Hari itu, Airin yang sudah cukup sehat, segera memesan taksi, untuk pulang ke rumah, ya Rumah Tempat dirinya tinggal sejak kecil, Rumah Ayahnya, Rumah Keluarga Kartawijaya.
Jelas saja, selama di Rumah Sakit, tidak ada seorang pun dari keluarganya yang mengunjungi nya, apalagi setelah tahu kabar tentang dirinya yang keguguran, dan perceraiannya itu.
Airin, sebenarnya tidak ingin pergi ke sana.
Namun dirinya tidak punya tempat lain selain rumah itu.
Jadi, dengan terpaksa, Airin kembali ke Rumah itu.
Rumah yang sebenarnya tidak jauh berbeda dari Neraka sejak kecil.
Dirinya selama ini bertahan demi keluarga itu agar setidaknya mendapatkan pengakuan dari Ayahnya, namun sampai akhir dirinya tidak pernah mendapatkan pengakuan, selain karena Pernikahannya ini.
Hari-hari selalu menjadi begitu berat ketika mengharapkan pengakuan, kasih sayang dan cinta dari orang lain.
Karena pada akhirnya semua berujung pada kekecewaan.
Hari itu sangat panas, dan tidak ada yang membantu Airin untuk berkemas-kemas di ruangan Rumah Sakit.
Jelas, Pelayan Keluarga Castillo yang sebelumnya membantunya sudah tidak disini, setelah kabar perceraiannya dengan Austin, lebih tepatnya, mereka semua dilarang untuk mendatangi atau merawat dirinya di rumah sakit.
Keluarga Castillo itu, benar-benar begitu tega.
Jadi, Airin dengan tubuh kecilnya itu, mengangkat satu demi satu kopernya, untungnya ada perawat yang sangat baik, ketika melihat dirinya kerepotan, perawat itu membantu Airin untuk berkemas-kemas, dan bahkan membantu dirinya untuk menuju ke taksi.
Perjalanan berjalan cukup lambat karena macet.
Airin, sejujurnya tidak akan pernah mengira pada hari dimana dirinya harus kembali pulang ke rumah keluarganya.
Baru dua tahun lalu, dirinya keluar dari rumah megah itu, namun sekarang dirinya harus kembali lagi ke rumah itu.
Ketika menatap kearah Rumah Keluarga Kartawijaya, perasaan Airin menjadi cukup rumit.
Daripada kenangan baik, lebih banyak kenangan buruk di rumah itu.
Ibu kandungnya sudah lama meninggal, bahkan sebelum dirinya mengigat banyak hal.
Ibu Tirinya, jelas tidak memperlakukan dirinya cukup baik sejak kecil.
Apalagi, sejak kelahiran si kembar, kedua adiknya, beda Ibu, namun satu Ayah.
Bahkan, Ayahnya mulai tidak terlalu memperdulikan Airin ketika mereka berdua lahir.
Dengan perasaan lelah, Airin cirinya mulai turun dari taksi itu dan berjalan masuk menuju gerbang pintu rumah itu.
Dia menyapa penjaga gerbang yang familir, yang membantu Airin untuk membawa koper-kopernya.
"Terimakasih Pak Satpam,"
"Sama-sama, Nona Airin. Lama kita tidak bertemu, namun kenapa tiba-tiba Nona Airin membawa barang-barang Nona kembali kesini?"
Ya, Airin pasti tahu jika Para Pelayan di Rumah ini, jelas belum tahu tentang apa yang terjadi, all perceraian dan semuanya.
Airin tidak bermaksud menyembunyikannya, namun juga terlalu malas untuk membicarakan nya jadi dirinya hanya memutuskan untuk tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan dari penjaga gerbang.
Tepat ketika Airin memasuki Rumah itu, ternyata Airin udah disambut dengan tatapan tidak ramah.
"Ahahaha.... Lihat dirimu yang menyedihkan, kamu baru saja di ceraikan oleh suamimu bukan? Itu jelas karena tindakanmu yang bodoh," itu adalah suara dari adik tirinya, Dahlia Kartawijaya, masih sama Ayah, namun perlakuannya pada Airin tidak baik sejak kecil.
"Itu jelas bukan urusanmu," kata Airin dengan dingin.
"Kamu sekarang sudah berani bersikap tidak sopan padaku? Dasar kurang ajar!"
Melihat itu, Dahlia menjadi marah dan segera berniat menampar Airin.
Namun sekali lagi, Airin memengang tangan itu, memastikan dirinya tidak kena tampar saudaranya itu.
"Sialan kamu, Airin! Ibu, Ayah! Kak Airin datang dan membuat keributan!" Teriak Dahlia, sambil melepaskan genggaman tangan Airin.
Dengan suara teriakan itu, waktu keluarga yang berada di ruang keluarga, segera menuju kearah ruang tamu.
Ayah Airin, lalu melihat kedatangan Airin, namun jelas bukan wajah senang yang dia tunjukkan.
Namun itu adalah wajah kemarahan dan kekesalan.
Dan segera, Ayah Airin itu, berkata dengan marah,
"Kamu ternyata masih berani menginjakkan kaki di rumah ini?"
Airin segera berkata,
"Ini adalah rumahku jadi aku memiliki hak untuk tinggal di rumah ini,"
"Omong kosong! Sejak kamu bercerai dan membuat malu keluarga kamu sudah tidak diijinkan lagi tinggal di rumah ini!"
"Namun ini adalah Rumah Milik Ibu Kandungku! Sejak kapan Aku tidak diijinkan tinggal disini? Ini jelas diwariskan untukku!"
"Hah, Airin! Ternyata kamu menjadi semakin berani sejak tinggal di rumah Keluarga Castillo! Apakah kamu tidak tahu? Berkat perbuatan mu yang membuat kacau di Pesta Suamimu, dan kamu bercerai dengan Suamimu, Perusahaan Keluarga kami, jadi memiliki banyak hutang dan harus segera dibayar. Keluarga Castillo itu, benar-benar sangat kurang ajar dan segera menuntut jatuh tempo atas utang utang yang perusahaan ku miliki, dan ini semua gara-gara kamu aku harus mengalami krisis ini!"
"Cari awal ayah yang meminjam uang jadi Ayah jelas harus mengembalikan nya!"
"Ya, itulah kenapa Aku sudah menjual Rumah ini, untuk membayar utang-utang itu! Kalau tidak Aku akan dipenjara, mungkin kamu juga akan dipenjara! masih bagus Aku menyelesaikan masalah utang hutangmu itu dengan menjual rumah ini!"
Mendengar itu, Airin jelas saja merasa kaget.
Rumah ini adalah satu-satunya peninggalan dari Almarhum Ibunya, namun kenapa bisa Ayahnya begitu tega menjual rumah?
"Ini Rumahku! Ayah tidak berhak untuk menjualnya!"
"Hah, omong kosong! Aku Sudah menjualnya!! Jadi sekarang, Aku minta, kamu segera pergi dari rumah ini! Toh kami juga akan segera pindah, jelas kami tidak akan menerima mu untuk ikut. Ini semua jelas gara-gara kamu kenapa Aku mengalami banyak kerepotan ini,"
"Tapi aku bahkan tidak pernah menerima sepeserpun dari uang yang dipinjamkan itu! Ayah tidak bisa main menjual rumahku begitu saja!"
"Diam! Airin!"
Ibu Tiri Airin, dan saudara-saudaranya, ketika melihat Airin dimarahi oleh Ayahnya itu jelas merasa senang.
"Itu, benar. Ini semua karena Kak Airin, keluarga kami harus mengalami begitu banyak kesulitan. Di jangan harap kakak bisa kembali dan ikut bersama kami," kata Dahlia dengan senyum penuh penghinaan.
"Aku tidak akan pergi dari rumah ini!! Ini adalah rumahku!"
Ibu Tiri Airin yang melihat sifat arogan dari putri dirinya itu jelas merasa marah dan segera mencoba menyeret Airin keluar.
"Pergi dari sini! Tidak ada seorang pun di rumah ini yang mengharapkan keberadaanmu!"
"Tidak!! Ini tidak bisa!"
Namun sayangnya, Airin hanya sendirian, dan di keroyok oleh banyak orang, yang mencoba menyeretnya keluar dari rumah itu.
Dan pada akhirnya, Airin terpaksa keluar dari Rumah itu.
Saat ini, Airin kembali berada di luar gerbang rumah itu.
Hanya menatap kearah rumah yang cukup besar itu dengan pandangan hampa.
Dirinya memang benci tinggal di rumah itu.
Namun tetap saja, itu adalah Rumah Peninggian dari Almarhum Ibunya...
Sesuatu yang setidaknya menjadi miliknya...
Namun Ayahnya....
Kenapa bisa begitu tega?
Dan sekarang dirinya tidak punya tempat untuk kembali.
Airin lalu mulai menatap langit yang mendung.
Sekarang dirinya tidak memiliki tempat untuk kembali.
Hah...
Siapa yang bisa dirinya minta bantuan?
Semua hal berjalan dengan terlalu tiba-tiba sampai dirinya tidak bisa bereaksi.
Perselingkuhan Suaminya...
Kegugupannya...
Bahkan, dirinya yang diusir dari rumahnya sendiri oleh Ayahnya sendiri....
Tepat ketika Airin memikirkan semua tragedi, ini Airin jadi teringat pada Kak Erlan yang masih terbaring koma di rumah sakit.
Jika memikirkannya lagi...
Sebenarnya tidak hanya dirinya yang mengalami semua musibah ini...
Hah...
Airin akhirnya mengambil sebuah keputusan untuk menuju ke Rumah Sakit tempat Erlan di rawat.
Airin mulai memasuki ruangan kamar Erlan.
Dimana, saat ini di tempat tidur, terlihat seorang Pria sedang berbaring tidak berdaya dengan begitu banyak alat yang menempel padanya.
Seolah-olah tanpa alat-alat itu, Pria dihadapannya itu, tidak lagi bisa hidup.
Pria yang saat ini terlihat begitu rapuh dan menyedihkan....
Namun, jika dilihat lagi, Pria itu benar-benar terlihat hanya sedang tertidur pulas, dan damai.
Dengan wajah tampan, itu, Pria itu terlihat seperti Pangeran Tidur, yang menunggu ciuman dari Tuan Putrinya.
Namun sayang, Istri dari Pria itu, saat ini sedang bersama orang lain, dan jelas-jelas menggoda dan merayu adik dari Pria yang ada di hadapannya ini.
Nasipnya cukup malang.
Namun, jelas ini bukan saatnya untuk Airin merasa kasihan atas kemalangan orang lain.
Namun ketika menatap pria yang terbaring itu, Airin merasakan beberapa simpati.
Ya, simpati pada seseorang yang memiliki nasib hampir mirip dengan dirinya.
"Kak Erlan.... Jika kakak saat ini sadar, apa yang akan Kakak lakukan ketika tahu semua hal ini?"
Namun sayangnya, jawaban dari pertanyaan Airin tu tidak ada.
Airin, hanya mengatakannya untuk mengeluarkan emosinya saja, dan tanpa sadar, Airin memegang tangan Erlan.
Tangan yang saat ini terlihat cukup lemas, namun ada rasa hangat di sana, menandakan bahwa sang pemilik tangan masih hidup.
Airin, mencoba menghibur hatinya dengan menatap sosok pria yang terbaring di ranjang rumah sakit itu.
Sampai, Airin lalu terpaku menatap wajah tampan di hadapannya itu.
Ya, kalau Airin lihat wajah ini sangat tampan, bahkan lebih tampan dari Austin.
Lihat, bulu mata lentik yang panjang ini...
Ini benar-benar ciptaan yang sempurna...
Airin tanpa sadar, mulai sedikit meraba wajah itu.
Ketika Airin meraba wajah itu, tiba-tiba mata yang dari tadi tertutup, segera terbuka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Ida Blado
sudah tahu rumah ibunya knp gk dri awal surat2 rumah di amankan,definisi org bodoh ngarepin cinta nih begini
2023-01-18
0
trie
cepat sembuh erlan dan balas lah ketidak adilan yg menimpa kamu
2022-12-08
1