BAB 05

Sejak pulang kuliah tadi Suga terlihat menyeramkan karena laki- laki itu hanya duduk diam di sova dan tidak bergerak sama sekali. Wajahnya sangat datar dan tidak enak untuk di pandang. Bisa di bilang saat ini Suga sedang memasang mode tidak bersahabat dengan siapapun.

Angga sebagai kepala suhu di kosan itu sudah mewanti- wanti para bocil untuk tidak menggangu Suga. Angga sangat tahu betul jika Suga sudah bersikap seperti itu, tandanya dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Daripada nanti ada yang baper kena omelan pedas Suga , Angga lebih memilih menggiring para bocil ke ruang atas. Apalagi Bagas. Bagas adalah tipe laki- laki yang mudah sekali baper. Meskipun dia sudah kebal terhadap kata- kata pedas Suga, namun tetap saja Angga tidak ingin hal itu terjadi hingga membuat suasana menjadi tidak nyaman.

"Disini panas bang, gue pindah ke bawah ya?" Ijal meminta izin kepada Angga sambil mengemasi camilannya untuk pergi ke lantai bawah.

"Jal kalau gue ngomong tuh dengerin." Angga sudah terlihat jengkel karena sudah ketiga kalinya ini Ijal meminta izin Angga untuk menonton tv dilantai bawah dimana Suga sedang bersemedi.

"Iya tapi disini panas bang, enak di bawah adem." katanya lagi sambil nyemil keripik. Suara kriuk- kriuknya terdengar menyebalkan . Takutnya nanti Suga akan mengamuk mendengar itu karena sudah menganggu ketenangannya.

"Di bawah lagi ada yang semedi Jal. Lo disini dulu " Bagas menyahut yang langsung di setujui oleh Irham

"Ham lo gak pengen deket- deket bang Suga?" Tumben sekali batin Ijal.

Irham hanya mendesah lesu, "Gue udah di damprat pake sepatu." wajahnya terlihat sedih, "nih buktinya." dia menunjukkan dahinya yang terlihat kemerahan, seperti bengkak.

"Bang Suga lagi PMS?" Suara kriuk- kriuk sangat terdengar jelas membuat Angga semakin emosi saat mendengar itu.

"Lo disini aja. Diem." Kata Angga tegas.

"Hmmm ya udah deh gue di sini aja, tapi tv nya ganti upin- ipin dong!" Bagas dan Irham langsung menatap Ijal dengan tatapan tajam. Pasalnya kedua orang itu sedang kompak menonton chef Juna yang sedang memasak lobster.

"Kalau enggak gue ke bawah ini." Ijal mulai mengancam tidak lupa dengan suara kriuk- kriuknya.

"Bodo amat." Irham menghiraukan diikuti angukan oleh Bagas.

"Ya udah gue ke bawah sekarang." Ijal berdiri, namun belum sampai dua detik dia di seret oleh Angga hingga kembali duduk diam di sova. Dengan cekatan Angga mengambil remot tv kemudian menyetel pertandingan sepak bola.

Setelah itu ketiga bocil itu tidak lagi protes sama sekali dan fokus menonton tv.

Dilantai bawah Suga masih tenggelam di dalam kebisuannya. Sesekali laki- laki itu kembali mengecek pesan chat yang tadi ia baca sewaktu keluar dari toilet kampus. Ya saat itu Suga sedang mencari keberadaan Momo yang tiba- tiba menghilang. Saat ia akan menghubungi Momo untuk menanyakan keberadaan perempuan itu, Momo mengirimnya pesan chat.

MoMo

"Maaf dan terimakasih. Jangan hubungin gue lagi."

Tentu saja setelah itu Suga langsung kesetanan. Berkali- kali ia menelfon nomor Momo namun perempuan itu tidak mengangkatnya. Bahkan Suga sudah mencari Momo di setiap sudut kampus maupun tempat- tempat yang sering ia kunjungi. Dan sampai saat ini Suga tidak menemukan Momo.

"Arghhhhhh..." Suga sudah mencapai batas kesabarannya. Dengan kesal ia meraih ponselnya, berniat untuk kembali menghubungi Momo untuk yang terakhir kalinya. Suga berjanji pada dirinya sendiri kalau Momo tidak mengangkatnya, Suga tidak akan menghubungi perempuan itu lagi.

Dan benar, sekali lagi Momo tidak menjawab panggilannya.Setelah dering terakhir, Suga memutuskan panggilannya kemudian membuang ponselnya ke sova begitu saja.

Ia butuh tidur. Setidaknya agar kepalanya tidak terasa penuh oleh nama Momo. Setidaknya ia tidak lagi memikirkan Momo walaupun ia tahu itu sangat mustahil untuk ia lakukan.

***

Sudah larut malam dan anak- anak penghuni kosan Bang Sat masih berkumpul di meja makan. Seperti biasa acara makan malam mereka hari ini dipenuhi oleh gelak tawa maupun celotehan tidak jelas dari Janu. Ngomong- ngomong laki- laki yang mendapatkan julukan World Wide Handasome dari pengemarnya itu baru saja mendapatkan hadiah makanan salah satu dari mereka. Martabak dengan barbagai rasa dan juga roti bakar dengan varian lengkap tersaji rapi di meja makan. Tentu saja hal itu merupakan rejeki nomplok bagi anak- anak yang lain.

"Bang Janu besok bisa riquest gak sih ke penggemar abang?" Irham berkata dengan mulut penuh roti bakar.

"Riquest apaan nih?"

"Riquest kapan mereka ngasih bang Janu paket karangan bunga bang." Bagas yang menyahut.

"BANGSUL YA LO JAPRON! LO KIRA GUE UDAH MAU MODAR DIBELIIN KARANGAN BUNGA SEGALA?" Janu mulai mencak- mencak.

"Gak usah ngegas gitu bang. Ingat kolesterol abang berapa?" Ijal mengingatkan penyakit Janu yang sering kambuh saat laki- laki itu jengkel atau kesal.

"Iya nih. Leher gue udah pegel- pegel. Ntar lo pijitin gue ya Jal?"

"Tebas aja sekalian Jal. Kasihan tangan lo kalau mijitin bang Janu. Tulang belulang semua soalnya." Semua yang ada di meja makan itu langsung tertawa, Bagas lalu melanjutkan, "Ntar bisa lo donasikan ke museum kota dengan judul Kepala Wordl Wide Handsome 1992-2022."

"Gelut aja yok Gas!" Janu berdiri melipat lengan kemeja panjangnya, bermaksut untuk menantang Bagas.

"Bisa gak sih kalian itu diem?" Angga yang sejak tadi mendengarkan pun berkomentar, "Di atas lagi ada singa tidur. Kalian gak mau kan kalau kena terkam?" Kata Angga dengan suara bisik- bisik sambil melihat tangga lantai atas takut- takut ada Suga.

"Hah singa apaan? Perasaan tadi gue gak lihat singa masuk rumah deh."

Irham menepuk dahinya, sepertinya hanya Janu yang ketinggalan gosip mengenai Suga, "Maksutnya singa tuh bang Suga abang Janu." Irham menjelaskan dengan nada gemas campur kesal.

Padahal Janu sama sekali tidak tahu apa- apa mengenai apa yang tadi siang terjadi pada Suga. Terus kenapa semua orang malah menyalahkannya? Siapa suruh tidak memberitahunya terlebih dahulu. Eh tunggu dulu kenapa dia yang harus merasa bersalah. Yang mengajaknya beradu bacot dulan kan para bocil. Kok jadi dia yang disalahkan. Ah entalah Janu. Lo kan memang gudangnya kesalahan.

"Suga kenapa?"

Irham kembali menjawab, "Gak tahu belum cerita. Tapi tadi siang itu dia pulang kampus, gue sapa dong bang kayak biasanya. Eh yang ada malah gue di lempar sepatu sama dia. kaget dong gue." Irham lalu cemberut, "Habis itu dia semedi di ruang tengah sampai magrib."

Janu seperti tidak percaya, "Ya elah bisanya kan emang gitu. Lo aja kali yang kebetulan lewat situ terus kena lemparan sepatunya Suga. Suga kan emang suka lempar- lempar sepatu. Ada yang aneh?"

"Ada." Sahut Ijal cepat padahal Irham ingin sekali menjawabnya.

"Wajahnya mendung kayak gulungan ****** bang" Lanjut Ijal lagi

"Gue cari tahu sendiri deh." Janu berdiri dari tempatnya lalu berjalan menuju lantai atas dimana kamar Suga berada. Janu mengabaikan teriakan Angga yang melarangnya untuk mendekati Suga. Namun karena penasaran, akhirnya Janu pun nekat.

"Ga? Lo masih hidup kan?" Janu mengetuk pintu kamar Suga, "Gue punya martabak banyak nih."

Tidak ada jawaban.

"Gue masuk ya?" Janu pun langsung masuk ke dalam kamar Suga. Hal pertama kali yang ia lihat adalah pemandangan ****** dan kolor yang tercecer dimana- mana. Rasa kesal itu mendadak langsung naik meroket. Ingatkan Janu untuk menendang Ijal ke Pluto karena tidak merapikan kamarnya.

Janu mencoba mengabaikan ****** dan juga kolor Ijal. Dengan langkah pelan namun pasti laki- laki itu berjalan mendekati kamar Suga. Janu kira Suga tertidur. Namun di kasurnya hanya terdapat guling yang diselimuti sarung hingga Janu mengira itu adalah Suga.

"Ga lo dimana?"

Suara pintu balkon yang tertiup angin, menarik perhatian Janu. Laki- laki itu lalu berjalan menuju baklon dan menemukan Suga yang sedang duduk dengan pandangan kosong.

"Lo disini?" Lamunan Suga buyar. Suga menoleh ke arah Janu. "Gue panggil- panggil lo gak denger ya?"

"Gue budek "

Busyettttt. Baru opening udah ngegas aja nih badak korea.

"Lo gak makan?"

"Males."

"Lo udah mandi belum?"

Suga lalu menatap Janu dengan tatapan tajam, "Lo kenapa sih?"

Janu kemudian tertawa, "Seharusnya yang tanya kayak gitu gue, lo kenapa?"

"Gue gak kenapa- kenapa."

Alah bangsul ngelak aja lo. Bilang aja lagi galau. Roman- roman lo udah kecium soalnya.

"Terus kenapa lo ngurung diri di kamar?"

Suga menghela nafas panjang, malas meladeni Janu yang mendadak cerewet, "Males ketemu lo."

"Lo lagi galau ya?" Tebak Janu, "Hape lo ketinggalan di bawah. Nih." Janu menyodorkan ponsel Suga namun Suga tidak menyambutnya.

"Lempar aja. Gue gak butuh itu."

AMPUN DEH. JUDES BANGET NIH AKI- AKI

"Lo bisa cerita ke gue." Janu tidak menyerah

"Gue males ngomong."

"Buset Gaa. Jangan- jangan nafas aja lo males Ga?" Janu mulai ngegas. Stok kesabarannya mulai terkikis sedikit demi sedikit.

"Gak tau lah. Gue pusing." Suga laku menunduk mengacak- acak rambutnya.

"Lo lagi berantem sama Momo?"

Suga tidak menjawab.

"Lo tahu kan Ga, gue sering berbagi masalah gue ke lo walaupun lo malas mendengarkan cerita gue. Walaupun tanggapan lo cuma lo goblok banget sih jadi orang Jen, atau lo bego Jen, tapi setidaknya lo udah membuat perasaan gue lega karena masalah gue udah gue bagi ke lo. Dan gue juga pengen hal itu berlaku juga ke lo Ga. Lo bisa cerita apapun ke gue, dan gue akan mendengarkan. Gue gak akan mengomentarin apapun seperti yang lo lakuin ke gue."

Suga menatap Janu dengan pandangan tidak yakin, "Lo banyak ngomong."

"Ya udah makanya cerita biar lo yang gantian ngomong." Sabar Janu. Yang lo hadapain itu bukanlah manusia normal ngomong- ngomong.

"Gue juga gak tahu sebenarnya gue salah apa ke Momo, sampai- sampai dia meminta gue untuk tidak menghubungi dia lagi." Janu ingin sekali berkomentar namun ia tahan, "Gue udah nyoba buat ngehubungin dia, nyari dia, tapi sampai saat ini dia gak ngejawab panggilan gue. Gue tanya ke temenya pun mereka serempak menjawab gak tahu dan bodo amat."

"Lo yakin lo gak berbuat salah ke dia?" Janu bertanya. Jangan- jangan cuma prank lagi. Apasih Janu, sempet- sempetnya bercanda.

Suga menggeleng, menatap langit yang terlihat semakin pekat. "Sebelum itu, gue sama dia baik- baik aja. Dan gue juga gak merasa melakukan sebuah kesalahn ke dia."

"Mungkin dia cuma butuh waktu Ga. Coba besok lo temuin dia langsung, dan minta penjelasan ke dia."

Suga hanya mengangguk, "Jen menurut lo gue gimana?"

"Gimana apanya?"

"Gue gimana orangnya?"

LO ITU JUDES, DRAKULA, SETAN, SUKA MARAH GAK JELAS, MULUT CABE... Astagfirullahh...

"Lo ya lo Ga. Semua yang ada di diri lo itu ya diri lo sendiri."

Suga lalu diam sejenak. Lalu kembali berkata, "Gue takut kalau Momo ngejauhin gue karena gue sering judes ke dia. Gue sering ngatur dia, bahkan kadang gue merasa terlalu over protektif ke dia. Gue juga sadar selama ini Momo udah banyak ngalah ke gue, dia sama sekali gak pernah marah ke gue sekalipun gue udah nyuekin dia bahkan saat gue lebih mementingkan ego gue."

"Seberapa lama lo kenal Momo Ga?"

"Empat tahun."

"Dan selama itu Momo tetap berada di samping lo?"

Suga mengangguk.

"Lo sadar gak Ga, selama empat tahun itu Momo berjuang ke lo, dia sayang sama lo, dan menurut gue alasan itulah yang membuat dia tetap berada disamping lo." Janu menatap Suga sejenak lalu kembali bertanya, "Tapi Ga, gue penasaran, lo sayang gak sama dia?"

Dan Suga hanya diam membisu ditempatnya.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!