BAB 14 END

Januari 2014

"Ga gue minta maaf." 

Suga hanya diam menatap Adrian. Rasa kesalnya pada laki- laki itu masih ia rasakan jika ia mengingat bagaimana Adrian merusak gelangnya kesayangannya. 

"Lagian lo tahu sendiri kan kalau gue itu takut sama cicak. Lo sih nakut- nakutin gue." Adrian malah menyalahkan Suga yang langsung membuat Suga naik darah. 

"Ya gak usah pegang- pegang gue juga. Jadi putus kan gelang gue." Kata Suga dengan wajah judes. 

"Iya namanya orang takut mah gak mikirin apa- apa Ga. Emangnya lo yang gak ada takut- takutnya sama sekali dengan apapun." Awas aja ya lo, gue akan cari tahu apa yang lo takutin. Setelah itu gue akan teror lo setiap hari. Batin Adrian berteriak kencang. 

"Ga mau tahu pokoknya lo harus ganti gelang gue." Kata Suga dengan nada final. 

Akhirnya dengan wajah super lesu Adrian mengais-ais bak sampah mencari keberadaan gelang Suga. "Ga lo buang dimana kemarin?" 

"Disitu." 

Adrian mencoba bersabar karena ini adalah kesalahannya, "Gak ada nih." Katanya sambil mencari satu persatu diantara kumpulan sampah. Anjer ada pembalut juga woy. Siapa sih yang membuang sembarangan di sini. Adrian misuh- misuh namun dalam hati. Wajahnya sepet. 

"Gak ada. Gue udah misahin satu- satu." Adrian menunjukkan tong sampah yang ada di depannya. Isinya kosong. Dan bau menyengat pun tercium jelas. 

"Bau banget sih lo." Suga berkata dengan menutupi hidungnya, "ya udah karena lo udah bau sampah, gue maafin lo deh." Suga tersenyum jahat lalu pergi meninggalkan Adrian yang wajahnya merah menahan marah. 

"DASAR LO DRAKULA BERDARAH AFRIKA. AWAS AJA YA LO GUE SUMPAHIN JADI BUCIN SEJATI." 

Suga masih mendengar umpatan Adrian dan laki- laki yang saat ini sedang berjalan menuju kelasnya itu hanya tersenyum geli membayangkan bagaimana Adrian marah. Sebenarnya Suga masih kesal dengan Adrian. Tetapi karena Adrian adalah teman yang selalu ada untuknya, Suga mencoba memaafkannya. Gelang itu sangat- sangatlah berarti untuk Suga. Gelang bertali merah polos dengan ukiran yang terbuat dari kayu bernamakan Suga. Sebenarnya tidak ada yang spesial dari gelang itu, hanya saja karena yang membuatnya adalah neneknya yang sangat ia sayangi, entah kenapa gelang itu menjadi sangat spesial dimata Suga. Bahkan Suga tidak pernah melepaskan gelang itu dari tangannya. Dia selalu memakainya dan saat ia melihat gelang itu dia akan mengingat senyum neneknya. Senyum yang sekarang tidak lagi bisa ia lihat karena ibunya Tuhan sudah mengambil neneknya. 

Suga menatap langit yang kini berwarna oranye. Hari sudah semakin sore dan ia berencana untuk pulang. Suga sudah merapikan buku- bukunya, dan bersiap untuk pulang. Dia akan menunggu Adrian di korodor depan kelasnya, karena ia tidak mau meninggalkan teman satu mejanya itu sendirian. Walaupun Suga jahat dan sering berkata judes, dia adalah tipe teman yang setia. Dia akan selalu menunggu Adrian untuk pulang bersama tanpa Adrian suruh. Kadang- kadang Adrian meledekinya, namun Suga selalu beralibi. Tidak tahu kenapa dia merasa malu jika dia menunjukkan keperduliannya. Jadi dia sering berkata judes agar Adrian tidak geer. 

Suga masih asik memainkan ponselnya sambil mendengarkan musik lewat kabel hitam yang tersemat manis di kedua telinganya. Laki- laki itu bahkan tidak tahu jika ada seseorang yang sejak tadi melihatnya dan mencoba untuk mendekatinya. Sudah dua puluh menit berlalu dan perempuan itu hanya bisa mengengam sebuah kotak yang ia bawa dengan perasaan cemas. Dia ingin sekali menemui Suga. Dan sebelum keberaniannya benar- benar habis, akhirnya perempuan berambut kepang itu mendekati Suga. 

Sumpah demi apapun, jantungnya berdetak lebih kencang daripada yang ia kira. Dia bisa merasakannya sendiri bagaimana tangannya juga ikut gemetar karena perasaan yang sebentar lagi akan meledak memenuhi ruang hatinya. Dengan sangat pelan perempuan itu berjalan hingga tepat berada di depan Suga. Suga masih asik dengan ponselnya dan perempuan itu terus mencoba mengatur nafasnya yang tersendat entah karena apa. Rasanya sangat sesak sekali. 

"Ha..Hai" Perempuan itu menyapa Suga dengan nada super kaku dengan suara yang terputus-putus. Tidak tahu kenapa hanya menyapa Suga saja rasanya sudah seperti akan mati. 

Suga menatap lantai dan menemukan sepatu pink bercorak hello kity. Lalu tatapannya naik dan menemukan seorang perempuan yang sama sekali tidak pernah ia lihat selama ia bersekolah disini. 

"Mau apa?" Kata Suga dengan nada judes tidak lupa wajahnya sangat datar saat mengatakan itu. 

"Aaa.. aanu..." Perempuan dengan rambut berkepang dua itu berkata dengan nada grogi dan juga campur malu karena wajahnya sangat merah. 

Suga hanya diam, menunggu perempuan yang ia kira adalah adik kelasnya itu menyelesaikan perkataannya, "ini buat kak Suga." Katanya dengan nada yang lebih jelas sambil menyodorkan sebuah kotak kecil kehadapan Suga. 

Suga menerima kotak itu, lalu membukanya. Matanya langsung melebar saat ia tahu isi kotak tersebuat adalah gelang yang kemarin putus karena ulah Adrian. Bahkan saat ini Adrian masih mencoba untuk mencarinya. 

Suga menatap aneh perempuan yang ada dihadapannya kemudian berdiri tepat di depannya. Adik kelasnya itu reflek memundurkan tubuhnya sambil menahan detak jantungnya yang semakin lama semakin berdetak kencang. 

"Jangan sok akrab sama gue." Kata Suga lalu melemparkan kotak yang berisi gelang itu ke dalam tong sampah. Suaranya sangat nyaring dan begitu terdengar jelas saat kota itu masuk sempurna ke dalam tong sampah walaupun hanya dengan sekali lempar. 

Setelah itu Suga kembali masuk ke dalam kelasnya. Menutup pintu kelasnya rapat- rapat dan mengatur detak jantungnya yang sejak tadi riuh saat ia melihat kembali gelangnya. Suga sangat yakin itu adalah gelangnya. Dan laki- laki itu juga sangat tahu kemarin Adrian memutuskannya hingga tidak bisa ia pakai lagi. Talinya putus dan ukiran kecil atas nama Sugapun hilang entah kemana. 

Namun yang ia lihat tadi adalah gelangnya. Suga jadi tidak yakin dengan dirinya sendiri. Tidak mungkin perempuan itu memungutnya lalu kembali memperbaiki gelangnya. Suga tidak mengenal perempuan itu dan ini adalah kali pertama ia melihat perempuan itu. 

Saat Suga sedang bertarung dengan berbagai macam dugaan yang ada di kepalanya, suara tangisan pun terdengar di telinganya. Dengan sangat pelan dan juga hati- hati Suga menarik kursi kemudian memanjatnya.  Matanya setengah bersembunyi di balik kaca jendela, agar ia bisa melihat siapa yang menangis di depan koridor kelasnya. 

Mata Suga reflek melebar saat ia tahu perempuan yang tadi memberinya gelang itu masih berada di depan kelasnya, menatap tong sampah dengan air mata yang jatuh membasahi kedua pipinya. 

Perasaan bersalahpun melingkupi hati Suga. Perempuan itu mengambil kembali gelang yang tadi ia lempar ke tong sampah, membersihkannya dari debu-debu lalu kembali membungnya. 

Karena sepi, Suga dapat mendengar suara menyayat dadi perempuan itu, "Maaf. Kak Suga tidak menyukai kamu. Mungkin aku tidak becus saat memperbaiki kamu hingga kak Suga tidak mau menerima kamu kembali. Sekali lagi aku minta maaf." Dan setelah itu adik kelas dengan rambut berkepang dua juga kacamata tebal itu pergi meninggalkan koriodor kelas Suga. 

Suga termenung cukup lama di tempatnya. Hingga sepuluh menit berlalu akhirnya Suga keluar dari kelasnya kemudian mengambil gelang yang masih tersimpan rapi di tong sampah. 

Laki- laki itu tersenyum menatap gelangnya, "Gue suka kok. Tadi gue cuma gak tahu harus bereaksi seperti apa. Maaf ya dan terimakasih." Kata Suga sambil memakai kembali gelangnya. 

Diperjalanan pulang sekolah terjadi percakapan seperti ini antara Suga dengan Adrian. 

Suga, "Bau banget sih lo." 

Adrian, "Demi lo nih, tapi gue gak nemu tuh gelang. Gimana dong Ga?" 

Suga, "Ya udah gak papa." Kata Suga sambil tersenyum sambil menatap gelang yang sekarang sudah mengiasi tangannya. 

Adiran sangat jelas melihat itu, "NAH ANJIR INI GELANGNYA. KENAPA BISA BALIK KE TANGAN LO DAH? AH LO NGERJAIN GUE LAGI KAN GA? LO PUNYA STOK GELANG BANYAK KAN DI RUMAH LO?" 

Suga tertawa, "Gaklah. Gue cuma punya satu." 

"KENAPA GELANG INI BISA DIMARI DAH? JELAS- JELAS KEMARIN LO MEMBUANGNYA DI TONG SAMPAH." Adrian masih ngegas. Dia tidak terima karna merasa di permainkan oleh gelang itu.

"Tadi ada bidadari yang ngasih gelang ini ke gue." Suga lalu teringat perempuan berkepang dua  itu. 

"Hah serius?" Adrian terbelalak kaget, "mistis banget sih gelang lo Ga." 

Suga hanya diam. Kembali memandangi gelangnya. 

"Eh tapi cakep gak bidadari yang ngasih gelang lo? Seumur- umur gue belom pernah lihat bidadari Ga. Kayak coboy junior dong lo Ga. Kau bidadari jatuh dari surga ea ea ea." 

Suga menjitak kepala Adrian, "Apasih." iya dia cantik dan gue gak mau membaginya dengan lo kata Suga dalam hati.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!