ANGGA SERIES BAB 01

Hari ini seperti biasa Angga duduk di teras balkon sambil menatap langit sore yang mulai mengelap. Sesekali laki-laki yang mempunyai lesung pipi di kedua pipinya itu menarik nafas panjang guna melepaskan rasa penat yang sejak tadi menghantui pikirannya. Sejak obrolan ciuman yang anak-anak bahas waktu itu entah kenapa Angga seperti teringat kejadian saat dia mabuk. 

Jujur saja Angga tidak pernah mabuk. Angga akan bertingkah sangat memalukan jika dia sudah mabuk berat. Dia akan bertingkah gila bahkan sampai merusak barang-barang kosan. Tidak ayal jika Janu akan mengomelinya di pagi hari karena sudah membuat keributan di dalam kosan. 

Waktu itu Angga tidak begitu menginggat semua kejadiannya. Yang Angga ingat adalah dia diajak pergi oleh teman kecilnya yang bernama Zumna untuk pergi menemaninya merayakan pesta klub jurnalisnya di sebuah kafe. Angga sempat menolak karena dia harus menyelesaikan tugasnya. Tetapi karena paksaan perempuan menyebalkan itu, akhirnya Angga ikut larut dalam perayaan yang sama sekali tidak ia nikmati. Namun saat seseorang teman Zumna mengeluarkan sebuah bir dan disaat itulah kegilaan Angga dimulai. 

“Gue kenapa sih?” Angga kembali berguman sambil menatap buku catatan kecil yang dia simpan rapat dari anak-anak lain. Kebiasaan Angga sewaktu mabuk adalah dia akan merangkum semua apa yang dikatakan anak-anak kosan di keesokan paginya karena ia benar- benar sangat payah untuk meninggat sewaktu mabuk. 

Ketika kesadarannya sudah mulai pulih, Angga akan membaca ulang catatan itu. Kadang Ia heran sendiri kenapa dia bisa melakukan hal itu atau bahkan kenapa hal itu bisa terjadi. 

Januari 2022

Janu mengomel karena katanya ****** ******** gue jadiin keset kamar. Dan pas gue keluar kamar ternyata benar. ****** hello kity milik Janu sudah kusut di depan pintu kamar. 

Janu mengomel karena malamnya gue mabuk. Sumpah gue gak ingat kenapa gue bisa mabuk. Seingat gue, gue cuma minum satu kali, gak tahu tapi kalau ada yang nambahin gak mungkin gue tolak juga kan? 

Irham sempat bertanya apakah gue ganti parfum karena semalam wangi jaket yang gue kenakan berbeda dari biasanya. Karena gue juga bingung akhirnya gue jawab iya. 

Setelah itu gue ke kamar mandi. Gue ngaca. Dan seperti biasa gue masih ganteng dan terlihat cool. Rambut gue acak-acakan mata gue terilhat sayu karena gue masih ngantuk. Dan tunggu dulu...

Bibir gue seperti ada bekas lipstik yang hampir pudar tapi gue yakin itu adalah bekas lipstik. 

Dan ini..

KENAPA LEHER GUE ADA CUPANGNYA WOY! ASTAGAAA. 

Merah banget kayak gigit drakula

Semalem gue gak nidurin anak orang kan? Gue gak begitu yakin tapi kayaknya malam itu gue nyium seseorang. Tapi gue lupa siapa karena gue mabuk berat. 

Semalam ada dua perempuan yang Zumna ajak. Dan gue gak kenal sama keduanya. Tapi karena mereka ngajak ngobrol ya udah gue ngobrol bareng sama mereka. 

Tapi yang pasti. Cewek itu parfumnya vanila. Rambutnya terasa halus di gengaman gue, dan juga bibirnya sangat terasa lembut. Dia juga mempunyai titik hitam samar di sudut matanya walaupun itu sangat kecil. 

Tetapi pertanyaannya. Siapa perempuan itu. Gue sama sekali tidak mengingat wajahnya karena ciuman perempuan itu sungguh memabukkan. Sangat-Sangat memabukkan sampai jantung gue berdebar kencang.

SRRRTTTTT!!

Dengan gerakan cepat Angga menutup buku catatannya karena suara pintu balkon yang ditarik oleh seseorang. Angga menarik bantal yang menyangga punggungnya kemudian menyembunyikan buku catatan kecil itu disana.

“Abang kenapa gak turun? Udah ditungguin anak-anak. Katanya mau magriban bareng?” Bagas muncul dengan peci dan sarung yang meliliti lehernya. Ah iya sudah mau mahrib tetapi Angga masih sibuk melamunkan nasib ciuman pertamanya. 

“ini abang lagi mau siap-siap mandi.” Jawab Angga sambil merapikan cangkir kopinya. “lo udah mandi Gas?” 

“Udah. Tadi pas nganterin Ica beli sate cak Unang.” 

Angga hanya mengangguk mengerti, “Tapi lo masih bau asem Gas. Ketemu pacar aja wangi. Masa pas ketemu Tuhan bau asem. Mandi lagi gih nanti.”

“Heleh.” Bagas mendesah kesal, “ya udah nanti gue mandi lagi deh.” 

Saat keduanya akan turun terdengar suara ribut-ribut dari tetangga sebelah kosan mereka. Tepatnya di samping balkon mereka. Bagas sampai menatap takjub sambil tersenyum imut saat dia tahu tetanganya baru saja akan melakukan senam zumba di depan balkon kamar. “WOW.” Kata Bagas saat melihat gerakan lincah perempuan itu, “Pantes kalau abang betah di sini. Abang kan suka ngelihat yang menonjol-menonjol.” Lanjut Bagas sambil melihat gerakan yang memantul- memantul.

Pandangan Angga mengikuti arah pandangan mata Bagas. Dan saat melihat apa yang membuat otak mesum Bagas berkerja cepat, Angga langsung menutup mata Bagas dan mendorongnya masuk ke dalam kamar. Sebelum itu Angga mengunci pintu baklon karena Bagas mengedor-gedor bringas ingin keluar dari kamar. 

Angga mendesah kesal. Mana ada perempuan yang melakukan senam zumba di magrib-magrib begini kalau tidak Zumna teman semasa kecilnya itu? Bahkan diwaktu seperti ini setan banyak bermunculan untuk mengoda manusia. 

“Oh hai?” Perempuan itu tampaknya melihat Angga yang sedang melipat tangan sambil menatapnya penuh emosi. “Gak ke masjid?” tanyanya lagi seperti sudah tahu akan kebiasaan Angga saat magrib. 

“Lo bisa gak sih gak aneh-aneh kayak gini?” Seru Angga penuh emosi. Tambah emosi saat tubuh Zumna semakin meliuk-liuk mengikuti irama lagu. Sungguh itu terlihat menyebalkan namun juga membuatnya gila. 

“Kenapa sih? Lo lagi pms?” Tampaknya perempuan itu tetap tidak perduli dan masih melanjutkan gerakan senamnya. 

“Lo gak malu kalau ada yang ngelihatin lo meliuk-liuk kayak uler keket gitu?” 

 “Bodo amat Ga. Gue lagi gak mau ribut sama lo.” 

Angga benar-benar kesal sampai dia repot-repot bersiap untuk menyebrang balkon untuk menemui perempuan itu. “Pindah ke dalam gak? Kalau enggak bisa gue bisa nyeret lo sampai ke dalam.”

Dan irama lagu itu pun berhenti mendadak disertai raut jutek dari sang perempuan. “Kalau bukan sahabat lo, gue gak mau nurutin perintah lo ya Ga. Malam ini jangan gangguin gue tidur. Jangan telpon-telpon gue. Gue marah sama lo!”

Setelah mengatakan itu Zumna masuk kedalam kamarnya disertai dengan suara bantingan keras pintu balkonnya. 

Angga mendesah lesu, biarlah jika perempuan itu marah dengannya daripada dia menjadi bahan tontonan bapak-bapak sebrang jalan yang sejak tadi menonton Zumna dengan mulut yang penuh dengan air liur dan tatapan nafsunya. Angga hanya tidak suka. Itu saja. 

“Astaga kalian ngapain sih?” 

Tampaknya bukan hanya bapak-bapak sebrang jalan yang mengeluarkan air liurnya saat melihat Zumna. Para bocil yang saat ini menempel pada pintu kaca transparan balkonnya juga masih mengangga dengan mulut penuh air liur dan juga mata yang seperti melotot keluar. Bagas dan Ijal yang paling parah. Sedangkan Irham hanya membuka mulutnya masih tampak terlihat kagum dengan apa yang tadi dia lihat.

“Ya allah kelakuannya, magrib-magrib memang banyak setan berkeliaran.” 

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!