Hari-hari segera berlalu dalam sekejap ketika Erlan dirawat di rumah sakit dan melakukan beberapa rehabilitasi agar tubuhnya bisa bergerak dengan normal.
Selama proses itu, Airin yang memang tidak memiliki hal-hal yang harus dilakukan tentu saja menemani Erlan dengan semangat, ambil mencoba untuk tetap menyemangati Erlan.
Namun sayangnya, Kaki Erlan sampai satu minggu sejak dirinya sadar masih belum bisa digerakkan, syukurlah semua anggota tubuh lain sudah bisa digerakkan dengan normal setelah satu minggu terlalu.
Hanya, masalah soal kakinya saja yang sampai saat ini belum juga selesai, dan Erlan masih lurus duduk di atas kursi roda setiap kali dia ingin pergi ke manapun.
Hal itu, membuat Erlan cukup cemas, namun sekali lagi, Airin tetap menyemangati Erlan.
"Kak Erlan jangan terlalu khawatir, nanti pasti akan sembuh,"
"Ya, makasih kamu sudah merawatku selama ini. kereta dokter aku juga sudah cukup baik kan tidak ada luka lain selain masalah Kakiku, mungkin aku bisa segera pulang setelah ini, sebenarnya aku cukup muak untuk berada di Rumah Sakit,"
"Emm sama-sama Kak Erlan. Aku juga cukup senang bisa merawat kakak selama ini. Apakah tidak apa apa untuk kamu pulang?"
"Aku rasa mungkin masih butuh beberapa hari lagi, lagian sudah tidak ada masalah lain kecuali Kakiku, mungkin merawat jalan juga tidak masalah,"
"Ya, itu bagus jika kakak segera pulang,"
"Tentu. tadi aku tidak perlu merepotkan mu lagi sampai kamu harus menginap di Rumah Sakit seperti ini,"
Tepat ketika Erlan mengatakan itu, Airin menjadi merasa bersalah.
Ada alasan kenapa awalnya dirinya tinggal di rumah sakit.
Itu jelas karena, dirinya tidak memiliki tempat untuk pulang.
Dan bahkan, Airin sampai sekarang masih belum memikirkan soal dirinya akan tinggal di mana.
Sangat pusing ketika memikirkan semua ini.
Jadi, Airin memutuskan untuk jujur kepada pria yang ada di hadapannya itu.
"Kak Erlan, sebenarnya aku ingin cerita sesuatu padamu,"
"Apa yang ingin kamu ceritakan? Kamu selalu bisa cerita apa saja padaku,"
Airin memang ceritakan soal bagaimana dirinya sebenarnya di Usir oleh Keluarganya, dan bagaimana Rumah Keluarganya di jual untuk membayar hutang, dan Airin tidak memiliki tempat lagi untuk kembali apalagi dirinya juga sudah bercerai dengan Austin.
"Aku tidak mengira bahwa hal yang memintamu benar-benar sangat buruk. Aku tidak mengira keluargamu bisa benar-benar melakukan hal semacam itu padamu,"
"Hah, jika memikirkan soal ini, aku sendiri juga tidak tahu harus bagaimana, aku bahkan tidak memiliki pekerjaan,"
Erlan terlihat terdiam sebentar dan seolah memikirkan sesuatu yang bagus.
"Bagaimana jika kamu tinggal saja di rumahku? Yah... Ini mungkin bukan rumah yang besar namun setidaknya itu layak dijadikan tempat tinggal,"
Airin yang itu jelas aja menjadi cukup kaget.
"Tapi, aku tidak ingin terlalu banyak merepotkan mu,"
"Ini sebenarnya tidak merepotkan. Aku malah yang mungkin akan membuatmu repot,"
"Maksud Kakak apa?"
"Jadi begini, seperti yang kamu tahu, keadaanku seperti ini, Aku sekarang laki-laki lumpuh, yang tidak bisa melakukan semuanya sendiri... Itupun jika kamu bersedia, bekerja untukku, dan merawatku. Aku akan membiarkan mu tinggal dan memberimu gaji yang cukup setidaknya sampai kamu bisa menemukan rumah dan pekerjaan yang cocok untukmu,"
Airin yang mendengar ide itu tiba-tiba merasa sedikit ragu.
"Namun apakah tidak apa-apa jika aku merawat mu?"
"Kamu selama ini merawatku. dan lagi aku juga akan kesulitan untuk menemukan seseorang yang Aku percaya, kamu masih ingat soal rencana yang kita buat untuk balas dendam?"
"Ya, Aku masih ingat,"
"Jadi mari kita tetap bersama setidaknya sampai semuanya ini selesai,"
Pada akhirnya, Airin akhirnya setuju untuk mengikuti Erlan.
Dan beginilah, setelah akhirnya Dokter mengijinkan Erlan untuk pulang, mereka berdua lalu segera menuju ke Rumah Erlan.
Ya, Rumah itu memiliki pelayan yang biasa membersihkan dan menjaga rumah itu.
Rumah itu, tidak terlalu besar, namun cukup untuk ditinggali sebuah keluarga.
Airin menatap rumah itu dengan ekpersi cukup senang.
"Kenapa kamu malah terlihat senang? Bukankah rumah ini jelek dan kecil? Ini jelas tidak ada bandingannya dengan Rumah Keluargamu, apalagi Rumah Mewah Keluarga Castillo,"
Airin lalu segera menggelengkan kepalanya dan berkata,
"Apa gunanya tinggal di sebuah rumah yang sangat besar dan mewah? Jika itu tidak lebih seperti Neraka? Namun walaupun rumah ini terlihat sederhana, aku merasa aku akan bisa hidup tenang di sini,"
Kata-kata itu dikatakan dengan sebuah senyuman tulus.
Erlan yang menatap wanita di sampingnya itu sejujurnya sedikit terganggu.
Awalnya dirinya tidak bisa terlalu mempercayai Airin, jadi hidungnya masih berencana untuk menyelidiki wanita di sampingnya itu lebih dalam.
Namun memang semakin ke sini dirinya cukup mengerti jika sepertinya wanita yang ada di sampingnya itu benar-benar orang yang sangat baik.
Sangat sial dia memiliki nasib yang malang.
Betapa beratnya hidup yang selalu dia alami sampai saat ini, sampai-sampai menyebut Rumah itu Neraka?
Ketika mereka masih tinggal di Rumah Keluarga Castillo, Erlan tidak benar-benar terlalu memperhatikan kehidupan atau memperhatikan keseharian Airin, mereka hanya akan bertemu sesekali karena rumah itu sangat luas, dan lagi dirinya yang lebih sering menghabiskan waktu di kantor, pulang cukup larut dan melewatkan makan malam Keluarga.
Hanya, kang dirinya ketika melihat Airin, dirinya memang menemukan wanita itu akan berada dalam posisi tidak enak.
Seperti Bagaimana dia di marahi oleh Mertuanya, yang tidak lain adalah Ibu Tirinya Erlan.
Ya, Erlan sendiri cukup mengerti watak ibu tirinya yang memang selalu keras kepada semua orang, posisi dia hanya bisa membantu seadanya, arena tidak mau terlalu ikut campur, malah malah akan membuat masalah.
Dan lagi, Airin selalu bilang jika semuanya baik-baik saja.
Padahal selama dua tahun jelas aja itu tidak pernah baik-baik saja...
Ya, dirinya juga tidak pernah mengira, Austin bisa sangat pandai berakting jika di depan Kakek, dia selalu bertingkah seperti seorang Suami yang baik, namun ternyata di belakangnya dia itu sangat brengsek.
Walaupun mereka beda Ibu, Erlan selalu mencoba untuk menyayangi adiknya satu-satunya itu, namun memang, Austin tidak begitu dekat padanya.
Hah, jika memikirkan soal Rumah Keluarga Castillo...
Hal-hal itu hanya membuat pusing kepala.
"Kamu sungguh wanita yang Kuat Airin,"
"Pfff... Kak Erlan lagi-lagi memuji ku terlalu berlebihan,"
"Aku hanya mengatakan kejujuran yang aku lihat,"
"Mari kita segera masuk saja aku sudah penasaran dengan isi dari rumah ini,"
"Tidak ada apa-apa di dalamnya seperti yang kamu lihat ini hanya rumah kecil,"
Airin lalu segera mendorong kursi roda Erlan, dan perlahan-lahan memasuki Rumah itu.
Ya, itu adalah sebuah hari baru ketika mereka berdua akan memulai hidup bersama dan tinggal di rumah yang sama, sesuatu yang tidak akan pernah keduanya duga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Marsiyah
banyak typo thor
2023-01-03
2
NandhiniAnak Babeh
yeeeeaaayyyy sampe juga marathon nya 😁
2022-12-13
1
pipit
lanjut ke pernikahan airin dan erlan thor
2022-12-13
1