Agustus 2015
Selama ini sudah banyak yang bilang kalau Suga itu adalah tipe laki- laki yang minim ekspresi. Suga tidak suka dengan keribetan dan juga hal- hal yang menurutnya tidak penting. Suga juga jarang mengungkapkan apa yang saat ini dia rasakan.
Perasaannya hanya dirinya lah yang tahu. Karena sedih ataupun bahagia ekspresi Suga akan tetap sama, datar dan juga terlihat bodo amat. Kecuali kalau lelaki itu sedang tersenyum atau tertawa, namun hal itu sangat mustahil untuk orang- orang lihat karena Suga jarang melakukannya.
Semenjak kejadian di taman waktu itu, Suga dan Momo menjadi sangat dekat. Mereka selalu bersama, menghabiskan waktu dengan kedekatan mereka. Momo tidak lagi seramah dahulu saat ia berpapasan dengan laki- laki lain. Terutama saat bersama dengan Suga. Perempuan itu sangat tahu betul cara menjaga perasaan Suga.
Suga adalah tipe laki- laki yang dominan. Semua perkataannya harus selalu didengarkan dan kadang juga dia selalu merasa dirinya terlalu egois. Suga juga tahu kalau Momo selalu menjaga perasaannya tanpa menyadari bahwa perempuan itu terpaksa saat melakukannya karena hanya ingin terus berada di samping Suga. Terkadang Suga berfikir kalau sikapnya itu terlalu berlebihan kepada Momo.
Suga hanya tidak ingin Momo menjadi milik orang lain. Momo hanya miliknya dan untuknya. Suga pernah mengatakan hal itu kepada Momo, karena dia sangat tahu, dia adalah tipe orang yang sulit untuk mengungkapkan apa yang saat ini dia rasakan.
Memang tidak ada yang salah jika Suga mengatakan kalau dia sangat menyayangi Momo. Dia sudah jatuh cinta dengan perempuan itu. Namun saat Suga ingin mengatakannya dia tidak bisa. Ada sebuah ketakutan di dalam dirinya, karena yang ia tahu jika dia sudah mengatakan itu artinya Momo harus siap untuk menjadi milik Suga. Momo harus siap dijadikan satu- satunya perempuan yang kelak akan menemani Suga sampai mereka berdua menua bersama. Momo harus siap dengan segala sikap posesifnya. Suga sangat tahu betul, apa yang benar- benar menjadi miliknya, dia tidak akan pernah membaginya dengan orang lain.
Sepele itu, namun Suga tahu Momo belum siap untuk menerima semua itu. Momo masih terlihat ingin berjalan dengan teman- teman lelakinya, dia masih ingin tertawa bersama- sama dengan teman lelakinya. Hal yang jujur tidak Suga sukai. Selama ini Suga hanya meredamnya. Dia tidak ingin Momo melihat ketakutannya. Dia hanya bisa menunggu sampai perempuan itu siap menerima segala kekurangannya.
Dan siang ini ada yang berbeda dengan Momo. Momo tidak menjawab pesannya ataupun panggilannya. Saat berpapasan, perempuan itu memilih berbalik agar tidak bertemu dengan Suga.
"Lo lihat Momo gak?" Suga ingin tahu apa yang terjadi dengan Momo hingga membuat sikapnya berubah. Laki- laki itu mendatangi sahabat Momo yang bernama Sintia untuk menanyakan keberadaan Momo.
Sintia hanya menatap Suga dengan tatapan datar. Jenis tatapan yang tidak ramah, "Mending gak usah nyari Momo lagi deh kak." jawabnya dengan nada malas.
"Kenapa?" Suga bertanya dengan ekspresi tidak kalah datar.
"Iya orang bego aja tahu, kalau lo cuma mainin perasaan dia." Kali ini Sintia berteriak marah saat mengatakan hal itu.
"Gue gak pernah main- main sama Momo."
"Wow." Sintia berdecak kagum, seperti meremehkan pengakuan Suga, "Sekarang gue tanya, lo sayang gak sama Momo?"
Pertanyaan yang sulit karena Suga tidak bisa untuk menjawabnya.
"Kenapa diem?" Sintia tertawa kecil, "udah tahu kan jawabannya kenapa Momo milih ninggalin lo?"
Ada sesuatu di dalam dirinya yang akan meledak saat ia mendengar itu. Momo meninggalkannya. Suga tidak ingin menjadi monster yang menakuti Momo. Suga hanya tidak ingin Momo melihat sisi dirinya yang lain, yang mungkin tidak bisa ia terima karena Suga benar- benar mencintai perempuan itu. Karena itu sampai saat ini Suga tidak bisa untuk mengungkapkan perasaannya kepada Momo.
"Momo hanya milik gue. Dia gak akan pernah pergi dari gue." Kata Suga lalu pergi meninggalkan Sintia dengan sumpah serapahnya yang ia lontarkan kepada Suga.
***
Sudah dua bulan ini Momo menghindari Suga, dan Suga juga tidak berniat untuk mencari penjelasan dari perempuan itu. Saat keduanya bertemu dan tidak bisa menghindar satu sama lain, Momo hanya bisa diam membeku di tempatnya sedangkan Suga seperti tidak melihatnya saat kedua orang itu berpapasan.
Jujur saja hal itu sangat membuat hatinya lelah. Suga lelah berpura- pura untuk tidak membutuhkan Momo. Padahal setiap harinya dia ingin sekali menemui Momo dan mengatakan betapa dia sangat merindukan perempuan itu.
"Ga lo lagi marahan sama Momo?"
Seperti biasa, Adrian sudah tahu apa yang terjadi dengan Momo dan Suga karena dua orang itu tidak lagi berjalan bersama.
"Jangan bahas dia." Kata Suga dengan nada lelah.
Adrian mencoba untuk membujuk Suga, "lo yakin mau ngelepasin Momo gitu aja?"
"Dia yang mau lepas dari gue." Adrian termenung saat mendapati fakta itu, "dia yang memilih pergi dari gue."
"tapi kenapa? lo udah jujur kan sama perasaan lo?"
Suga tertawa dengan nada datar, "Lo tahu apa tentang perasaan gue. Lo gak tahu apa- apa."
"Lo belum jujur sama dia? Lo udah lama deket sama dia tapi lo sama sekali belum jujur sama perasaan lo Ga?" Adrian menggeleng takjub, "Pantes aja dia ninggalin lo."
"Rasa sayang gue terlalu besar buat dia. Dan hal terbodoh yang terbesit di dalam benak gue adalah saat dia benar- benar mau menerima gue, dia tidak boleh mundur. Dia akan menjadi milik gue selamanya, dengan segala kekurangan gue. Suga lalu menatap Adrian yang menatapnya dengan raut tak terbaca, "gue memang semenyeramkan itu. Dan karena itulah selama ini gue gak mau membuka hati gue. Gue mencari perempuan yang bener- bener mau menerima kurangnya gue dan juga kegilaan gue tentang teori memiliki. Lo ngerti kan sekarang?"
Adrian hanya diam. Tidak menyangka bahwa Suga memiliki sebuah prinsip yang unik dalam hal percintaannya. Memang tidak ada yang salah mengenai hal itu. Pandangan laki- laki mengenai hal percintaan memang berbeda- beda. Dan Suga adalah salah satunya. Mencari seseorang yang bisa menerima hal itu memang sangat sulit. Oleh karenanya Adrian hanya bisa mengangguk menyetujui apa yang baru saja Suga katakan.
"Gue yakin Ga. Kalau dia benar- benar sayang sama lo, dia akan kembali ke lo. Lo hanya perlu menunggunya." Suga masih diam mendengarkan, "Tapi gue mohon, saat dia sudah kembali ke lo, lo harus juga harus jujur sama perasaan lo Ga. Lo gak boleh ngelepasin dia gitu aja."
Suga mendesah panjang sambil menatap langit sore yang mulai menghitam, "Gue ngerti." kata Suga.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments