Setelah telepon ditutup, Airin ani hati-hati menatap pria yang ada di hadapannya ini yang saat ini memiliki wajah marah, dan kebencian.
Ya, Airin kumengerti soal itu terutama setelah tadi Erlan mendengar kata-kata itu dari Istrinya sendiri.
Airin, gelas tidak tahu bagaimana cara menenangkan nya hanya segera berkata dengan cemas,
"Apakah Kak Erlan tidak apa-apa?"
Mendengar suara itu, Erlan hidungnya kembali dari lamunan nya dan menatap kearah wanita yang ada di sampingnya.
Ya, Erlan tentu saja merasa jika wanita yang ada di sampingnya itu terlihat sangat kuat, kan setelah berbagai macam hal yang menimpanya dia masih bisa bertahan sampai saat ini.
Dirinya juga tidak boleh lemah dan harus kuat untuk menerima semua fakta menyakitkan ini.
"Ya, Aku baik-baik saja. Aku hanya sedang mempersiapkan hatiku tentang pertemuan nanti,"
Airin lalu mengaguk mengerti, dan berkata,
"Tentu saja, Kak Erlan harus siap bintang kemungkinan nanti apa yang akan terjadi sungguh aku benar-benar tidak tahu nanti datang apa yang akan Kak Sylvia akan katakan,"
"Hmm, aku akan siap menerima semuanya. Kamu suka cukup kuat untuk bisa bertahan di atas semua ini, kamu sungguh wanita yang tangguh dan hebat,"
Airin jang tiba-tiba mendapat pujian itu entah kenapa merasa sedikit malu, itu terlalu berlebihan jika menyebut dirinya seseorang yang tangguh dan kuat karena pada akhirnya dirinya juga tidak terlalu kuat menanggung semua ini.
Hanya, dirinya berusaha untuk terlihat kuat agar, orang-orang aku kan hal-hal buruk padanya tidak akan menertawakannya karena dirinya menagis.
Selama menunggu, tidak ada di antara dua orang itu yang berbicara lagi.
Erlan lihat diam seperti sedang mempersiapkan hatinya untuk nanti.
Sedangkan, Airin bahannya hanya duduk diam di sana.
Sampai berapa waktu berlalu, Airin lalu segera bertanya,
"Emm, mungkin sebaiknya Aku pergi dari sini? Aku rasa bukan hal yang baik jika aku tahu apa yang akan kalian bicarakan nanti, dan ini akan menjadi sebuah pertengkaran, jujur nya aku masih tidak kuat jika harus bertemu dengan salah satu dari mereka berdua,"
Mendengar itu, Erlan segera terdiam sebentar seolah sedang memikirkan sebuah keputusan.
"Aku pikir nanti kamu bisa berada di balik tirai itu, aku rasa tidak apa-apa jika kamu sekedar mendengarkan the sudah tidak ada hal penting lagi yang perlu ditutupi, juga ingin mendengar pendapatmu soal nanti yang mereka katakan,"
"Emm, jika itu memang apa yang kakak minta aku akan melakukannya,"
Setelahnya, Airin mulai pindah dari sana, dan duduk di kursi sebelah dan mulai menutup tirai yang ada disana, memastikan untuk tidak terlihat.
Dan tepat ketika Airin, selesai dirinya segera mendengar suara pintu terbuka.
Dari balik tirai, Airin masih bisa sedikit mengintip apa yang terjadi di sebelah.
Namun apa yang sebenarnya terjadi ternyata di luar prediksi Airin.
"Erlan, ternyata kamu sudah sadar, namun aku rasa sekarang sudah tidak perlu ditutup tutup lagi," kata Sylvia dengan nada dingin, yang saat ini disampaignya sudah ada Austin, yang dari tadi merangkul nya dengan cukup mesra.
Erlan yang menatap kedua orang itu masuk ke dalam segera menjadi penuh dengan emosi dirinya tidak akan pernah menyangka jika mereka berdua langsung begitu berani untuk menunjukkan kemesraan nya tepat di depan dirinya.
"Jadi ini jawabanmu?" Kata Erlan lagi, dengan nada tenang, Erlan mencoba menahan emosi sebisa dirinya agar orang-orang di depannya tidak akan merendahkannya karena emosi yang meledak-ledak.
Baik Sylvia dan Austin, yang mendengar nada santai dan terlihat dingin itu jelas menjadi marah.
Sylvia lalu segera berkata,
"Hah, Kak Erlan! Kamu disaat seperti ini masih terlihat begitu sombong!!" Kata Austin dengan marah.
Lalu, Erlan menatap kearah adiknya itu dan berkata,
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Kak ada dua orang yang tidak tahu malu muncul di depanku? Dua orang yang jelas-jelas suadara ipar, namun ber mesra-mesraan seperti itu di depanku. Kalian berdua bahkan terlalu sampah untuk membuat ku marah, tidak ada gunanya membuang-buang energi untuk memarahi kalian berdua yang tidak tahu malu itu,"
Austin yang mendengar dirinya merasa dimudahkan itu jelas menjadi emosi, namun Austin segera ditenangkan oleh Sylvia, agar tidak menjadi terlalu emosi.
Sylvia lalu segera mengeluarkan sebuah surat dan memberikannya kepada Erlan.
Erlan lalu menatap apa yang ada di surat itu.
Akta Perceraian
Itu sudah resmi keputusan dari pengadilan.
Erlan menebak, hal-hal ini kemungkinan diurus ketika dirinya koma.
Namun bagaimana bisa itu diurus dengan begitu cepat bahkan tanpa se persetujuan dirinya?
"Erlan, Aku sekarang sudah bukan Istrimu lagi," kata Sylvia.
"Hah, ternyata kamu lebih di kurang ajar daripada yang aku pikirkan. Aku tidak mengira jika kamu sudah mengurus surat perceraian kita ketika Aku sedang koma,"
"Lagipula, untuk apa aku mempertahankan Pernikahanku dengan laki-laki yang tidak subur seperti mu? Yang sudah tidak memiliki masa depan dan mungkin tidak akan memiliki anak, juga kamu yang sudah dibuang oleh Keluargamu. Dalam tiga tahun pernikahan ini, kamu sendiri disini yang paling tahu bahwa kamu tidak bisa memberiku anak, aku pikir ini alasan yang cukup masuk akal,"
Ketika mendengar itu, tangan Erlan mulai terkepal karena kemarahan.
Karena ini adalah sebuah kenyataan pahit yang dirinya sendiri mengerti.
Sejak Pernikahannya dan Sylvia, tentu saja mereka berdua berharap untuk memiliki seorang anak.
Namun sayangnya, mereka tidak juga dikaruniai seorang anak.
Dan setelah melakukan beberapa tahap pemeriksaan, ternyata dirinya yang memiliki masalah, bukan Sylvia.
Namun, Sylvia sendiri yang dulu hilang jika itu tidak apa-apa mereka masih bisa menggunakan beberapa alternatif lain seperti bayi tabung dan lainnya.
Namun pada akhirnya semua hal itu masih gagal.
Sampai saat ini, dirinya buka sedang mengikuti berbagai macam pengobatan, dan kata dokter ini masih bisa sembuh perlahan-lahan, walaupun tidak tahu itu akan memakan waktu berapa lama.
Airin yang ada di balik tirai tentu saja merasa seketika mendengar fakta itu, memang tahu jika pasangan itu memang belum memiliki anak, namun dirinya tidak akan pernah mengira jika hal itu, ternyata lebih parah daripada yang dirinya juga...
Bahwa Kak Erlan ternyata...
Namun, apa saja itu bukan sebuah alasan untuk berselingkuh dan merebut suami orang.
Austin, setelah mendengar kata-kata Sylvia, lalu mulai segera tertawa dan berkata,
"Ahahaha... Itu, benar, Kak Erlan mandul, untuk apa lagi Silvia harus bersama dengan laki-laki yang tidak mampu sepertimu? Apalagi sekarang aku dengar dari dokter bahwa kamu lumpuh? Hah, sangat bagus dia sudah bercerai dengan mu,"
Erlan jelas saja menjadi sangat marah ketika mendengar kata-kata kebencian dari Austin, namun dirinya tidak ingin terlalu terbawa emosi karena hal itu, malah akan menyenangkan dua orang yang ada di depannya itu.
"Sejak kapan?"
Hanya kata-kata itu, yang keluar dari mulut Erlan.
Pertanyaan itu memiliki, makna yang sangat jelas yang semua orang di ruangan itu tahu.
"Entahlah? Siapa yang tahu?"
Jelas, Sylvia tidak akan menjawab pertanyaan itu.
"Aku pikir sudah cukup untuk berbicara dengan kalian. Naiknya kalian segera pergi dari Ruangan ini!" Kata Erlan dengan nada dingin.
Ya, dirinya jelas tidak tahan untuk melihat wajah mereka berdua.
"Hah, Kak Erlan sekarang menjadi sangat sombong padahal kamu tidak punya apa-apa! Setelah Kakek meninggal, karang sudah tidak ada orang yang ada di pihak mu, namun kamu masih bersikap sangat arogan dan sombong seperti itu di depanku?"
"Cukup! Austin! Kamu adalah hatiku namun kenapa kamu begitu tega melakukan ini padaku?"
Mendengar itu, Austin lalu kembali tertawa dan berkata lagi,
"Tega katamu? Kamulah yang selalu begitu tega padaku... Kamu yang selalu mengambil semua yang menjadi milikku..."
Erlan benar tidak mengerti tentang apa yang adiknya katakan itu.
"Tidak pernah mengambil apapun yang menjadi milikmu!"
"Kamu mengambil segalanya! Semua pujian dan kasih sayang Kakek, dan semua orang, semua orang selalu menyebut musa orang jenius dan semua orang selalu menyebut ku orang yang tidak berguna. Belum lagi kamu merebut posisi CEO, yang seharusnya menjadi milikku. Aku selalu sangat membencimu karena ini! Dan kamu... Kamu bahkan merebut Sylvia dariku..."
Erlan menjadi terteguh ketika mendengar itu.
Hubungan antara dirinya dan Austin harusnya tidak seburuk itu, namun dirinya tidak pernah mengira jika Austin memendam dendam semacam itu.
Namun, soal Sylvia, dirinya tidak pernah merebut nya atau sesuatu, karena setahu dirinya Sylvia dan Austin tak pernah memiliki hubungan selain hanya semacam teman sekelas biasa.
"Aku tidak pernah merebut apapun darimu," kata Erlan lagi.
"Jadi maksudmu? Kamu memiliki semua itu dari awal?"
"Ya, tuh memilikinya karena aku yang mengusahakannya dari awal,"
"Kak Erlan! Kamu benar-benar tidak tahu malu!"
Erlan yang melihat Austin mulai marah itu, lama-lama juga merasa tidak tahan.
Erlan segera memencet tombol darurat di samping tempat tidurnya, membuat Suster segera masuk.
"Suster, tolong panggil bagian keamanan untuk mengusir dua orang ini mereka berdua benar-benar membuat keributan,"
Austin yang mendengar dirinya diusir itu jelas aja menjadi sangat marah, dirinya segera kedepan dan berniat untuk memukul Erlan.
Namun, Erlan cukup sigap untuk menghindari itu.
Suster yang ada di sana segera menjadi panik dan kembali ke luar untuk memanggil bagian keamanan.
"Austin, sudahlah kamu tidak perlu lagi membuang-buang energi mu di sini kita hanya harus segera pergi, masalah disini sudah berakhir. Sudah ada gunanya juga kamu berurusan dengan seseorang yang cacat seperti dia, dia sudah lumpuh bukan?"
Sekarang ketika Austin mengingat fakta ini dirinya lalu segera tersenyum penuh kemenangan.
"Itu benar, Kak Austin mungkin masih bisa bersikap sombong dan arogan namun lihat dirimu sendiri sekarang kamu tidak memiliki apa-apa, jabatan, posisi, dan bahkan Istrimu, sekarang semua itu adalah milikku. di nikmatilah kelumpuhan mu di sini sangat bagus jika kamu lumpuh selamanya,"
Setelah mengatakan itu, mereka berdua segera pergi dari ruangan itu.
Para petugas keamanan, yang datang yang melihat sepertinya keributan sudah berakhir lalu juga segera ikut pergi.
Sekarang, di ruangan itu hanya tersisa Erlan dan Airin.
Airin mulai keluar dari tempat persembunyian nya, lalu menatap ke arah Erlan, yang sepertinya dari tadi menahan emosinya itu, mulai memukul tempat tidur.
"Kak Erlan ... Apakah kamu tidak apa-apa?"
Itu adalah pertanyaan sama yang kedua yang Airin tanyakan hari ini.
Namun kali ini jawaban Erlan cukup mengejutkan.
"Aku tidak baik-baik saja ... Kamu sudah dengar bukan apa yang mereka katakan..."
"Kak Erlan, jangan dengarkanlah kenapa yang mereka berdua katakan. Aku yakin, Kakak akan bisa memiliki anak dimasa depan, juga Kakak akan sembuh dari Lumpuh! Dan Kakak bisa untuk membalas mereka. Karena aku tahu, Kak Erlan adalah seseorang yang sangat hebat, selalu bisa mengatasi semua masalah yang Kakak lalui,"
Mendengar kata-kata penuh keyakinan itu membuat Erlan terkejut.
"Jadi, kamu ingin balas dendam?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ida Blado
banyak typo,mbok di perhatikan lgi ketikannya sebelum di up
2023-01-18
1
Ida Blado
knp airin gk nyari tempat tinggal lbh dulu,dri pada ttp di RS mlh akan timbul fitnah
2023-01-18
0
NandhiniAnak Babeh
sebenarnya cerita nya bagus Thor.. hanya saja banyak typo berkeliaran.. jd membaca sambil memahami isinya.. masukan aja sih Thor.. maaf ya Thor.. aku masih lanjut marathon ya 🤗🤗🤗🤗
2022-12-13
1