Ini adalah hari yang baru, sudah beberapa minggu berlalu sejak Airin tahu dirinya hamil.
Walaupun respon dari Suaminya tidak begitu baik, namun Airin sekarang sudah tidak terlalu memikirkannya.
Airin berharap, nanti setelah anak mereka lahir, jarak antara dirinya dan suaminya juga akan berkurang.
Itu benar masih ada banyak waktu, dirinya akan melakukannya pelan-pelan.
Saat ini, Airin sedang duduk di kursi taman belakang, sambil mengelus perutnya.
Ya, bagaimanapun juga setidaknya Airin merasa belakangan ini kehidupannya menjadi cukup baik, karena kehamilanya ini, bahkan Ibu Mertuanya menjadi tidak terlalu jahat padanya lagi.
Ya, itu karena semua orang selalu menantikan Calon Pewaris di Rumah ini, bagaimanapun juga semua orang tahu soal perebutan kekuasaan di dalam Keluarga antara Austin dan Erlan.
Erlan yang menikah lebih dulu, diharapkan akan segera memiliki anak lebih dulu, dan sebagai Putra Pertama, itu akan membuat dia menjadi lebih mudah menjadi pewaris.
Namun sekarang, setelah 3 tahun pernikahannya, Erlan belum di karuniai anak, hal ini jelas menjadi sebuah masalah baru dalam keluarga, terutama dalam menentukan Pewaris.
Kekhawatiran, jika Sang Cucu pertama bisa saja tidak memiliki seorang pewaris, jelas menjadi masalah serius.
Jadi jelas, dengan kehamilanya ini, tentu akan sangat menguntungkan untuk Austin, dan pihak-pihak yang mendukungnya.
"Hmm, semoga kamu lahir dengan selamat, Mama benar-benar menantikan kelahiranmu, nak," guma Airin sambil mengelus perutnya.
Ya, dengan keberadaan anak ini, Airin sekarang tidak kesepian dan tidak lagi merasa sendirian, dirinya memiliki akan memiliki seorang anak, yang akan menemaninya nanti, untuk melewati semua hal di masa depan.
Sesuatu, yang benar-benar menjadi miliknya.
Tepat ketika Airin bersantai di teras belakang, dirinya mendengar suara keras, seperti suara sesuatu yang pecah.
Tentu saja hal itu membuat Airin kaget, Airin segera mulai berdiri dan mencari lokasi di mana suara itu berasal.
Ternyata itu berasal dari ruang keluarga.
Karena penasaran, Airin sedikit mengintip dari balik pintu, untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Yang Airin lihat, adalah Kakek Suaminya, Jonathan Castillo yang saat ini memiliki wajah yang marah.
Di depan Jonathan, ada Erlan yang berdiri disana, di lantai ada pecahan-pecahan seperti pas yang dibanting.
Airin lalu melihat, Jonatan melemparkan beberapa dokumen ke arah Erlan.
"Erlan!! Jelaskan semua dokumen-dokumen ini!! Ini semua adalah bukti bahwa kamu melakukan kecurangan dan manipulasi laporan keuangan! Kamu selama ini menggelapkan dana perusahaan!!"
Erlan yang berdiri disana, tentu saja kaget ketika menatap dokumen-dokumen itu.
"Kakek, ini bukan seperti ini. Aku tidak melakukannya," kata Erlan mencoba mengelak.
Lalu, Austin yang juga ada disana bersama dengan Ayahnya, segera menambahkan,
"Lalu jika bukan kamu siapa lagi? Di sudah jelas seperti itu, benar bukan Ayah?"
"Ayah benar-benar kecewa padamu, Erlan! Kamu benar-benar membuat malu keluarga!!"
"Aku tidak melakukannya! Aku jelas difitnah! Aku tidak tahu apapun soal penggelapan itu!"
"Jelas buktinya ada,"
Jhonatan kali lagi menunjukkan kemarahan dan segera menampar Erlan.
"Kamu!! Kamu adalah cucu kesayanganku cucu kebanggaanku, namun Apa yang kamu lakukan Kamu telah menghianati kepercayaanku!! Mulai sekarang kamu akan dicopot dari posisimu, sebagai CEO!! Kamu benar-benar telah mengecewakanku!! Sekarang aku tidak ingin melihat wajahmu lagi di rumah ini!! Keluar!!"
Airin tentu saja menjadi sangat terkejut ketika mendengar kata-kata Kakek Mertuanya itu.
Dirinya tidak akan pernah mengira jika masalahnya menjadi terlalu serius, sampai-sampai Kak Erlan di copot dari posisinya?
Astaga, tapi bagaimana bisa Kak Erlan melakukan hal semacam itu?
Yang dirinya tahu, Kak Erlan sepertinya bukan sosok yang akan melakukan hal-hal tercela semacam itu.
Bahkan tanpa Kak Erlan melakukan hal-hal semacam itu, dia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan, karena kehebatan dan kepintarannya.
Apakah dia di fitnah?
Airin tentu saja tidak benar-benar tahu soal kebenaran yang terjadi.
Dirinya juga tidak terlalu berani ikut campur soal masalah keluarga itu.
Jadi, Airin segera pergi dari sana, mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal itu.
####
Ya, tentu saja kabar soal Erlan yang di cobot dari jabatannya itu, menjadi hal yang sangat heboh dan menggemparkan semua orang.
Dan sekarang, selain di Rumah sedang kacau, di Perusahaan juga kacau karena tidak memiliki pemimpin.
Kabarnya akan segera di adakan rapat darurat untuk mengurus hal itu, untuk menentukan pengganti Erlan menjadi CEO Castillo Group.
Lupakan soal hal-hal di kantor, Airin tidak begitu mengerti soal apa yang terjadi.
Hanya hal yang di rumah yang Airin tahu.
Hari ini, Kakak Iparnya Erlan, dan Istrinya, Sylvia, tengah mengemasi barang-barangnya untuk bersiap pergi dari rumah ini.
Airin diam-diam melewati kamar mereka, dan melihat Erlan sempat bertengkar dengan Istrinya Sylvia.
"Erlan, kita tidak bisa keluar dari sini. Kamu harus membuktikan pada Kakekmu bahwa kamu tidak bersalah,"
"Ya, Aku jelas akan membuktikan jika aku tidak bersalah. Namun bukan berarti Aku akan tinggal di Rumah ini, Rumah dimana tidak ada orang yang percaya padaku, Aku bahkan sangat kecewa pada Kakek,"
"Kamu jangan seperti itu! Jika kita pergi, itu artinya kita mengakui kekalahan kita! Kita harus tetap tinggal di rumah ini!"
"Sylvia, kamu itu adalah Istriku! Kamu harus mengikuti apa kata Suamimu. Sekarang kamu ikut aku pergi dari rumah ini,"
Dari sana, Airin lalu melihat Sylvia yang memiliki ekspresi kesal, namun terlihat sangat tidak terima dengan keputusan suaminya itu.
Ketika melihat itu, Airin tiba-tiba entah kenapa merasa sedikit lega.
Itu artinya, dirinya dan suaminya tidak akan tinggal satu rumah dengan Sylvia lagi?
Ya, ini sebenarnya adalah hal yang bagus.
Jika Sylvia tidak di Rumah ini, artinya dia akan jarang bertemu dengan Austin.
Dan akan ada waktu nanti untuk dirinya bisa mendapatkan hati Austin, dan Austin akan melupakan Sylvia.
Yah, walaupun Airin merasa sedikit sedih juga melihat Kak Erlan pergi.
Namun toh, dirinya yakin nanti Kak Erlan akan menemukan solusi untuk masalahnya.
Dan mungkin memang lebih baik jika, Kak Erlan memutuskan pindah dari Rumah ini.
Namun sayangnya, harapan hanyalah sebuah harapan.
Sudah beberapa hari berlalu sejak kepergian Erlan dan Sylvia.
Namun, Airin tetap masih susah untuk mendekati Austin.
"Austin, Mari temani aku untuk memeriksakan kandunganku. Nanti kita bisa melihat calon bayi kita di USG secara langsung, dan bisa mendengarkan detak jantungnya. Ini benar-benar sangat baik," kata Airin dengan nada Antusias.
Namun, hal itu dijawab dengan ekspresi dingin oleh suaminya.
"Kamu bisa pergi sendiri. Hari ini aku sedang sibuk, kamu tahu sendiri aku sedang mempersiapkan untuk pengangkatanku sebagai CEO baru,"
Airin jelas saja baru mendengar berita itu,
"Kamu akan di angkat menjadi CEO? Namun bukannya rapat direksi itu belum dilakukan? Masih akan dilakukan beberapa hari lagi?"
Mendengar itu, Austin menjadi marah,
"Jadi maksudmu, Aku tidak akan diangkat menjadi CEO baru?"
"Ti ... Tidak seperti itu ..."
"Lupakan. Aku lelah berbicara denganmu. Soal pergi periksa lakukan sendiri,"
Austin lalu segera pergi kekantor.
Airin sejujurnya merasa kecewa karena dirinya harus pergi kontrol sendiri.
Namun tidak apa-apa.
Nanti juga Austin akan segera tertarik, setelah dirinya memperlihatkan hasil USG calon anak mereka.
Yah, walaupun ini masih bulan kedua.
Hari itu, Airin pergi ke dokter dengan mood baik, dan ketika melakukan pemerataan, Airin menjadi begitu semangat ketika melihat layar USG.
Ada titik kecil yang saat ini tumbuh di dalam rahimnya.
Walaupun ukurannya masih kecil, ketika Airin melihat kehidupan kecil itu, hatinya terasa sangat damai.
"Perkembangan Janin berjalan dengan baik. Nanti saya akan memberikan resep vitamin untuk Ibu,"
"Terimakasih dokter, dan untuk Print hasil USG ... "
"Ya, nanti akan kami berikan hasil USGnya untuk Ibu simpan,"
Mendengar itu, Airin menjadi sangat senang.
Dari kelas ruang piriksa, Airin sudah sangat bahagia sambil menatap calon bayinya itu.
"Masih begitu kecil, namun tumbuh dengan baik. Cepat tumbuh besar ya sayang," kata Airin sambil mengelus perutnya lagi.
Tepat ketika itu, Airin tiba-tiba merasa lapar, dan ingin makan Es Krim.
Sangat beruntung di dekat Rumah Sakit ada sebuah Cafe, yang sepertinya menjual Es Krim.
Namun ketika Airin memasuki Cafe itu, dirinya melihat pemandangan yang tidak bisa dipercaya.
Ya, Airin melihat disalah satu sudut yang cukup sepi, ada Austin suaminya dan Sylvia Istri Kakak Iparnya.
Mereka berdua terlihat duduk cukup dekat, sampai tiba-tiba Airin melihat ketika Suaminya, memeluk Sylvia, namun itu tidak hanya sekedar pelukan, mereka berciuman.
Airin hampir menjatuhkan tas yang dipegangnya, ketika melihat adegan yang tidak bisa dirinya percaya itu.
Dirinya tidak akan pernah mengira jika dua orang itu akan bertemu di luar seperti ini....
Jadi sebenarnya sejak kapan mereka memiliki hubungan?
Sejauh mana itu?
Hanya memikirkannya, membuat Airin semakin merasa sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Marsiyah
kenapa tidak difoto/divideo suatu saat akan berguna
2023-01-03
3
Pertiwi Tiwi
tinggalin suami seperti austin.tikang selingkuh.byk laki laki di luaran sana
2022-12-11
2