BAB 08

Febuari 2015

Akhir- akhir ini Suga sering uring- uringan tidak jelas. Terutama saat dia masih berada di sekolahan. Entah itu karena Adrian yang sering kompor, entah itu gurunya yang semakin crewet saja saat pelajaran berlangsung atau dirinya yang tiba- tiba menjadi sangat marah saat melihat penampilan si burik.

Biar saja. Saat ini Suga sedang kesal dengan si burik. Dia tidak akan menyebut nama perempuan itu dengan benar sampai perempuan itu tidak lagi membuatnya kesal.

Sudah dua bulan ini sejak terakhir kali ia melihat penampilan si burik, keesokan harinya perempuan itu tampil berbeda di sekolahan dan semakin bertambah cantik saja di mata Suga maupun laki- laki lain. Tentu saja Suga tidak rela. Entah kenapa dia sangat tidak suka jika Momo tampil seperti itu. Terlalu menarik perhatian laki- laki lain yang pada akhirnya akan membuat hati Suga panas seperti terbakar karena Momo selalu mendapatkan perhatian dari mereka.

"Ga mending lo gak main dulu deh." Kata Adrian sambil ngos- ngosan karena sejak tadi mengambil bola basket yang di lempar Suga secara sembarangan.

"Kenapa? Lo gak suka main sama gue?" Suga langsung nyolot.

"Tuduh terus aja Ga. Gue ikhlas lahir batin. Ngomong- ngomong udah yang keberapa nih lo nuduh gue kayak gitu?" Adrian yang menyebalkan lah Adrian tukang fitnah lah, Adrian tukang gosip lah Adrian yang palsu lah. Dan masih banyak yang lain. Adrian sampai muak mendengarnya. Dia hampir menyerah dan membiarkan Suga jengkel sendiri. Namun laki- laki itu tahu kalau Suga sedang bingung dengan perasannya sendiri hingga membuatnya uring- ringan tidak jelas seperti saat ini.

“Shit kesel banget gue." Desis Suga. Wajahnya terihat letih dan juga frustasi.

"Nih minum dulu." Kata Adrian sambil menyodorkan air mineral dingin berharap dapat mendinginkan mulut Suga yang sedang panas seperti kenalpot bajay.

Suga menerimanya dan langsung meneguknya sampai habis. Adrian gatal sekali ingin menyeletuk haus pak haji? namun ia urungkan karena mulut pedas Suga belum sepenuhnya kembali normal. Ia tidak ingin mendengar tuduhan- tuduhan tidak mutu dari Suga maupun umpatan dari laki- laki itu.

"Hah..." Suga berteriak kesal lalu merebahkan tubuhnya dilapangan basket. Laki- laki itu menutup matanya mencoba menenangkan hati dan juga pikirannya yang masih terlalu kacau.

Adrian membiarkan hal itu karena mungkin hal itulah yang saat ini Suga butuhkan. Setelah beberape menit berlalu dengan terpaksa Adrian pun bertanya pada Suga, "Lo sebenarnya kenapa sih Ga?"

Suga langsung membuka matanya menatap Adrian dengan tatapan datar, wajah juteknya kembali terlihat dan hal itu membuat Adrian kembali menyesali keputusannya.

"Gue lagi kesel. Gitu aja masih nanya." Kata Suga masih dengan nada jengkel.

"Lo kesel sama gue?"

Suga hanya diam.

"Ya lo tahu kan kalau dari dulu itu gue ngeselin anaknya." Adrian mulai memancing Suga berharap temannya itu mau jujur dengan perasaannya sendiri.

"Bukan. Bukan karena lo." Kata Suga dengan nada lirih. Matanya kembali terpejam.

"Terus lo kenapa?"

Saat Suga akan menjawab, dari arah samping lapangan terdengar suara cempreng yang sangat ia kenali. Suga menoleh ke arah itu dan menemukan adik kelasnnya yang hari ini sangat menyebalkan bersama dengan seorang laki- laki entah itu siapa. Senyum perempuan itu langsung tercipta manakala ia mendapati Suga menatapnya.

Suga lalu berdiri dan berkata, "Gue mau pergi."

Adrian tentu saja bingung, "Loh loh lo mau kemana?"

"Bisa gak sih gak usah nanya- nanya mulu?" Suga kembali ke dalam mode mulut pedasnya.

"Ya Robbi Ya Ilahi. Gue salah mulu dah perasaan." Adrian mengelus dadanya.

"Kak Suga..." Dari arah samping Momo meneriakinya membuat Suga dan Adrian menoleh bersamaan.

"Gue pergi." Kata Suga.

Sebelum Suga benar- benar pergi, Adrian mencegahnya dengan kalimat, "Jagan jadi pengecut deh. Jujur aja sama perasaan lo."

Suga mendesis, "Gak usah sotoy ya lo."

"Gue bukannya sotoy tapi baksoy." Adrian nyengir kegirangan karena sudah berhasil menggoda Suga.

Adrian berhasil menahan Suga untuk tidak pergi saat Momo sudah berada tepat di depan laki- laki itu.

"Hai?" Sapa Momo dengan senyum manisnya. Suga tidak melihat itu. Takut pertahanannya akan runtuh seketika jika melihat senyum yang dua bulan ini sering wanita itu tebar kemana- mana. Senyum itu cuma tercipta untuknya dan karenanya. Bukan untuk laki- laki lain dan bukan karena laki- laki lain. Kenapa sih wanita itu tidak mengerti sama sekali. Sial. Memikirkan itu saja sudah membuat kekesalan Suga bertambah berkali- kali lipat.

"Gue gak di sapa nih Mo?" Adrian berceletuk yang langsung mendapatkan pelototan mata dari Suga.

Seakan mengabaikan hal itu dengan berani Adrian pun kembali bertanya, "wah bawa apaan tuh? buat gue ya?" Kata Adrian sambil menatap tupperwere merah yang di bawa Momo.

"Bukan lah. Ini itu kue kesukaannya kak Suga." Kata Momo sambil malu- malu menatap Suga. Laki - laki yang berada dii dekat Momo langsung ikut berceletuk, "dia belajarnya sama gue. Ngerepotin banget deh pokoknya. Cuma buat lo nih bang."

Suga berdecih. Membayangkan Momo berdua di dapur membuat kue ketawa ketiwi menebar pesonanya dengan laki- laki yang ada di sampingnya itu membuat hatinya kian memanas dan hampir gosong karena hangus terbakar.

"Ini kuenya buat kamu kak." Kata Momo sambil menyodorkam kotak tuperwerenya.

Suga tidak menerimamya. Laki- laki itu hanya diam dengan wajah super datar. Adrian yang berada di samping Suga sampai harus menyenggol laki- laki itu.

"Ga.." Kata Adrian.

"Kenapa?" Suga menoleh lalu Adrian menunjuk kotak tuperwere Momo, "Oh lo mau ngasih ini ke gue?"

Tidak ada senyum dari laki- laki itu seperti yang Momo lihat dua bulan yang lalu di tokonya. Hati Momo kembali menciut, takut Suga akan menolak pemberiannya.

Momo mengangguk kaku.

"Diterima dong bang, Momo capek- capek buatin ini buat lo." Laki- laki yang berada disamping Momo menjawab semakin membuat tingkat kejengkelan Suga semakin naik tajam.

"Gue gak butuh itu dan gue gak minta dia ngebuatin itu."

Momo terperangah. Perempuan itu terlihat kecewa dengan perkataan Suga. Begitupula dengan laki- laki yang bersama Momo, "Bang lo harus ngehargain yang udah dia lakuin buat lo dong." Dia mulai nyolot.

"Oke gue hargain. Gue harus bayar berapa?" Suga tidak kalah songong saat mengatakan hal itu.

"Lo tahu kan dia buatnya sampai harus merelakan jam tidurnya cuma untuk membuat lo senang?"

Suga menatap laki- laki itu tajam, "Gue gak suka pemberian dari perempuan yang kecentilan. Bikin perut gue mual." Setelah mengatakan itu Suga pergi.

Rasa kesalnya masih mendominasi dan bayangan wajah sedih Momo juga memenuhi pikirannya. Tidak. Ia tidak akan berbalik utuk menemui Momo dan minta maaf. Dua bulan ini Suga sudah cukup letih karena sering uring- uringan tidak jelas. Bukan, bukan tidak jelas, Suga sangat tahu dirinya sering uring- uringan karena melihat Momo mendapatkan perhatian dari banyak laki- laki lain. Setiap hari Suga hanya terus memendam rasa kesalnya hingga puncaknya hari ini ia sudah tidak lagi memendam itu.

"Ga tunggu." Dari arah belakang Adrian menyusulnya kemudian menarik pergelangan tangannya hingga membuat Suga berhenti berjalan. Suga masih kesal.

"Apasih?" Kata Suga dengan nada marah.

"Harus ya mulut cabe lo itu kumat disaat yang kayak gini?"

Suga hanya diam menatap Momo dari kejauhan. Momo terlihat menundukkan kepalanya dan laki- laki yang bersamanya tadi mengelus kepala Momo dengan lembut. Suga semakin terbakar hangus ditempatnya.

"Anjing. Kenapa sih dia harus kecentilan kayak gitu?" Suga berteriak marah sambil menatap Momo.

Saat Adrian akan menjelaskan bahwa laki- laki yang bersama Momo itu adalah kakak sepupunya, Suga terlebih dahulu berjalan meninggalkannya menuju dua orang yang saat ini sedang berbincang- bincang di lapangan tengah. Felling Adrian sudah tidak enak. Dengan langkah cepat ia segera menyusul Suga namun terlambat karena teman satu mejanya itu sudah mendorong sepupu Momo kemudian memukulnya.

Hanya satu kali Suga memberikan pukulannya namun lawannya sudah terkapar di lantai karena tidak siap akan serangan tiba- tiba dari Suga.

Momo sampai menjerit kaget karena kejadian itu terjadi begitu cepat. Tangannya di tarik kasar oleh Suga meninggalkan lapangan. Meninggalkan kakak sepupunya yang terkapar di lantai basket dengan Adrian yang sedang menolongnya.

"Gue benci banget tahu gak sama lo." Desis Suga dan Momo hanya terisak menahan berbagai macam rasa yang berada di hatinya. Sedih, kecewa, kaget, dan juga sedikit senang karena untuk pertama kalinya Suga mengenggam tangannya dengan sagat erat.

"Bisa diem gak sih?" Omel Suga karena Momo terus saja menangis sesegukan.

Momo langsung diam. Perempuan itu mengigit bibirnya agar isakan tangisannya tidak terdengar.

"Diem tapi jangan di gigit bibirnya?! Lo jangan bikin gue tambah kesel dong Mo!"

Ya ampun Momo jadi serba salah sekarang. Perempuan itu menghirup nafas panjang mencoba untuk menormalkan hatinya. Setidaknya dia harus menghentikan tangisannya terlebih dahulu agar Suga tidak kembali mengomelinya.

"Kak Suga kita mau kemana?" Kata Momo dengan nada terbata- bata karena masih menahan isakan tangisnya.

"Gak usah banyak nanya dan diem." Kata Suga dengan nada tegas.

Momo menuruti perintahnya. Momo tahu kalau Suga itu mempunyai mulut pedas dan juga menyebalkan. Namun entah kenapa dia masih tetap menyukai laki- laki itu dengan segala kekurangannya. Baginya Suga adalah sesuatu hal yang indah yang selama ini selalu dia impikan di dalam hidupnya. Bisa bersama dengan Suga dengan jarak sedekat ini membuat Momo merasa bahwa dia adalah wanita yang paling beruntung di dunia ini.

Suga membawa Momo ke taman sekolah yang tepat berada di belakang kelas Momo. Suga lalu memilih kursi yang ada di bawah pohon kemudiam mendorong Momo agar duduk di sana. Tiba- tiba saja Momo ingin kembali menangis karena Suga kembali menatapnya dengan tajam dan datar. Dia tahu dia sangat cengeng karena ia mengingat bagaimana dulu Suga selalu menolak pemberiannya yang berakhir di tong sampah. Mengingat itu Momo kembali meneteskan air matanya.

"Gue kan udah bilang jangan nangis lagi." Kali ini Suga tidak mengomelinya. Laki- laki itu berkata dengan nada normal sambil menghapus air mata Momo yang jatuh di kedua pipinya.

"Kak Suga marah ya sama Momo?" Dengan berani Momo menatap Suga. Dari jarak sedekat ini Suga benar- benar terlihat sangat mengangumkan. Momo hampir mencubit pipi Suga karena saking gemasnya.

"Iya gue marah sama lo." Jawab Suga.

Momo lalu mengenggam tangan Suga yang membuat Suga langsung mendapatkan serangan jantung mendadak, Suga sampai bingung harus bereaksi seperti apa, namun yang ia tahu pipinya terasa panas saat ini. "Maafin Momo ya kak."

"Gue maafin tapi dengan satu syarat."

Mata momo langsung berbinar indah. Senyumnya juga terbit membuat bibirnya terlihat begitu menawan di mata Suga. Suga hampir mengumpat karena terbesit di dalam benaknya untuk merasakan bagaimana bibir itu jika tersenyum di dalam bibirnya.

"Lo berbalik sekarang." Walaupun bingung tetapi Momo menurutinya. Suga lega karena tidak lagi melihat wajah Momo. Setidaknya untuk detik- detik saat ini.

Suga lalu mengeluarkan sisir kecil dan juga sebuah karet gelang dari dalam saku celana basketnya. Semenjak dua bulan yang lalu dia ingin sekali melakukan hal ini pada Momo. Dengan gerakan pelan Suga meraih rambut Momo kemudian membaginya menjadi dua.

"Kak Suga ngapain?" Tanya Momo karena bingung dengan apa yang saat ini Suga lakukan kepada rambutnya.

"Ngepang rambut lo." Kata Suga pendek.

"Tapi nanti aku jadi jelek." Kata Momo.

"Gak papa jelek." Biar gak ada yang suka sama lo.

"Banyak yang bilang Momo tambah cantik kalau di gerai rambutnya." Momo ngeles lagi dan membuat Suga langsung kesal.

"Dikepang maupun digerai, lo sama- sama jelek." Suga berkata dengan nada judes.

"Tapi kan... "

Suga langsung memotongnya, "Lo mau gue maafin gak?" Dan Momo hanya mengangguk, "Ya udah diem."

"Nanti kak Suga jadi gak suka kalau aku jadi cupu lagi."

"Siapa yang bilang?"

"Kak Suga sendiri."

Suga mengernyit bingung, "Kapan gue bilang begitu? Perasaan gue gak pernah ngomong sama lo sampai lima detik deh."

"Dulu pernah kok. Momo ingat banget waktu itu." Kata Momo sambil mengingat perkataan pedas Suga waktu itu.

Suga sudah selesai mengepang rambut Momo. Ya walaupun hasilnya tidak sebagus yang ia kira, namun ia puas saat melihatnya. "Nah begini lebih bagus." Kata Suga sambil memandangi Momo.

"Padahal banyak yang suka kalau rambut Momo di gerai." Momo berkata sambil cemberut melihat hasil kepangan Suga yang menurutnya berantakan.

"Dan gue adalah golongan yang gak menyukai itu."

"Kenapa?" Kali ini Momo sudah kembali menghadap ke arah Suga. Tidak begitu dekat namun Momo dapat melihat bulu mata Suga yang begitu lentik.

Suga hanya menatapnya. Tatapan yang begitu intens yang membuat Momo meremang di tempatnya. Bahkan selama ini Momo tidak pernah membayangkan hal itu.

"Kenapa kak?" tanya Momo lagi karena ia grogi harus berkata apa saat di tatap Suga dengan tatapan seperti itu.

Suga tersenyum lalu menarik wajah Momo hingga Momo bisa merasakan nafas hangat Suga yang menerpa wajahnya. Momo terlihat syok ditempatnya namun Suga tidak perduli akan hal itu.

Suga berkata, "Karena ini..." Suga mencium pipi kanannya, "ini.." lalu pipi kirinya, "ini..." kemudian hidung mancung Momo, "ini.." kedua mata Momo, "ini..." Dahi Momo, "dan ini.." puncak kepala Momo, "adalah milik gue." Suga tersenyum bahagia. Masih dengan menangkup kedua pipi Momo dengan menggunakan kedua tanganya.

"Apalagi yang ini." Dengan gerakan cepat Suga mencium tepat di bibirnya, "ini tidak boleh senyum ke siapapun kususnya pada pria lain." Suga tersenyum dibalik ciumannya, laki- laki itu belum melepaskan ciumannya dan kembali berkata, "karena senyum lo cuma milik gue. Gue orangnya egois. Gue gak mau membaginya dengan yang lain."

Momo hanya terdiam kaku seperti mayat hidup. Bahkan dia juga lupa caranya bernafas.

"Lo ngerti kan?" Suga masih menempelkan bibirnya saat mengatakan itu. Momo hanya mengangguk kaku. Lalu perempuan itu dapat merasakan kalau Suga tersenyum lagi di balik bibirnya.

"Good girl. Sekarang tutup mata lo dan balas ciuman gue."

Lalu Momo menutup matanya. Dan dengan kaku dia membalas ciuman Suga.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!