Episode 9: Kemarahan

Ketika mendengar kabar dari Airin, Erlan jelas merasa sangat terpukul sampai-sampai dirinya terdiam dan tidak bisa berkata-kata.

Bahkan walaupun dirinya merasa tidak mempercayai tentang apa yang dirinya dengar, namun dirinya cukup memiliki keyakinan jika wanita yang ada di depannya itu tidak mungkin mengatakan omong kosong di saat seperti ini.

Terutama itu juga menyangkut soal Suaminya sendiri.

Namun kenapa?

Kenapa bisa, mereka berdua berani melakukan hal semacam itu di belakang dirinya?

"Kak Erlan mungkin tidak percaya dengan apa yang aku katakan tapi..." Kata Airin lagi, dengan nada gugup.

Ya, dirinya tahu, setelah dirinya mengatakan hal ini tentang bagaimana Slyvia dan Austin memiliki hubungan perselingkuhan selalu tidak ada orang yang percaya padanya.

"Aku percaya apa yang kamu katakan,"

Namun ketika mendengar kata-kata penuh keyakinan itu, Airin merasa terteguh.

"Kak Erlan percaya?"

"Pada akhirnya Sylvia memang tidak ada di sini. Dan aku tahu kamu tidak mungkin mengatakan omong kosong semacam itu kepadaku, kamu pasti mengatakan hal yang sejujurnya. Jadi ceritakan lagi tentang apa yang terjadi setelah aku koma,"

Airin lalu mulai terdiam karena tidak tahu harus bercerita mulai dari mana.

Apakah ini harus dimulai tepat setelah kematian Kakek?

Namun bagaimana dirinya menceritakannya?

"Airin, katakan saja semua yang sejujurnya tentang apa yang terjadi. Katakan sejujurnya tanpa ditutupi apapun aku akan mencoba menerimanya,"

"Lalu, aku akan mulai menceritakan tentang apa yang terjadi setelah Kakak mengalami kecelakaan. Ini dimulai dengan Kakek,"

Airin jelas merasakan kesedihan ketika mengatakan ini.

Ya, fakta soal Kakek mengalami serangan jantung kemudian meninggal, tidak lama setelah di dibawa ke Rumah Sakit.

Airin juga mulai menceritakan, tentang bagaimana Sylvia dan Austin mulai berselingkuh bahkan terlihat terang-terangan di depan dirinya.

Juga, tentang bagaimana Austin saat ini diangkat sebagai CEO, dan Sylvia yang semakin gencar untuk mendekati Austin.

"Jadi, Kamu akhirnya tidak bisa tahan setelah melihat semua itu? Itu pasti sangat menyakitkan untukmu, apalagi kamu sedang hamil,"

"Ya, sejujurnya itu semua bukanlah hal yang mudah untukku. Aku selama ini mencoba bertahan setidaknya demi bayi yang ada di kandunganku... namun semakin hari hatiku semakin sakit melihat mereka berdua yang semakin kurang ajar dan tidak tahu malu, hingga suatu insiden terjadi,"

Erlan mulai menatap wanita di depannya itu yang saat ini menunjukkan wajah penuh kesedihan dan keputusan.

"Apa yang terjadi?"

"Aku mengalami keguguran. Sungguh, bayi yang aku nantikan dia tidak akan pernah lahir..."

Ketika mengatakan itu, air mata Airin mulai tumpah ketika mengingat kejadian itu dan tindakan balas dendam yang dirinya lakukan yang terdengar cukup bodoh itu, membuat dirinya harus kehilangan hal yang paling berharga yang dirinya milik.

Setelahnya, Airin mulai menceritakan juga kejadian yang terjadi, soal Austin yang tidak mau memberikan dirinya tumpangan saat ke rumah sakit, yang membuat perawatan yang harus Airin terima terlambat.

"Austin! aku tidak mengira dia bisa begitu brengsek dan kurang ajar padahal jelas-jelas kamu, mengandung anaknya,"

"Ya, aku juga benar-benar tidak tahu dia bisa setega itu padaku. Ini mungkin karena aku bertindak implusif, namun mau bagaimana lagi Aku sungguh tidak tahan,"

Airin sekali lagi menagis disana, ketika mengingat semua kejadian buruk yang menimpanya.

Setelahnya, Airin mulai menceritakan lagi tentang bagaimana dan apa yang Sylvia dan Austin lakukan setelah kejadian itu, merasa berdua bahkan berpura-pura menjadi korban, menuduh Airin sebagai wanita yang cemburu buta, juga tentang Sylvia yang kabarnya menjadi korban KDRT oleh Erlan.

"Apa? Mereka berdua bahkan mengatakan hal semacam itu? Aku... Aku bahkan tidak pernah membentak Sylvia ..."

Ya, Airin mengerti soal apa yang kakaknya itu maksud sebelumnya dirinya mendegar mereka bertengkar, namun Erlan masih tetap menjaga emosi dan suaranya, agar itu tidak menjadi bentakan kemarahan.

"Itu pada dasarnya mereka saja yang tidak tahu malu dan brengsek,"

Keduanya, lalu mencoba menghibur satu sama lain.

"Airin, Aku benar-benar turut berduka cita tentang hal yang menimpamu, untuk calon anakmu,"

Airin yang mendengar itu lalu segera berkata,

"Terimakasih Kak. Sungguh padahal aku juga menginginkan anak itu... Padahal aku bahkan belum tahu apa jenis kelamin calon anakku nanti, Apakah itu akan perempuan ataukah laki-laki, namun aku sebelumnya pernah mencoba membeli beberapa jenis pakaian baik itu laki-laki atau perempuan, Aku membayangkan mulai mengendong anakku yang akan lahir nanti, Apakah dia akan memiliki wajah yang mirip denganku? Ketika aku memikirkannya sekarang bahwa semua itu hanya ada dalam angan-anganku... Aku tidak akan pernah melihat wajah kecil yang aku nantikan itu,"

Airin sekali lagi mulai menangis tersedu-sedu ketika memikirkan semua ini.

Sejujurnya ini juga pertama kalinya dirinya bercerita hal ini pada orang lain, selama ini dirinya terus memendam semua perasaan yang ada di hatinya ini, kekesalan kemarahan dan rasa putus asa yang dirinya alami.

Ada perasaan sedikit lega ketika dirinya mengatakan hal-hal ini.

Sampai tiba-tiba, Airin merasakan kehangatan.

Ketika Airin menatap keatas, Airin sadar jika itu adalah sebuah pelukan.

"Ya, kamu bisa menangis sekarang, tidak apa-apa untuk merasa sedih,"

Airin memutuskan untuk menerima pelukan itu.

Ya, pelukan hangat yang mencoba menenangkan dirinya.

Keduanya mulai tenggelam dalam pikiran masing-masing sambil menikmati pelukan itu.

Sampai waktu segera berlalu, dan mereka berdua melepaskan pelukan itu dengan canggung, rasa sangat malu dengan tindakan impulsif itu.

Airin, jelas merasa cukup lega setelah mengatakan semua isi hatinya juga setelah dirinya menangis.

Semua hal ini terlalu berat untuk hanya dirinya tanggung.

Bisa berbagi beban dengan orang lain semacam ini adalah hal yang cukup melegakan.

Disisi lainnya, Erlan jelas merasa sangat marah ketika mendengar semua itu, juga dirinya begitu sedih mendengar kematian Kakeknya.

Kakek yang sangat dirinya sayangi...

Dan lagi dirinya tidak bisa hadir dalam upacara pemakaman Kakeknya itu...

Ketika terakhir dirinya bertemu dengan kakeknya itu mereka berdua saat itu dalam posisi bertengkar dan saling marah.

Ya, Erlan tidak akan pernah mengira jika hari itu adalah hari terakhir dirinya bertemu dengan Kakeknya.

Pertengkaran itu jelas karena sebuah fitnah yang menimpanya soal penggelapan dana itu, padahal jelas dirinya tidak pernah mengelapkan dana sedikitpun.

Dirinya selalu berusaha menjalankan perusahaan sebaik yang dirinya bisa agar bisa mendapatkan untung juga agar bisa menjadi kebanggaan dari Keluarganya.

Dan lagi, Erlan menjadi teringat soal informasi yang sebelumnya dirinya dengar dari asistennya.

Ini soal, fitnah yang dirinya terima.

Jelas sekali ada beberapa orang yang diuntungkan soal tragedi yang dirinya alami.

Apakah ini ulah Ibu Tirinya?

Hah...

Rasanya, Erlan merasa sangat pusing ketika memikirkan masalah yang dirinya hadapi.

Lalu sekarang...

Mari mencoba menyelesaikan salah satu masalah yang pokok.

Ya, Erlan lagi segera meminjam ponsel Airin, berniat untuk menelepon Sylvia.

"Kak Erlan ingin meneleponnya?"

"Ya, setidaknya aku ingin mendengar sendiri apa yang akan dia katakan setelah tahu jika aku selamat dan saat ini sudah sadar,"

Airin merasa sedikit ragu pada awalnya namun segera memberikan ponselnya kepada Erlan.

Erlan lalu segera menekan nomor telepon Sylvia, yang sudah dirinya hafal di luar kepala.

Ada suara dering ponsel untuk beberapa saat, sampai tiba-tiba ponsel itu diangkat.

"Hey? Apa lagi, Airin? Kamu masih berani untuk meneleponku? Apakah kamu tidak lihat tentang bagaimana Austin membelaku sebelumnya? Airin, kamu jelas harus tahu bahwa Austin tidak pernah mencintaimu dia selalu mencintaiku selama ini, dan sekarang Austin lebih memilih bersamaku daripada denganmu,"

Ya, kata-kata itu adalah hal pertama yang Erlan dengar dari Istrinya.

Tepat ketika dirinya mendengar suara arogan itu, Erlan menjadi semakin marah.

Ya, dirinya tidak akan pernah mengira jika istri yang dirinya kira baik bisa-bisanya mengatakan hal semacam itu kepada Airin, terlebih mencoba menjatuhkan mental Airin dengan kata-kata kejamnya itu.

Dari kata-kata itu, membuat Erlan menjadi bertanya-tanya sejak kapan hubungan antara Austin dan Sylvia ini?

Ya, Meraka bertiga awalnya memang teman satu sekolah, dan dirinya juga tahu, sebagai teman satu kelas Sylvia dan Austin cukup dekat, awalnya dirinya mengira kedekatan mereka berdua sebatas Saudara Ipar.

Namun ternyata...

Mereka berdua melakukan hal yang sangat tercela.

"Jadi begitu, Sylvia kelakuanmu di belakangku?"

Mendengar suara itu, jelas saja Sylvia yang ada di ujung telepon memiliki wajah pucat dan panik, hal ini tentu membuat Austin yang berada di dekatnya merasa bingung.

"E... Erlan? Kamu... Kamu sudah sadar?"

Sylvia tentu saja mengenali suara dari suaminya itu.

"Menurutmu? Apakah kamu lebih senang jika aku masih tetap terbaring koma, di rumah sakit? Atau malah meninggal?"

Ada suara keheningan di balik telepon, namun secara refleks, Sylvia menjawab,

"Tidak... Tidak seperti itu..."

"Datang ke rumah sakit sekarang juga,"

Tepat setelah mengatakan itu, Erlan langsung menutup telepon itu.

Merasa tidak ada gunanya jika mereka terus berbicara di telepon.

Ada baiknya jika hal ini dibicarakan secara langsung.

Episodes
1 Episode 1: Tidak Selalu Indah
2 Episode 2: Mencoba Bertahan
3 Episode 3: Masalah
4 Episode 4: Tragedi
5 Episode 5: Tidak Tahan
6 Episode 6: Hal Buruk
7 Episode 7: Keputusasaan
8 Episode 8: Erlan Castillo
9 Episode 9: Kemarahan
10 Episode 10: Kenyataan Pahit
11 Episode 11: Rencana Mereka
12 Episode 12: Merasa Malu
13 Episode 13: Sebuah Bantuan
14 Episode 14: Memulai Kembali
15 Episode 15: Keterlaluan
16 Episode 16: Kabar Mengejutkan
17 Episode 17: Pergi Ke Luar Negeri
18 Episode 18: Comeback
19 Episode 19: Awal Dari Semuanya
20 Episode 20: Di Permainkan
21 Episode 21: Perasaan Familir
22 Episode 22: Pesona
23 Episode 23: Kisah Masalalu
24 Episode 24: Hal-hal Rumit
25 Episode 25: Satu Kamar
26 Episode 26: Masalah Tengah Malam
27 Episode 27: Salah Tingkah
28 Episode 28: Coba-coba
29 Episode 29: Bulan Madu
30 Episode 30: Pertemuan
31 Episode 31: Kedekatan
32 Episode 32: Terbawa Suasana
33 Episode 33: Mencurigakan
34 Episode 34: Wanita Ambisius
35 Episode 35: Sebuah Tekad
36 Episode 36: Kenapa Tidak Mencoba?
37 Episode 37: Penyemangatku
38 Episode 38: Rahasia Masalalu
39 Episode 39: Persiapan
40 Episode 40: Berbeda
41 Episode 41: Masalah
42 Episode 42: Kebodohan
43 Episode 43: Orang yang disuka
44 Episode 44: Senyuman itu
45 Episode 45: Epic Comeback
46 Episode 46: Cara Elite
47 Episode 47: Kebenaran
48 Episode 48: Di Permalukan
49 Episode 49: Kesalahan
50 Episode 50: Meresahkan
51 Episode 51: Pendapat Masing-masing
52 Episode 52: Hal-hal Yang di Rahasiakan
53 Episode 53: Pelan-pelan
54 Episode 54: Kekacauan (Part 1)
55 Episode 55: Kekacauan (Part 2)
56 Episode 56: Kenyataan Sesungguhnya
57 Episode 57: Bertemu Kembali
58 Episode 58: Kelicikan Tiada Akhir
59 Episode 59: Kenangan Masalalu
60 Episode 60: Penipu
61 Episode 61: Tuntutan
62 Episode 62: Takdir Yang Aneh
63 Episode 63: Mengambil Alih (Part 1)
64 Episode 64: Mengabil Alih (Part 2)
65 Episode 65: Sedikit Lagi
66 Episode 66: Sebuah Janji
67 Episode 67: Harga Yang Harus di Bayar (Part 1)
68 Episode 68: Harga Yang Harus di Bayar (Part 2)
69 Episode 69: Kecurigaan
70 Episode 70: Tidak Mungkin
71 Episode 71: Tidak Percaya
72 Episode 72: Tidak Tahu Harus Bagaimana
73 Episode 73: Jangan Harap!
74 Episode 74: Habis Sudah
75 Episode 75: Kejujuran
76 Episode 76: Keinginan Airin
77 Episode 77: Tersadar
78 Episode 78: Keputusan Erlan
79 Episode 79: Kebahagiaan
80 Promosi New Novel Rilis
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Episode 1: Tidak Selalu Indah
2
Episode 2: Mencoba Bertahan
3
Episode 3: Masalah
4
Episode 4: Tragedi
5
Episode 5: Tidak Tahan
6
Episode 6: Hal Buruk
7
Episode 7: Keputusasaan
8
Episode 8: Erlan Castillo
9
Episode 9: Kemarahan
10
Episode 10: Kenyataan Pahit
11
Episode 11: Rencana Mereka
12
Episode 12: Merasa Malu
13
Episode 13: Sebuah Bantuan
14
Episode 14: Memulai Kembali
15
Episode 15: Keterlaluan
16
Episode 16: Kabar Mengejutkan
17
Episode 17: Pergi Ke Luar Negeri
18
Episode 18: Comeback
19
Episode 19: Awal Dari Semuanya
20
Episode 20: Di Permainkan
21
Episode 21: Perasaan Familir
22
Episode 22: Pesona
23
Episode 23: Kisah Masalalu
24
Episode 24: Hal-hal Rumit
25
Episode 25: Satu Kamar
26
Episode 26: Masalah Tengah Malam
27
Episode 27: Salah Tingkah
28
Episode 28: Coba-coba
29
Episode 29: Bulan Madu
30
Episode 30: Pertemuan
31
Episode 31: Kedekatan
32
Episode 32: Terbawa Suasana
33
Episode 33: Mencurigakan
34
Episode 34: Wanita Ambisius
35
Episode 35: Sebuah Tekad
36
Episode 36: Kenapa Tidak Mencoba?
37
Episode 37: Penyemangatku
38
Episode 38: Rahasia Masalalu
39
Episode 39: Persiapan
40
Episode 40: Berbeda
41
Episode 41: Masalah
42
Episode 42: Kebodohan
43
Episode 43: Orang yang disuka
44
Episode 44: Senyuman itu
45
Episode 45: Epic Comeback
46
Episode 46: Cara Elite
47
Episode 47: Kebenaran
48
Episode 48: Di Permalukan
49
Episode 49: Kesalahan
50
Episode 50: Meresahkan
51
Episode 51: Pendapat Masing-masing
52
Episode 52: Hal-hal Yang di Rahasiakan
53
Episode 53: Pelan-pelan
54
Episode 54: Kekacauan (Part 1)
55
Episode 55: Kekacauan (Part 2)
56
Episode 56: Kenyataan Sesungguhnya
57
Episode 57: Bertemu Kembali
58
Episode 58: Kelicikan Tiada Akhir
59
Episode 59: Kenangan Masalalu
60
Episode 60: Penipu
61
Episode 61: Tuntutan
62
Episode 62: Takdir Yang Aneh
63
Episode 63: Mengambil Alih (Part 1)
64
Episode 64: Mengabil Alih (Part 2)
65
Episode 65: Sedikit Lagi
66
Episode 66: Sebuah Janji
67
Episode 67: Harga Yang Harus di Bayar (Part 1)
68
Episode 68: Harga Yang Harus di Bayar (Part 2)
69
Episode 69: Kecurigaan
70
Episode 70: Tidak Mungkin
71
Episode 71: Tidak Percaya
72
Episode 72: Tidak Tahu Harus Bagaimana
73
Episode 73: Jangan Harap!
74
Episode 74: Habis Sudah
75
Episode 75: Kejujuran
76
Episode 76: Keinginan Airin
77
Episode 77: Tersadar
78
Episode 78: Keputusan Erlan
79
Episode 79: Kebahagiaan
80
Promosi New Novel Rilis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!