Kembali ke masa sekarang
Malam terasa sangat dingin dan Suga masih setia menunggu Razka di luar mobil. Suga sangat ingin sekali masuk ke dalam rumah yang ada tidak jauh dimana mobilnya terparkir saat ini, namun Razka melarangnya keras untuk datang ke rumah itu. Suga tahu Razka mungkin tidak ingin melihat keributan di sana andaikan Suga melihat sesuatu yang sejak tadi sedang mengusik hatinya.
Suga sudah mencoba untuk menghubungi Razka, dan dia bilang cowok itu akan datang sebentar lagi. Dan benar saja, tidak lama kemudian Razka muncul dengan jas resmi, sangat terlihat berbeda dengan penampilan santai Razka sewaktu di kosan. Razka tersenyum kepadanya dan Suga hanya menatapnya datar.
"Ga temen lo dateng tuh di sambut dengan senyuman bukan disambut pake muka datar kayak gitu." Razka mengomel, dan suaranya sejenis dengan suara Janu saat sedang cerewet. Membuat telinga Suga risih saat mendengarnya.
"Gue sambit mau?" Tanya Suga datar.
Razka lalu tertawa, "Mulut lo Ga. Gak pernah ya tumpul sekali aja?"
"Gue gak mau basa basi."
"Oke." Razka lalu menatapnya, "Sebenernya ada yang mau gue tanyaain Ga ke lo."
"Apa?"
"Hubungan lo sama Momo itu apa? Apakah dia pacar lo? Apakah dia sahabat lo?"
Suga tidak langsung menjawab.
"Gue hanya sekedar memastikan apa yang tadi gue dengar dari Momo."
Suga lalu menatap Razka, "Dia bilang apa ke lo?"
"Dia bilang, dia bukan orang yang spesial buat lo. Dia bilang selama ini dia hanya menjadi payung saat hujan turun untuk melindungi lo. Sekarang hujan sudah reda dan lo tidak lagi membutuhkan dia."
Tangan Suga langsung mengepal erat. Hatinya terasa tercabik- cabik, "Gak tahu kenapa dia bisa ngomong sejahat itu tentang gue."
"Gue gak tahu pasti apa yang bikin kalian berdua jadi kayak gini. Gue bisa bantu lo buat ketemu dia." Lalu Razka mulai memainkan ponselnya, "lo masuk ke dalam mobil gih. tadi gue udah janjian sama Momo buat nganterin dia pulang. Gue akan sembunyi dan yang lo lakukan cuma duduk diam di dalam mobil."
Tanpa menunggu lebih lama lagi Suga masuk ke dalam mobil dan Razka langsung bersembunyi di balik tembok satpam. Momo tidak langsung muncul begitu saja, dua orang itu harus menunggu sekitar setengah jam dan barulah Momo keluar dari rumah itu lalu berjalan menuju mobil Suga. Momo tampak tidak curiga karena Razka sudah bilang dia ke sini membawa mobil Suga. Awalnya Momo menolak untuk diajak pulang bersamanya karena mungkin Razka menggunakan mobil Suga. Namun setelah dipaksa oleh orang tua Razka yang tidak lain adalah paman dari Momo, Momo pun dengan terpaksa menerimanya.
Sementara itu di dalam mobil Suga sudah tidak bisa lagi untuk menahan segala rasa yang ada di dalam hatinya. Laki- laki itu menormalkan detak jantungnya yang berdenyut hebat dan juga pikirannya yang sedang kalut. Suga hanya tidak ingin kata- kata pedasnya menyakiti Momo, walaupun dalam hati dia sedang sangat kesal sekali dengan perempuan itu.
Dia bilang Suga tidak membuhtuhkan dia lagi? Omong kosong macam apa itu. Bahkan perempuan itu tidak tahu seberapa kalutnya Suga saat ia tidak menjawab ponselnya.
Momo sudah berada di samping pintu mobilnya, mengetuk pintu kaca mobil Suga dan Suga langsung membukanya. Suga sangat berharap Momo tidak menyadari bahwa yang di dalam mobil itu adalah dirinya dan bukanlah Razka. Dan harapan itu terwujud karena Momo langsung masuk, dan tanpa menunggu lebih lama lagi Suga mengunci pintu mobilnya secara otomatis agar Momo tidak kabur saat ia menyadari keberadaannya.
"Bahkan saat di dalam mobilnya pun gue merasa kembali masuk ke dalam dunia dia Kak." Momo berkata sambil memasang safety belt nya tidak menyadari bahwa yang berada disampinya saat ini adalah Suga dan bukanlah sepupunya Razka. Lalu Momo mendesah panjang, "gue harus cepat- cepat move on."
"Gampang banget bilangnya." Kata Suga tanpa melihat wajah Momo yang saat ini menoleh ke arahnya. Dapat Suga dengar Momo hampir mengumpat keras, setelahnya suara gaduh pun terdengar karena perempuan itu sedang mencoba untuk membuka pintu mobil.
"Mau kemana?" Tanya Suga santai sambil menatap jalanan, berbanding terbalik dengan Momo yang sedang mencoba untuk berfikir bagaimana untuk keluar dari dalam mobil sialan ini. Tidak tidak. Pemiliknya juga sialan ngomong- ngomong.
"Buka gak?" Momo memberanikan diri untuk menatap Suga. Wajahnya memerah, menahan malu dan juga grogi yang sangat terlihat jelas.
"Gak." Kata Suga datar. Masih tidak berniat untuk lihat wajah perempuan di sampingnya.
"Kak Suga..." Momo sedang mencoba untuk menahan rasa kesalnya terhadap Suga. Laki- laki yang sekarang sedang menggunkan hodie berwarna pink itu terlihat sangat menyebalkan. Walaupun jauh di dalam hati Momo, dia sedang mengakui betapa Suga sangat imut dan mengemaskan dengan hodie itu. Momo segera mengenyahkan pikiran laknatnya, karena jika tidak ia akan kembali jatuh ke dalam perangkap laki- laki pemberi harapan palsu yang memerangkapnya selama empat tahun itu. Sialan.
"Aku antar pulang." Suga menurut lalu menyalakan mesin mobilnya, menghiraukan raut kesal Momo. Sambil menyetir, sejak sadi Suga tidak pernah menolehkan wajahnya pada Momo. Seakan-akan suasana saat ini sama seperti biasanya mereka jalani. Dan hal itu berhasil membuat Momo jengkel.
"Jangan pura- pura kalau saat ini kita sedang baik- baik saja. Sekarang berhenti karena aku gak mau satu mobil sama kamu."
"Diem bisa gak sih?" Suga mulai mengomel.
"Gak bisa." Momo malah menantangnya. Kalau Suga bisa seenak jidat dengan kelakuannya, maka Momo pun bisa juga melakukannya.
Suga menepikan mobilnya. Mencopot safety beltnya lalu menghadap langsung ke arah Momo. Momo sampai memundurkan tubuhnya sampai menempel pintu mobil. Berjaga- jaga karena Suga sering melakukan hal yang tidak terduga yang membuat kondisi jantungnya harus bekerja ekstra.
"Mau apa?" Kata Momo sambil menghalangi tubuhnya dengan menyilangkan tangannya didepan dada saat Suga mulai mendekat.
Momo sampai menahan nafasnya, "Bukan waktunya untuk mencium kamu, jangan lupa nafas." Kata Suga saat safety belt Momo terlepas karena Suga tahu Momo tidak nyaman dengan savety belt yang melilit tubuhnya saat ini.
Momo memdesah panjang, tangannya mulai merapikan rambutnya yang sudah rapi karena dia bingung harus melakukan apa disaat Suga masih menatapnya lekat.
"Gak usah grogi. Biasa aja."
Momo memaki Suga di dalam hatinya. "Gak. Aku b aja tuh."
Suga lalu terkekeh kecil, "Hape kamu kemana?"
"Aku jual."
"Ya udah kita beli hape baru kalau gitu." Suga sudah akan kembali menyalakan mesin mobilnya namun Momo menahannya.
"Apasih kak Suga."
"Kak?" Suga baru menyadari Momo kembali memanggilnya dengan sebutan kakak. "Kamu manggil aku kak?" Suga merasa tidak terima.
"Iya. Dari dulu kan aku manggil kamu kak. Kamunya aja yang maksa suruh panggil pake nama aja."
Suga menahan rasa kesalnya, "Aku gak suka."
"Dan aku gak perduli." Sambut Momo tak kalah kesal.
"Jangan diulang."
"Terus kamu mau dipanggil apa? Dipanggil kak terlihat lebih sopan."
"Sayang." Wajah Suga lagsung memerah. Dia ingin sekali menarik kata- katanya namun ia tidak bisa melakukan hal itu karena Momo sudah mendengarnya.
Momo berdehem kecil, efek mendengar kata sayang masih menyelimuti hatinya, Momo mencoba untuk melupakan itu dan berfikir bahwa dia tidak pernah mendengarnya.
"Kenapa kamu tidak menjawab panggilanku?" Suga langsung mengalihkan pembicaraan.
"Gak minat."
Suga lalu merebut tas Momo dan mencari keberadaan ponsel wanita itu. Setelah mendapatkannya, Suga lalu menyimpannya disaku celananya. Momo yang melihat itupun tidak terima dan langsung mendekati Suga untuk kembali merampas ponselnya.
"Kembaliin gak?" Momo mulai kesal, tangan perempuan itu bergerak menuju saku celana Suga dan tidak menyadari bahwa saat ini dia sudah berada tepat di atas Suga yang sedang duduk manis menikmati keteledoran Momo.
Tanpa menunggu lebih lama lagi Suga langsung meraih pinggang Momo, menariknya kebawah hingga perempuan itu duduk tepat berada di pangkuannya. Momo memekik kecil, mencoba melepaskan kungkungan Suga, namun Suga terlalu erat merengkuh pinggangnya.
"Lepasin!" Momo memukul bahu Suga berkali- kali, "Aku teriak nih." Momo mengancam Suga yang langsung mengundang gelak tawa dari laki- laki itu.
"Aku lepasin setelah kamu jawab pertanyaanku, maksut chat kamu itu apa?"
Momo masih mencoba untuk lepas dari Suga, "Pikir aja sendiri." katanya sambil mengumpat kesal karena tidak bisa lepas dari laki- laki itu.
"Mo aku serius." Kata Suga datar dan tajam.
Momo menatap Suga, "Cowok yang sering ngebaperin anak orang, memberi harapan palsu selama empat tahun enaknya diapain? Dimasukkan ke dalam gilingan padi atau dibakar sekalian?"
"Aku gak ngebaperin kamu. Kamu aja yang sering baper."
"SUGA IH!" Momo kembali memukul bahu Suga.
"Mentang- mentang aku cinta mati sama kamu, terus kamu berbuat seenak jidat kamu. Emangnya aku terima kamu perlakukan seperti itu terus?"
"Aku juga cinta sama kamu." Kata Suga enteng.
"Aku tampol ya lama- lama." Momo menaham rasa kesalnya untuk tidak menampol wajah Suga sekarang juga.
"Kenapa sih kamu harus meributkan yang jelas- jelas sudah terlihat dimata kamu?" Suga menatap Momo dengan tatapan lembut.
"Selama empat tahun kamu mengeklaim bahwa aku milik kamu, tapi aku gak tahu jelas status kita apa kamu kira aku gak kepikiran? Kamu gak tahu kan betapa menyedihkannya aku disaat banyak perempuan yang mendekati kamu dan aku gak bisa berbuat apa- apa karena aku gak ada hak untuk melakukan itu." Momo menumpahkan apa yang sekarang ada di dalam pikirannya.
"Kamu siap?"
Momo mengerjab bingung, "Jangan mengalihkan pembicaraan."
"Jawab pertanyaan ku. Kamu siap?"
Tatapan dalam dan juga serius dari Suga membuat Momo terdiam di pangkuan laki- laki itu. "Aku adalah laki- laki yang dominan. Aku suka ngatur. Aku sangat posesif. Kamu senyum ke laki- laki lain pun aku gak rela. Apakah kamu siap menerima aku dengan segala kekurangan ku? Aku sangat menyeramkan Mo. Aku bisa bertindak nekat jika melihat kamu berada di samping laki- laki yang bukan aku."
Jantung Momo serasa berhenti saat itu juga, "Kalau kamu sudah siap dengan semua itu, selamanya kamu tidak akan pernah bisa kabur dariku. Kamu akan tetap menjadi milikku dan hanya untukku. Kalau kamu berani menghilang di dalam hidupku, aku akan terus mencari kamu dimanapun kamu berada. Meneror kamu setiap harinya."
Momo tidak tahu harus berkata apa dan dia masih membeku di dalam pangkuan Suga, "Aku mempunyai teori gila dalam hal kepemilikan Mo. Aku lebih suka melihat kamu dirumah, daripada harus bekerja. Aku lebih suka kamu tidak pergi dengan teman- teman kamu dan memilih menghabisakn waktu bersamaku. Aku lebih suka kamu tidak berdandan daripada kamu harus dipandangi oleh laki- laki lain. Dan masih banyak hal gila lagi yang mungkin akan kamu lihat saat kamu memutuskan untuk benar- benar menjadi milikku di dalam sebuah hubungan. Sekarang semua keputusan ada di tangan kamu."
Cukup lama Momo terdiam hingga perempuan itu berkata, "Apapun itu asalkan bersama mu Ga. Kamu tidak tahu betapa aku sangat menyayangi kamu dan bersabar untuk menunggu kamu selama empat tahun ini."
Suga menarik senyumnya, "Baiklah. Saatnya untuk menandai kamu." Kata Suga lalu kembali merapatkan tubuh Momo untuk lebih rapat menempel ke tubuhnya.
Mata sayu yang selalu membuatnya kelabakan itu menatapnya lembut, senyum di bibir perempun itu sangat manis mengundang Suga untuk segera mendaratkan bibirnya di sana.
Ciuman mereka tidak berubah. Sangat panas dan juga liar. Momo meleguh saat Suga dengan sengaja mengigit bibir bawahnya, hal yang membuat Suga semakin tidak terkendali.
Suga melepaskan ciumannya hanya untuk mengambil nafas panjang. Namun bukannya mereda, saat Suga juga tidak sengaja menghirup bau parfum dari curuk leher Momo karena laki- laki itu meletakkan kepalanya disana. Suga semakin tak terkendali hingga ia juga mendaratkan bibirnya disana, kemudian menghisapnya pelan.
"Mulai sekarang dan selamanya kamu hanya milik Suga Nuvalian." Kata Suga kembali hanyut dalam aktivitasnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments