Episode 10: Kenyataan Pahit

Setelah telepon ditutup, Airin ani hati-hati menatap pria yang ada di hadapannya ini yang saat ini memiliki wajah marah, dan kebencian.

Ya, Airin kumengerti soal itu terutama setelah tadi Erlan mendengar kata-kata itu dari Istrinya sendiri.

Airin, gelas tidak tahu bagaimana cara menenangkan nya hanya segera berkata dengan cemas,

"Apakah Kak Erlan tidak apa-apa?"

Mendengar suara itu, Erlan hidungnya kembali dari lamunan nya dan menatap kearah wanita yang ada di sampingnya.

Ya, Erlan tentu saja merasa jika wanita yang ada di sampingnya itu terlihat sangat kuat, kan setelah berbagai macam hal yang menimpanya dia masih bisa bertahan sampai saat ini.

Dirinya juga tidak boleh lemah dan harus kuat untuk menerima semua fakta menyakitkan ini.

"Ya, Aku baik-baik saja. Aku hanya sedang mempersiapkan hatiku tentang pertemuan nanti,"

Airin lalu mengaguk mengerti, dan berkata,

"Tentu saja, Kak Erlan harus siap bintang kemungkinan nanti apa yang akan terjadi sungguh aku benar-benar tidak tahu nanti datang apa yang akan Kak Sylvia akan katakan,"

"Hmm, aku akan siap menerima semuanya. Kamu suka cukup kuat untuk bisa bertahan di atas semua ini, kamu sungguh wanita yang tangguh dan hebat,"

Airin jang tiba-tiba mendapat pujian itu entah kenapa merasa sedikit malu, itu terlalu berlebihan jika menyebut dirinya seseorang yang tangguh dan kuat karena pada akhirnya dirinya juga tidak terlalu kuat menanggung semua ini.

Hanya, dirinya berusaha untuk terlihat kuat agar, orang-orang aku kan hal-hal buruk padanya tidak akan menertawakannya karena dirinya menagis.

Selama menunggu, tidak ada di antara dua orang itu yang berbicara lagi.

Erlan lihat diam seperti sedang mempersiapkan hatinya untuk nanti.

Sedangkan, Airin bahannya hanya duduk diam di sana.

Sampai berapa waktu berlalu, Airin lalu segera bertanya,

"Emm, mungkin sebaiknya Aku pergi dari sini? Aku rasa bukan hal yang baik jika aku tahu apa yang akan kalian bicarakan nanti, dan ini akan menjadi sebuah pertengkaran, jujur nya aku masih tidak kuat jika harus bertemu dengan salah satu dari mereka berdua,"

Mendengar itu, Erlan segera terdiam sebentar seolah sedang memikirkan sebuah keputusan.

"Aku pikir nanti kamu bisa berada di balik tirai itu, aku rasa tidak apa-apa jika kamu sekedar mendengarkan the sudah tidak ada hal penting lagi yang perlu ditutupi, juga ingin mendengar pendapatmu soal nanti yang mereka katakan,"

"Emm, jika itu memang apa yang kakak minta aku akan melakukannya,"

Setelahnya, Airin mulai pindah dari sana, dan duduk di kursi sebelah dan mulai menutup tirai yang ada disana, memastikan untuk tidak terlihat.

Dan tepat ketika Airin, selesai dirinya segera mendengar suara pintu terbuka.

Dari balik tirai, Airin masih bisa sedikit mengintip apa yang terjadi di sebelah.

Namun apa yang sebenarnya terjadi ternyata di luar prediksi Airin.

"Erlan, ternyata kamu sudah sadar, namun aku rasa sekarang sudah tidak perlu ditutup tutup lagi," kata Sylvia dengan nada dingin, yang saat ini disampaignya sudah ada Austin, yang dari tadi merangkul nya dengan cukup mesra.

Erlan yang menatap kedua orang itu masuk ke dalam segera menjadi penuh dengan emosi dirinya tidak akan pernah menyangka jika mereka berdua langsung begitu berani untuk menunjukkan kemesraan nya tepat di depan dirinya.

"Jadi ini jawabanmu?" Kata Erlan lagi, dengan nada tenang, Erlan mencoba menahan emosi sebisa dirinya agar orang-orang di depannya tidak akan merendahkannya karena emosi yang meledak-ledak.

Baik Sylvia dan Austin, yang mendengar nada santai dan terlihat dingin itu jelas menjadi marah.

Sylvia lalu segera berkata,

"Hah, Kak Erlan! Kamu disaat seperti ini masih terlihat begitu sombong!!" Kata Austin dengan marah.

Lalu, Erlan menatap kearah adiknya itu dan berkata,

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Kak ada dua orang yang tidak tahu malu muncul di depanku? Dua orang yang jelas-jelas suadara ipar, namun ber mesra-mesraan seperti itu di depanku. Kalian berdua bahkan terlalu sampah untuk membuat ku marah, tidak ada gunanya membuang-buang energi untuk memarahi kalian berdua yang tidak tahu malu itu,"

Austin yang mendengar dirinya merasa dimudahkan itu jelas menjadi emosi, namun Austin segera ditenangkan oleh Sylvia, agar tidak menjadi terlalu emosi.

Sylvia lalu segera mengeluarkan sebuah surat dan memberikannya kepada Erlan.

Erlan lalu menatap apa yang ada di surat itu.

Akta Perceraian

Itu sudah resmi keputusan dari pengadilan.

Erlan menebak, hal-hal ini kemungkinan diurus ketika dirinya koma.

Namun bagaimana bisa itu diurus dengan begitu cepat bahkan tanpa se persetujuan dirinya?

"Erlan, Aku sekarang sudah bukan Istrimu lagi," kata Sylvia.

"Hah, ternyata kamu lebih di kurang ajar daripada yang aku pikirkan. Aku tidak mengira jika kamu sudah mengurus surat perceraian kita ketika Aku sedang koma,"

"Lagipula, untuk apa aku mempertahankan Pernikahanku dengan laki-laki yang tidak subur seperti mu? Yang sudah tidak memiliki masa depan dan mungkin tidak akan memiliki anak, juga kamu yang sudah dibuang oleh Keluargamu. Dalam tiga tahun pernikahan ini, kamu sendiri disini yang paling tahu bahwa kamu tidak bisa memberiku anak, aku pikir ini alasan yang cukup masuk akal,"

Ketika mendengar itu, tangan Erlan mulai terkepal karena kemarahan.

Karena ini adalah sebuah kenyataan pahit yang dirinya sendiri mengerti.

Sejak Pernikahannya dan Sylvia, tentu saja mereka berdua berharap untuk memiliki seorang anak.

Namun sayangnya, mereka tidak juga dikaruniai seorang anak.

Dan setelah melakukan beberapa tahap pemeriksaan, ternyata dirinya yang memiliki masalah, bukan Sylvia.

Namun, Sylvia sendiri yang dulu hilang jika itu tidak apa-apa mereka masih bisa menggunakan beberapa alternatif lain seperti bayi tabung dan lainnya.

Namun pada akhirnya semua hal itu masih gagal.

Sampai saat ini, dirinya buka sedang mengikuti berbagai macam pengobatan, dan kata dokter ini masih bisa sembuh perlahan-lahan, walaupun tidak tahu itu akan memakan waktu berapa lama.

Airin yang ada di balik tirai tentu saja merasa seketika mendengar fakta itu, memang tahu jika pasangan itu memang belum memiliki anak, namun dirinya tidak akan pernah mengira jika hal itu, ternyata lebih parah daripada yang dirinya juga...

Bahwa Kak Erlan ternyata...

Namun, apa saja itu bukan sebuah alasan untuk berselingkuh dan merebut suami orang.

Austin, setelah mendengar kata-kata Sylvia, lalu mulai segera tertawa dan berkata,

"Ahahaha... Itu, benar, Kak Erlan mandul, untuk apa lagi Silvia harus bersama dengan laki-laki yang tidak mampu sepertimu? Apalagi sekarang aku dengar dari dokter bahwa kamu lumpuh? Hah, sangat bagus dia sudah bercerai dengan mu,"

Erlan jelas saja menjadi sangat marah ketika mendengar kata-kata kebencian dari Austin, namun dirinya tidak ingin terlalu terbawa emosi karena hal itu, malah akan menyenangkan dua orang yang ada di depannya itu.

"Sejak kapan?"

Hanya kata-kata itu, yang keluar dari mulut Erlan.

Pertanyaan itu memiliki, makna yang sangat jelas yang semua orang di ruangan itu tahu.

"Entahlah? Siapa yang tahu?"

Jelas, Sylvia tidak akan menjawab pertanyaan itu.

"Aku pikir sudah cukup untuk berbicara dengan kalian. Naiknya kalian segera pergi dari Ruangan ini!" Kata Erlan dengan nada dingin.

Ya, dirinya jelas tidak tahan untuk melihat wajah mereka berdua.

"Hah, Kak Erlan sekarang menjadi sangat sombong padahal kamu tidak punya apa-apa! Setelah Kakek meninggal, karang sudah tidak ada orang yang ada di pihak mu, namun kamu masih bersikap sangat arogan dan sombong seperti itu di depanku?"

"Cukup! Austin! Kamu adalah hatiku namun kenapa kamu begitu tega melakukan ini padaku?"

Mendengar itu, Austin lalu kembali tertawa dan berkata lagi,

"Tega katamu? Kamulah yang selalu begitu tega padaku... Kamu yang selalu mengambil semua yang menjadi milikku..."

Erlan benar tidak mengerti tentang apa yang adiknya katakan itu.

"Tidak pernah mengambil apapun yang menjadi milikmu!"

"Kamu mengambil segalanya! Semua pujian dan kasih sayang Kakek, dan semua orang, semua orang selalu menyebut musa orang jenius dan semua orang selalu menyebut ku orang yang tidak berguna. Belum lagi kamu merebut posisi CEO, yang seharusnya menjadi milikku. Aku selalu sangat membencimu karena ini! Dan kamu... Kamu bahkan merebut Sylvia dariku..."

Erlan menjadi terteguh ketika mendengar itu.

Hubungan antara dirinya dan Austin harusnya tidak seburuk itu, namun dirinya tidak pernah mengira jika Austin memendam dendam semacam itu.

Namun, soal Sylvia, dirinya tidak pernah merebut nya atau sesuatu, karena setahu dirinya Sylvia dan Austin tak pernah memiliki hubungan selain hanya semacam teman sekelas biasa.

"Aku tidak pernah merebut apapun darimu," kata Erlan lagi.

"Jadi maksudmu? Kamu memiliki semua itu dari awal?"

"Ya, tuh memilikinya karena aku yang mengusahakannya dari awal,"

"Kak Erlan! Kamu benar-benar tidak tahu malu!"

Erlan yang melihat Austin mulai marah itu, lama-lama juga merasa tidak tahan.

Erlan segera memencet tombol darurat di samping tempat tidurnya, membuat Suster segera masuk.

"Suster, tolong panggil bagian keamanan untuk mengusir dua orang ini mereka berdua benar-benar membuat keributan,"

Austin yang mendengar dirinya diusir itu jelas aja menjadi sangat marah, dirinya segera kedepan dan berniat untuk memukul Erlan.

Namun, Erlan cukup sigap untuk menghindari itu.

Suster yang ada di sana segera menjadi panik dan kembali ke luar untuk memanggil bagian keamanan.

"Austin, sudahlah kamu tidak perlu lagi membuang-buang energi mu di sini kita hanya harus segera pergi, masalah disini sudah berakhir. Sudah ada gunanya juga kamu berurusan dengan seseorang yang cacat seperti dia, dia sudah lumpuh bukan?"

Sekarang ketika Austin mengingat fakta ini dirinya lalu segera tersenyum penuh kemenangan.

"Itu benar, Kak Austin mungkin masih bisa bersikap sombong dan arogan namun lihat dirimu sendiri sekarang kamu tidak memiliki apa-apa, jabatan, posisi, dan bahkan Istrimu, sekarang semua itu adalah milikku. di nikmatilah kelumpuhan mu di sini sangat bagus jika kamu lumpuh selamanya,"

Setelah mengatakan itu, mereka berdua segera pergi dari ruangan itu.

Para petugas keamanan, yang datang yang melihat sepertinya keributan sudah berakhir lalu juga segera ikut pergi.

Sekarang, di ruangan itu hanya tersisa Erlan dan Airin.

Airin mulai keluar dari tempat persembunyian nya, lalu menatap ke arah Erlan, yang sepertinya dari tadi menahan emosinya itu, mulai memukul tempat tidur.

"Kak Erlan ... Apakah kamu tidak apa-apa?"

Itu adalah pertanyaan sama yang kedua yang Airin tanyakan hari ini.

Namun kali ini jawaban Erlan cukup mengejutkan.

"Aku tidak baik-baik saja ... Kamu sudah dengar bukan apa yang mereka katakan..."

"Kak Erlan, jangan dengarkanlah kenapa yang mereka berdua katakan. Aku yakin, Kakak akan bisa memiliki anak dimasa depan, juga Kakak akan sembuh dari Lumpuh! Dan Kakak bisa untuk membalas mereka. Karena aku tahu, Kak Erlan adalah seseorang yang sangat hebat, selalu bisa mengatasi semua masalah yang Kakak lalui,"

Mendengar kata-kata penuh keyakinan itu membuat Erlan terkejut.

"Jadi, kamu ingin balas dendam?"

Terpopuler

Comments

Ida Blado

Ida Blado

banyak typo,mbok di perhatikan lgi ketikannya sebelum di up

2023-01-18

1

Ida Blado

Ida Blado

knp airin gk nyari tempat tinggal lbh dulu,dri pada ttp di RS mlh akan timbul fitnah

2023-01-18

0

NandhiniAnak Babeh

NandhiniAnak Babeh

sebenarnya cerita nya bagus Thor.. hanya saja banyak typo berkeliaran.. jd membaca sambil memahami isinya.. masukan aja sih Thor.. maaf ya Thor.. aku masih lanjut marathon ya 🤗🤗🤗🤗

2022-12-13

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Tidak Selalu Indah
2 Episode 2: Mencoba Bertahan
3 Episode 3: Masalah
4 Episode 4: Tragedi
5 Episode 5: Tidak Tahan
6 Episode 6: Hal Buruk
7 Episode 7: Keputusasaan
8 Episode 8: Erlan Castillo
9 Episode 9: Kemarahan
10 Episode 10: Kenyataan Pahit
11 Episode 11: Rencana Mereka
12 Episode 12: Merasa Malu
13 Episode 13: Sebuah Bantuan
14 Episode 14: Memulai Kembali
15 Episode 15: Keterlaluan
16 Episode 16: Kabar Mengejutkan
17 Episode 17: Pergi Ke Luar Negeri
18 Episode 18: Comeback
19 Episode 19: Awal Dari Semuanya
20 Episode 20: Di Permainkan
21 Episode 21: Perasaan Familir
22 Episode 22: Pesona
23 Episode 23: Kisah Masalalu
24 Episode 24: Hal-hal Rumit
25 Episode 25: Satu Kamar
26 Episode 26: Masalah Tengah Malam
27 Episode 27: Salah Tingkah
28 Episode 28: Coba-coba
29 Episode 29: Bulan Madu
30 Episode 30: Pertemuan
31 Episode 31: Kedekatan
32 Episode 32: Terbawa Suasana
33 Episode 33: Mencurigakan
34 Episode 34: Wanita Ambisius
35 Episode 35: Sebuah Tekad
36 Episode 36: Kenapa Tidak Mencoba?
37 Episode 37: Penyemangatku
38 Episode 38: Rahasia Masalalu
39 Episode 39: Persiapan
40 Episode 40: Berbeda
41 Episode 41: Masalah
42 Episode 42: Kebodohan
43 Episode 43: Orang yang disuka
44 Episode 44: Senyuman itu
45 Episode 45: Epic Comeback
46 Episode 46: Cara Elite
47 Episode 47: Kebenaran
48 Episode 48: Di Permalukan
49 Episode 49: Kesalahan
50 Episode 50: Meresahkan
51 Episode 51: Pendapat Masing-masing
52 Episode 52: Hal-hal Yang di Rahasiakan
53 Episode 53: Pelan-pelan
54 Episode 54: Kekacauan (Part 1)
55 Episode 55: Kekacauan (Part 2)
56 Episode 56: Kenyataan Sesungguhnya
57 Episode 57: Bertemu Kembali
58 Episode 58: Kelicikan Tiada Akhir
59 Episode 59: Kenangan Masalalu
60 Episode 60: Penipu
61 Episode 61: Tuntutan
62 Episode 62: Takdir Yang Aneh
63 Episode 63: Mengambil Alih (Part 1)
64 Episode 64: Mengabil Alih (Part 2)
65 Episode 65: Sedikit Lagi
66 Episode 66: Sebuah Janji
67 Episode 67: Harga Yang Harus di Bayar (Part 1)
68 Episode 68: Harga Yang Harus di Bayar (Part 2)
69 Episode 69: Kecurigaan
70 Episode 70: Tidak Mungkin
71 Episode 71: Tidak Percaya
72 Episode 72: Tidak Tahu Harus Bagaimana
73 Episode 73: Jangan Harap!
74 Episode 74: Habis Sudah
75 Episode 75: Kejujuran
76 Episode 76: Keinginan Airin
77 Episode 77: Tersadar
78 Episode 78: Keputusan Erlan
79 Episode 79: Kebahagiaan
80 Promosi New Novel Rilis
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Episode 1: Tidak Selalu Indah
2
Episode 2: Mencoba Bertahan
3
Episode 3: Masalah
4
Episode 4: Tragedi
5
Episode 5: Tidak Tahan
6
Episode 6: Hal Buruk
7
Episode 7: Keputusasaan
8
Episode 8: Erlan Castillo
9
Episode 9: Kemarahan
10
Episode 10: Kenyataan Pahit
11
Episode 11: Rencana Mereka
12
Episode 12: Merasa Malu
13
Episode 13: Sebuah Bantuan
14
Episode 14: Memulai Kembali
15
Episode 15: Keterlaluan
16
Episode 16: Kabar Mengejutkan
17
Episode 17: Pergi Ke Luar Negeri
18
Episode 18: Comeback
19
Episode 19: Awal Dari Semuanya
20
Episode 20: Di Permainkan
21
Episode 21: Perasaan Familir
22
Episode 22: Pesona
23
Episode 23: Kisah Masalalu
24
Episode 24: Hal-hal Rumit
25
Episode 25: Satu Kamar
26
Episode 26: Masalah Tengah Malam
27
Episode 27: Salah Tingkah
28
Episode 28: Coba-coba
29
Episode 29: Bulan Madu
30
Episode 30: Pertemuan
31
Episode 31: Kedekatan
32
Episode 32: Terbawa Suasana
33
Episode 33: Mencurigakan
34
Episode 34: Wanita Ambisius
35
Episode 35: Sebuah Tekad
36
Episode 36: Kenapa Tidak Mencoba?
37
Episode 37: Penyemangatku
38
Episode 38: Rahasia Masalalu
39
Episode 39: Persiapan
40
Episode 40: Berbeda
41
Episode 41: Masalah
42
Episode 42: Kebodohan
43
Episode 43: Orang yang disuka
44
Episode 44: Senyuman itu
45
Episode 45: Epic Comeback
46
Episode 46: Cara Elite
47
Episode 47: Kebenaran
48
Episode 48: Di Permalukan
49
Episode 49: Kesalahan
50
Episode 50: Meresahkan
51
Episode 51: Pendapat Masing-masing
52
Episode 52: Hal-hal Yang di Rahasiakan
53
Episode 53: Pelan-pelan
54
Episode 54: Kekacauan (Part 1)
55
Episode 55: Kekacauan (Part 2)
56
Episode 56: Kenyataan Sesungguhnya
57
Episode 57: Bertemu Kembali
58
Episode 58: Kelicikan Tiada Akhir
59
Episode 59: Kenangan Masalalu
60
Episode 60: Penipu
61
Episode 61: Tuntutan
62
Episode 62: Takdir Yang Aneh
63
Episode 63: Mengambil Alih (Part 1)
64
Episode 64: Mengabil Alih (Part 2)
65
Episode 65: Sedikit Lagi
66
Episode 66: Sebuah Janji
67
Episode 67: Harga Yang Harus di Bayar (Part 1)
68
Episode 68: Harga Yang Harus di Bayar (Part 2)
69
Episode 69: Kecurigaan
70
Episode 70: Tidak Mungkin
71
Episode 71: Tidak Percaya
72
Episode 72: Tidak Tahu Harus Bagaimana
73
Episode 73: Jangan Harap!
74
Episode 74: Habis Sudah
75
Episode 75: Kejujuran
76
Episode 76: Keinginan Airin
77
Episode 77: Tersadar
78
Episode 78: Keputusan Erlan
79
Episode 79: Kebahagiaan
80
Promosi New Novel Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!