai kembali? Kita berdua akan menunjukkan kepada mereka, bahwa kita bisa, untuk bangkit, tidak hanya termenung oleh hal-hal yang saat ini kita hadapi,"
Itu adalah sebuah tekat yang terlihat sangat serius.
Airin, yang mendengar itu jelas merasakan tekat itu.
"Kakak mungkin benar, Aku akan memulai kembali. Dan juga, Aku mungkin akan mulai belajar bisnis juga, agar bisa membantu Kakak, aku ingin berubah menjadi diriku yang lebih baik, untuk menjadi seseorang yang cukup hebat seperti Kak Erlan,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Uthie
senang bacanya 👍
2023-04-14
0
trie
betul buktikan bahws kalian bisa berhasil dan menjadi sukses jangan biarkan para penghianat itu menang lagi
2022-12-14
1