Hati Airin benar-benar merasa sakit dan terpukul ketika melihat adegan itu.
Dirinya tidak akan pernah menyangka jika akan melihat suaminya ber mesra-mesraan dan mencium wanita lain seperti itu.
Padahal dirinya saat ini sedang hamil anak mereka.
Suaminya itu, bahkan tidak ingin mengantarkan dirinya ke dokter untuk periksa, dan yang lebih tega, suaminya itu malah sibuk dengan wanita lain.
Wanita lain yang tidak lain dan tidak bukan adalah Istri dari Kakaknya sendiri.
Walaupun Airin tahu, Suaminya Austin dan Erlan berbeda Ibu, namun mereka berdua tetaplah saudara yang memiliki ayah yang sama.
Perselingkuhan ini tidak hanya tentang menghianati dirinya, kamu juga menghianati Kakaknya sendiri, Kak Erlan.
Merasa tidak tahan, Airin memutuskan untuk pergi dari sana kembali menuju mobilnya.
Begitu masuk ke dalam mobil, Airin langsung saja menangis, membuat sang supir yang menyetir mobil binggung.
"Ada apa Nyonya Airin? Apakah ada masalah? Saya sudah di Tugaskan oleh Tuan Besar, untuk menjaga anda ketika pergi,"
Ya, Airin tahu siapa yang menyuruh Supir itu untuk mengawal dan memastikan keselamatannya, itu adalah Kakek Austin, sosok yang juga sangat baik pada Airin.
"Tidak apa-apa, hanya jalan saja menuju rumah,"
"Baik, Nyonya. Namun jika Nyonya merasa ada masalah Nyonya bisa cerita,"
Ketika mendengar kata-kata sang Supir, Airin jelas langsung memiliki sebuah ide.
Dirinya merasa tindakan dari Austin dan Sylvia itu benar-benar keterlaluan sampai-sampai bertemu secara pribadi di luar dan lagi mereka bermesraan sampai berciuman seperti itu.
Ya, dirinya jelas harus menceritakan hal ini kepada Kak Erlan.
Segera, Airin menatap kearah ponselnya dan mencari nomor dari orang yang akan diteleponnya.
Airin hanya bisa berharap jika nomor Kak Erlan belum berubah.
Baru beberapa hari sejak Kak Erlan pergi dari rumah, sepertinya juga tidak memiliki begitu banyak alasan untuk ganti nomor.
Dan akhirnya, Airin berasa sedikit lega ketika ada suara sambungan dari telepon, bahkan walaupun itu belum diangkat dan masih hanya nada dering.
Cukup lama sampai telepon itu diangkat.
Dari ujung telepon terdengar suara magnetis yang terdengar menggelitik di telinga Airin, suara ini memberikan kehangatan dan rasa nyaman tertentu.
"Hallo? Airin? Ada apa? Tumben kamu menelepon? Apakah keadaan keadaan calon keponakanku baik-baik saja?"
Mendengar itu, Airin sejujurnya bingung ingin menceritakan semua yang dilihatnya dari mana.
Bagaimanapun juga, Kak Erlan sepertinya sangat mencintai Istrinya itu.
"Ya, Aku dan calon anakku baik-baik saja, tadi barusan Aku sudah cek ke Dokter, dan Dokter bilang kehamilanku berjalan dengan normal, tadi juga Aku melakukan USG, Aku bisa melihat foto calon Bayiku, itu masih begitu kecil, namun itu tumbuh dengan baik, Aku bahkan tadi sempat mendengarkan detak jantungnya, itu benar-benar berdetak seperti manusia normal, ketika mendengar suara detak jantung itu, hatiku terasa sangat damai,"
Ketika memikiran soal bayinya, emosi Airin segera kembali pulih, dan menjadi begitu antusias ketika mengatakan hal-hal itu.
Airin setelah mengatakan itu jadi merasa malu sendiri.
Tidakah dirinya malah berbicara omong kosong?
"Hmm, itu sangat bagus. Aku senang mendengarnya jika kamu dan calon bayimu baik-baik saja, Aku jadi ingin melihat juga foto USG calon keponakaanku ini. Kamu dan Austin benar-benar sangat diberkati karena kalian akan segera memiliki anak,"
Mendengar respon hangat itu, Airin merasakan dirinya menjadi cukup senang juga, sejujurnya ini juga pertama kalinya dirinya berbahagia bahagia soal hasil pemeriksaannya pada orang lain.
Airin jika bisa mendengar dari suara itu bahwa, hal itu benar-benar dikatakan dengan tulus Kakak Iparnya.
Ya, Pria di ujung telepon merupakan seorang pria berhati baik dan cukup lembut, walaupun terkadang sedikit memiliki sikap dingin.
Jadi ketika memikiran, soal apa yang ingin dirinya katakan ini, membuat Airin ragu.
"Terimakasih atas doanya,"
"Ah benar, tadi kamu belum mengatakan alasan kamu meneleponku, apakah terjadi sesuatu di rumah?"
"Emm.... Sebenarnya ada hal penting yang ingin aku bicarakan kepada Kak Erlan, apakah Kakak memiliki waktu? Aku rasa aku tidak bisa membicarakan nya melalui telepon,"
Ada jeda sejenak dari ujung telepon, seolah terlihat sedang memikirkan tentang jawaban yang akan diberikan.
"Tentu, siang ini Aku tidak ada jatwal. Lagipula sejak aku dicopot dari posisiku sebagai CEO, memiliki begitu banyak waktu luang, jadi apakah tidak apa-apa siang ini?"
"Tentu saja, Kak Erlan. Kondisi yang mari kita bertemu di cafe Y. Dan soal hal-hal yang menimpa Kakak... Aku yakin itu bukan berbuatan Kakak, dan Kakak di Fitnah orang, semoga kakak juga segera menemukan bukti dan bisa membersihkan nama Kakak,"
"Ya, Terimakasih Airin. Sampai jumpa lagi,"
"Tentu,"
Setelahnya telepon itu segera ditutup.
Airin lalu mulai mencoba menetapkan hatinya mempersiapkan dirinya untuk pertemuan nanti siang.
Ya, hal ini jelas perlu untuk diketahui oleh Kak Erlan, bahkan walaupun ini adalah hal yang menyakitkan.
Airin juga tidak ingin Kak Erlan terus dibohongi dan dikhianati seperti itu.
Karena iyalah yang paling mengerti bagaimana sakitnya dikhianati.
Airin mencoba menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan hatinya.
Berharap nanti pertemuan itu akan berjalan lancar.
####
Sampai tiba saatnya Airin janji bertemu dengan Erlan.
Tentu saja, sebagai orang yang mengajak, Airin datang lebih dulu ke cafe itu.
Menunggu kedatangan Erlan, yang mungkin akan datang sebentar lagi tepat ketika jam janjian.
Namun mana tahu, jika bahkan walaupun Airin sudah menunggu selama satu jam, namun orang yang dirinya tunggu tidak kunjung datang.
Padahal dirinya ingat sekitar saat dirinya berangkat, Kak Erlan kirimkan pesan padanya jika dia juga sudah bersiap-siap berangkat.
Namun, ini bahkan sudah satu jam lebih sejak yang janjian mereka namun orang yang dirinya tunggu tidak kunjung datang.
Apakah macet?
Namun, dari tadi ketika Airin mencoba untuk menelepon nomor Kak Erlan, tidak ada jawaban dari sana.
Sampai tiba-tiba, ponsel Airin bergetar.
Awalnya, Airin pikir itu dari Kak Erlan.
Namun ternyata itu berasal dari Rumah?
Ini jelas membuat Airin menjadi heran.
Jadi Airin, segera mengangkat telepon itu, lalu terdengar suara panik dari seorang pelayan dari balik telepon.
"Nyonya Airin, sebaiknya nyonya segera pulang. Ada hal buruk yang terjadi di rumah,"
Mendengar itu, Airin tiba-tiba menjadi memiliki firasat buruk.
"Apa yang terjadi?"
"Tuan Besar... Dia mengalami serangan jantung, saat ini dokter sedang melakukan perawatan,"
"Hey? Coba yang jelas dan kenapa juga Kakek bisa terkena serangan jantung?"
"Sebenarnya itu karena Tuan Besar baru saja menerima telepon tentang Kecelakaan yang di Alami Tuan Muda Erlan, dan kabarnya Tuan Muda Erlan tidak bisa diselamatkan, soal kebenaran kabar itu kami juga belum bisa tahu, karena sekarang Tuan sedang mengurus Tuan Besar, jadi belum ada lagi orang yang menghubungi Rumah Sakit tempat Tuan Muda Erlan di rawat,"
Ketika mendengar kabar itu, Airin hampir menjatuhkan telepon yang dipegang nya.
Dirinya tidak akan pernah menyerah jika akan ada kejadian beruntun seperti itu.
Bagaimana keadaan Kak Erlan?
Dirinya jelas masih bercakap-cakap dengan akrab dengan Kak Erlan pagi ini.
Dan soal Kakek...
Padahal sebelum ini, Kakek Mertuanya itu masih berbicara dengan dirinya dan terlihat bersemangat ketika Airin menceritakan soal hasil USG itu.
Ya, dua orang itu adalah orang-orang yang sangat berarti dalam hidup Airin yang mengerikan di Rumah Keluarga Castillo.
Namun kenapa harus ada tragedi semacam itu yang menimpa mereka berdua?
Lalu sekarang bagaimana keadaan mereka?
Airin tiba-tiba merasa begitu takut ketika memikirkan tentang semua ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Uthie
cukup menarik ceritanya 👍👍
2023-04-14
1
Ida Blado
yah sukur si kakek mati,bagaimanapun jahat sama cucunya tnpa menyelidiki lbh jekas lgi main usir2 aja
2023-01-18
0