"Jadi kita pacaran?" Momo sampai harus menahan senyum nya karena pernyataan Suga.
Suga mengaguk sambil merapikan poni Momo yang menutupi mata wanita itu. Suga sangat suka memandangi mata Momo, "Kamu seneng?" Tanya Suga.
"Banget." Ucap Momo kesenangan, namun segera tersadar saat Suga menatapnya dengan tatapan geli, "Enggak tuh aku b aja." Momo segera meralat ucapannya agar Suga tidak kepedean.
Dua orang itu sudah sampai di depan pintu gerbang rumah Momo. Suga lalu melepaskan savety beltnya kemudian keluar dari mobil. Tidak lupa juga ia membukakan pintu mobilnya untuk Momo.
"Terimakasih ya." Momo meraih kedua tangan Suga lalu mengenggamnya erat. Tatapannya sangat teduh membuat Suga tidak bisa berpaling dari wajah Momo.
"Seharusnya aku yang berterimakasih." Kata Suga, "terimakasih karena selalu berada di sisihku selama ini."
"Oh iya, sebentar. Kamu tunggu aku di sini ya." Sebelum Suga menjawabnya Momo sudah terlebih dahulu meninggalkannya masuk ke dalam rumah. Tidak begitu lama karena setelah beberapa menit perempuan yang malam ini terlihat sangat cantik di mata Suga itu keluar dari rumahnya sambil membawa sebuah kotak berwarna pink yang tidak begitu besar namun terlihat sangat berat.
"Ini buat kamu." Kata Momo sambil menyodorkan kotak bertuliskan Heartbeat kepada Suga. Mata Momo berkaca- kaca dan dia tidak bisa untuk meneteskan air matanya saat ini juga, "bahkan selama ini aku gak pernah berani mimpiin ini Ga."
Suga meraih kotak berukuran sedang itu, memeluknya erat. "Ini apa? Dan kenapa kamu malah menangis?" Tangan Suga yang bebas, terulur untuk menghapus air mata Momo.
"Kamu akan tahu setelah nanti kamu membukanya." Kata Momo.
Suga terlihat khawatir namun laki- laki itu hanya diam menatap Momo , "kamu tenang saja, aku cuma terlalu bahagia Ga." Momo lalu tertawa namun air matanya masih mengalir deras membasahi pipinya.
"Kamu hati- hati ya pulangnya. Dan jangan buka kotak ini disini. Kamu harus membukanya setelah sampai di kosan." Momo lalu mencium pipinya dengan cepat kemudian masuk ke dalam rumahnya.
Suga masih terdiam di tempatnya sambil menatap kotak yang saat ini berada di pelukannya. Berbagai macam pertanyaan kemudian singgah di dalam kepalanya. Suga hanya berharap hal ini tidak membuat Momo sedih. Suga sangat khawatir sekali dengan Momo. Hanya itu.
*****
Sudah pukul sebelas malam, dan Suga masih terdiam di teras kosan. Laki- laki itu masih menatap lekat kotak pink yang ada di depannya. Belum berani membukanya padahal dia sangat penasaran sekali dengan isinya.
"Bang Suga?" Suara pintu terbuka kemudian menampilkan sesosok Irham. Wajah Irham masih terlihat mengantuk, rambutnya acak- acakan. "Kenapa gak pencet bel? Gue udah nungguin abang dari tadi."
"Lo balik tidur gih. Nanti abang nyusul." Kata Suga sambil mengusir Irham.
"Bang Suga baik- baik aja?" Irham mengabaikan perintah Suga dan memilih duduk di samping laki- laki itu.
"Abang baik- baik aja." Lalu Suga mengacak- acak rambut Irham, "udah sana masuk."
"Terus kak Momonya gimana?"
Suga tidak bisa menahan senyumnya. Irham akan terus menanyainya sampai rasa ingin tahunya terpenuhi. "Kak Momo baik- baik aja. Jangan bikin marah abang. Udah sana tidur."
Irham lalu tersenyum kemudian memeluk Suga, "Abang jaga kak Momo ya. Dia sayang banget sama bang Suga."
"Pasti Ham." Kata Suga seperti sebuah janji untuk dirinya sendiri.
Udara malam terasa begitu dingin saat Suga masuk ke dalam rumah untuk menuju kamarnya. Ijal terlihat sudah tertidur pulas sambil memeluk boneka kelincinya.
Suga mulai menghidupkan lampu belajarnya, kemudian menaruh kotak pink itu disana. Sebelum Suga benar- benar membuka kotak itu, Suga mengambil nafas panjang. Seperti sedang bersiap- siap untuk melihatnya.
Hal pertama yang Suga lihat ketika membuka kotak itu adalah berbagai macam barang yang tampak familier di ingatannya. Ada sebuah pulpen bergambar hello kity, betadin, tiket bioskop, sebuah kancing, gelang yang ia yakini dulu pernah ia buang ke tong sampah karena sudah putus talinya, handuk kecil, obat sakit perut dan masih banyak yang lainnya.
Suga juga menemukan secarik kertas lusuh karena mungkin sering dibaca berulang- ulang oleh Momo. Suga meraih kertas lusuh itu kemudian membacanya.
Hallo kak Suga, bagaimana kabarmu hari ini? Kalau kamu menemukan surat lusuh ini dan kemudian membacanya, itu artinya aku sudah berhasil untuk mendapatkan hati kamu.
Entah itu dalam waktu yang panjang atau dekat aku selalu yakin kalau suatu saat nanti kamu pasti akan melihatku. Entah itu karena jatuh cinta atau kamu yang bosan karena setiap hari terus aku ikuti.
Banyak yang bilang padaku kenapa aku harus menyukai laki- laki seperti kak Suga. Laki- laki dingin, cuek, tukang marah dan juga kadang berkata kasar. Ada juga yang bilang bahwa aku tidak akan pernah mendapatkan hati kak Suga karena aku cupu, karena aku jelek dan karena aku tidak menarik di mata kak Suga. Harus aku akui, secara fisik memang aku tidak secantik mereka yang selalu bersamamu. Aku sangat iri dengan mereka yang dengan berani mengajak mu mengobrol atau makan bersama di kantin sekolah. Berbanding terbalik dengan diriku yang hanya bisa menatap mu dari balik tembok.
Setiap hari aku selalu memperhatikan kamu. Entah itu saat kamu bermain basket, sedang makan di kantin, atau tertidur pulas di perpustakaan sekolah, aku akan selalu memperhatikan mu dari jauh. Rasanya ingin sekali aku menyapamu kak. Aku ingin sekali kamu melihatku, menatap mataku. Aku ingin kamu tahu namaku dan yang paling mustahil adalah aku sangat ingin sekali dekat dengan kamu.
Tetapi hal itu sangat mustahil bukan? Aku sadar diri kok aku ini siapa. Aku sempat putus asa karena kamu benar- benar tidak bisa aku gapai. Kamu terlalu jauh dan kamu terlalu sempurna untukku. Tia selalu memberiku dukungan agar aku terus memperjuangkan kamu. Setidaknya agar kamu tahu, bahwa ada aku, salah satu dari banyak perempuan yang teramat sangat menyukaimu.
Sejak saat itu aku mulai berani untuk mendekatimu. Apakah kamu menemukan sebuah gelang di dalam kotak itu kak? Jika iya, itu adalah kali pertama aku memberanikan diri untuk menemuimu langsung. Gelang itu kamu buang karena sudah putus talinya, padahal aku sangat tahu gelang itu adalah gelang favorit mu. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana ekspresi kesal mu waktu itu. Kamu memarahi Adrian karena tidak sengaja menarik gelang itu hingga terputus. Karena tidak bisa lagi untuk dipakai akhirnya kamu membuangnya ke tong sampah. Taukah kamu setelah itu aku mengais- ais tong sampah itu agar aku bisa mendapatkan kembali gelang kamu. Aku memperbaikinya seperti semula agar kamu bisa memakainya lagi. Waktu itu aku sangat berharap kamu mau menerimanya, namun yang kamu lakukan adalah menatapku dengan pandangan aneh karena mungkin kamu tidak mengenalku dan berkata "jangan sok akrab sama gue" lalu kamu kembali membuang gelang itu ke tong sampah.
Gara- gara itu aku menangis semalaman hingga ibukku memarahiku karena aku tidak mau jujur dengannya kenapa aku terus menangis. Saat itu aku ingin sekali mengambilnya lagi dan mungkin akan menyimpannya, namun saat aku kembali, gelang itu sudah tidak ada. Jadi aku berniat membuatnya lagi yang sama persis dengan gelang kak Suga. Aku ingin memberikannya lagi untuk yang kedua kalinya namun aku sudah tidak mempunyai nyali. Aku sangat takut di tolak oleh kak Suga.
Apakah kamu juga menemukan sebuah obat sakit perut? Ah hal itu tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Waktu itu aku mendengar bahwa kamu terjatuh saat basket karena perut kamu yang tiba- tiba keram. Saat itu aku sedang ulangan matematika, dan aku tidak bisa untuk tidak memikirkan kamu. Akhirnya aku membolos ulangan matematika demi kamu untuk membeli obat ke apotek. Aku juga tidak bisa naik motor, aku sampai meminjam sepeda mbok Sum agar aku bisa ke apotik dengan cepat, agar sakit perut kamu juga cepat terobati. Tapi sekali lagi aku harus menelan pil kepahitan saat kamu kembali menolak pemberian ku dengan kata- kata "Lo siapa sih? Jangan ganggu gue. Lo bukan tipe gue."
Sejak saat itu aku selalu mengambil kembali barang yang kamu buang ke tong sampah. aku mengumpulkannya menjadi satu ke dalam kotak yang saat ini ada bersamamu.
Rasanya sangat menyakitkan. Namun entah kenapa aku selalu melakukannya lagi dan lagi sampai kamu mau melihatku.
Aku tahu di dunia ini tidak ada perjuangan yang sia- sia. Untuk itu aku selalu percaya bahwa suatu saat nanti kamu akan segera melihatku. Kamu akan memperhatikan ku dan Kamu akan menyayangiku.
Terimakasih sudah mempercayakan hati kamu untukku. Aku akan menjaganya sekuat yang aku bisa. Aku selalu menyayangimu karena itu adalah kamu. Aku tidak punya pilihan lain. Dan aku sangat bahagia sekarang.
Hati Suga menghangat saat itu juga. Rasanya sangat mengharukan karena ada seseorang yang benar- benar tulus menyayanginya. Suga jadi menyesal kenapa dulu ia menyiakan kesempatannya untuk lebih dekat dengan Momo. Menyesal karena hatinya tidak melihat hal sekecil itu namun entah kenapa kini menyentil perasaannya.
Suga lalu meraih ponselnya kemudian mencari nomor Momo. Pada dering ketiga Momo baru menjawab panggilannya.
"Hallo?" Suara wanita itu terdengar tidak jelas karena mengantuk hingga seperti gumanan kecil.
"I love you." Bisik Suga, "I love you Monika Azalia."
Momo lalu tertawa kecil, "Aku pasti lagi mimpi." Setelahnya hanya terdengar dengkuran halus dari Momo. Suga memutuskan panggilannya. Ia tidak ingin menganggu mimpi indah Momo.
"Bahkan sampai saat ini kamu masih tidak percaya bahwa aku sangat menyayangi kamu Mo." Guman Suga sambil menatap potret foto Momo yang ada di layar ponselnya.
Suga lalu menarik laci meja belajarnya. Meraih sebuah kotak kecil kemudian membukanya. Suga tersenyum saat melihat isi kotak itu. Sebuah hansaplas lecek, obat pereda nyeri dan juga sebuah payung bergambar hello kity. "Aku tidak sejahat itu Mo. Sejak saat itu kamu sudah berhasil mengambil separuh hatiku. Kamu sudah memenangkannya sejak lama."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments