Suga baru tahu bahwa sifat posesifnya itu benar- benar membuat dirinya lelah. Sangat lelah karena sejak tadi dia harus bisa menahan rasa cemburunya pada bocil yang tengah sibuk membantu Momo membuat kue kering di dapur. Bahkan Bagas tidak segan- segan untuk melakukan skin skip pada Momo yang langsung sukses membuat Suga berdehem kencang.
"EKHEMMMMMMM..."
"Keselek mangkok bang?" Ijal berseru keras dari arah dapur karena suara deheman Suga terdengar begitu nyaring.
"Gak." Kata Suga pendek lalu berpura- pura membaca koran, sesekali ia mengamati Bagas siapa tahu bocah genit itu mengoda pacarnya lagi.
Momo sedang mengaduk adonan kuenya, dibantu dengan Ijal. Bagas dan Irham sedang menyiapkan peralatan untuk memangang roti. "Bukan gitu kak ngaduknya. Harus searah." Ijal menjelaskan dengan nada sabar.
"Gimana sih?" Momo jadi bingung sendiri. Pasalnya saat membuat kue dia tidak pernah seteori ini. Yang penting kuenya jadi dan enak. Entah itu ngaduknya searah, zig- zag atau tak beraturan.
"Biar gue aja Jal yang bantuin kak Momo." Bagas menawarkan diri, dan Ijal menyetujuinya.
"Jadi kayak gini kak." Bagas mulai mempraktekkan dan Momo hanya mengangguk paham.
"Gini kan?" Momo melakukannya dengan sangat pelan.
"Iya tapi jangan pelan banget." Bagas lalu mengengam tangan Momo, "Kayak gini." Katanya lalu mengaduk sesuai ritme yang dia inginkan dengan tangan Momo yang berada di dalam gengamannya.
"BANGSATTT...."
Keempat orang yang sedang berada di dapur itu langsung menoleh ke arah meja makan dimana Suga berteriak kesal. Irham adalah orang pertama yang menghampirinya, "Kenapa bang?" tanyanya dengan raut bingung.
"Ah enggak, gue cuma lg kesel aja sama chat bang satria." Suga beralibi sambil meletakkan ponselnya . Suga lalu kembali membaca koran dengan suara keras, "AZAB BAGI ADIK YANG SUKA GENIT DENGAN PACAR KAKAKNYA, BURUNGNYA JADI NAGA TERBANG. WAH KAYAKNYA SERU NIH."
Di dalam dapur Ijal mulai menggosip dengan Irham, "Bang Suga kenapa sih? Kok jadi suka teriak- teriak kayak sapi mau di sembelih gitu?"
"Gara- gara Bagas tuh."
Bagas tidak terima, "Kok jadi gue sih Ham?"
"Jangan sampai kena azab Gas." Irham memperingatkan, Bagas lalu tersenyum jahil melihat kedua bocil di hadapannya. Ketiganya lalu bertos ria lalu segera menjalankan aksinya.
"Kak Momo tolong dong usapin keringat aku pake tisu." Ijal menyodorkan kepalanya untuk mendekat ke arah Momo, suaranya diimut- imutkan. Momo yang saat itu sudah selesai mengaduk adonan kue pun membantu Ijal untuk mengelap keringat yang ada di dahi laki- laki itu.
"Nih udah ya." Kata Momo sambil tertawa.
"Kak Momo aku juga dong." Bagas meraih tisu kemudian ia berikan kepada Momo, Momo yang saat itu bingung karena tingkah kedua bocah itu hanya bisa tertawa lucu, "kalian kenapa sih kompak banget gini?" tanyanya sambil mengelap dahi Bagas.
"Aduh- aduh." Irham meringis kesakitan sambil mengibaskan jemarinya, membuat Momo sontak mendekatinya, "Kenapa?" kata Momo dengan raut khawatir.
"Kena pangangan kak. Perih banget." Kata Irham dengan nada manja.
"Coba sini." Lalu dengan tulusnya Momo meniup- niup jari Irham yang berwarna merah, "Nanti di olesi krim ya, biar gak bengkak." Irham mengangguk patuh, tersenyum lebar kepada dua bocil lainnya.
"SAYANGGGGGGG!!!"
"Suara gledek atau apa tuh?" Ijal yang pertama kali tersadar akan suara aneh Suga.
Momo yang merasa terpanggil pun menyahut, "Iya apa? aku masih bantuin bikin kue." Ucap Momo lalu kembali meniup-niup jemari Irham. Enak juga di tuip- tiup sama cewek cantik.
"SINI GAK!" Seperti sebuah perintah yang tak terbantahkan, Momo pun menghampiri Suga.
"Kenapa sih?" Momo berdiri tepat didepan Suga duduk.
"Gak papa." Kata Suga lalu menarik punggung Momo untuk mendekat kemudian memeluk perempuan itu dengan sangat erat. Seperti ingin mengurung Momo agar tidak ada yang bisa menyentuhnya selain dirinya.
Momo tertawa sambil memainkan rambut Suga, "Kamu tuh ya, kue nya belum jadi."
"Kita beli di luar aja." Suga memohon dengan manja.
"Loh kenapa?"
"Di dapur banyak setannya."
Momo lalu tertawa, matanya menyipit dan dia tampak cantik sekali. Suga sungguh tidak bisa membaginya dengan orang lain sekalipun itu para bocil, "iya- iya." Kata Momo mencoba memahami apa yang saat ini di rasakan oleh Suga.
"Maaf ya."
Momo lalu menatap wajah Suga, "Kenapa minta maaf?"
Suga hanya menatapnya datar kemudian kembali hanyut ke dalam pelukan Momo, "Maaf kalau sikapku bikin kamu gak nyaman."
"Aku suka kamu karena itu adalah kamu Ga. Entah itu dengan sikap kamu yang menyebalkan atau sikap manis kamu. Aku akan tetap menyukai kamu karena aku tidak mempunyai pilihan. Karena hatiku sudah memilih kamu."
Di dapur para bocil hanya bisa mengigit jarinya masing- masing karena mendengar ucapan Momo. Mereka ikut terbawa perasaan mendengar ucapan tulus Momo. Rasanya ingin sekali memeluk Momo seperti yang saat ini Suga lakukan. Terlebih lagi Bagas, sambil mengigit bibirnya karena ingin berteriak dia berkata. "Jadi pengen satu yang kayak kak Momo. Ada gak sih?"
****
Siang itu terasa sangat cerah. Cuacanya terang benderang dengan pemandangan awan yang bergulung-gulung di langit biru. Suga sampai merapikan posisi topinya yang miring karena hampir terjatuh terbawa angin. Tangannya juga terulur untuk membenahi topi hoodie Momo agar pacarnya itu tidak terkena teriknya mentari siang hari.
Momo menatapnya dengan senyum manis, jenis senyum yang membuat Suga ingin menyerang Momo dengan ciuman panjangnya. "Sini biar aku aja yang bawa." Kata Suga sambil merembut satu kantong plastik besar yang berisi berbagai macam ikan.
"Mereka pasti datang kan Ga?" Kata Momo dengan raut khawatir. Mereka sedang menunggu anak- anak jalanan yang mereka temui kemarin. Suga ingin membagikan ikan- ikan nya kepada anak- anak itu secara gratis.
"Kamu tenang aja. Mereka pasti bakal datang." Kata Suga lalu mengajak Momo untuk mencari tempat teduh tepat di bawah pohon besar yang ada di dekat taman kota.
Tidak lama, ada sebuah teriakan memanggil naman Suga, "Kak Sugaaaaaaa...." Suga dan Momo sontak menoleh bersamaan ke arah suara itu, dan dapat mereka lihat anak- anak jalanan yang kemarin mereka temui berbondong- bondong mendatanginya dengan senyum cerah.
Melihat itu Suga pun ikut tersenyum. Senyum yang jarang sekali ia perlihatkan di depan umum. Momo bersyukur sekali hari ini dia dapat melihat senyum itu, jenis senyum yang selalu membuatnya berkali- kali jatuh cinta kepada Suga. Dengan gerakan tangannya Suga pun menyuruh anak- anak itu untuk mendekat.
"Wah ikannya banyak sekali." Kata salah satu dari mereka. Matanya berbinar menatap ikan itu dengan sorot bahagia.
"Jangan berebut ya, kak Suga akan membagikannya sendiri biar adil." Suga lalu menatap anak- anak di hadapannya, "Gimana, oke?" Tanya Suga.
Anak- anak itu menjawab dengan serempak, "Oke bosssss."
"Kak Suga kalau ikannya di goreng boleh tidak?" Sahut salah satu anak dengan rambut kribo.
"Heh kribo awas ya kalau sampai di goreng. Ini ikan hias bukan ikan goreng." Jawab Suga dengan nada judes.
Momo langsung menjewer telinga Suga, "Ga.. gak boleh ya ngomong judes- judes lagi."
Suga mengaduh, "Awhhhh sakittt Mo..." dan anak- anak itu pun langsung menertawakan Suga, "jangan ketawa ya, nanti ikannya gak bakal kak Suga kasih kalau ketawa."
Namun anak- anak itu tetap menertawakan Suga. Ada kebahagiaan tersendiri di hati Suga walaupun ia harus di jewer oleh Momo. Melihat anak- anak itu tertawa bersama Momo merupakan momen terindah didalam hidup Suga. Suga jadi membayangkan bagaimana jika kelak ia dan Momo tertawa bersama dengan anak- anak mereka. Ah Suga jadi tidak sabar untuk menunggu momen itu.
Jika Suga bisa mengulang waktu, ia sangat ingin sekali jatuh cinta terlebih dahulu kepada Momo. Ia sangat ingin sekali memperjuangkan perempuan itu. Apapun akan ia lakukan untuk membuat Momo bahagia dan terus berada di sampingnya. Namun walaupun begitu, Suga tetap bersyukur karena Momo benar- benar tulus menyayanginya sekalipun dahulu Suga tidak mengenalnya. Momo tetap mau memperjuangkannya sampai akhir, sampai Suga menyadari perasaannya untuk perempuan itu. Suga berjanji, ia tidak akan pernah lagi untuk melepaskan Momo. Ia akan menebus semua perjuangan yang selama ini Momo lakukan untuknya.
Sekali lagi Suga melihat Momo. Pacarnya itu sedang tertawa bersama dengan anak- anak jalanan. Senyumnya sangat indah, dan Suga kembali jatuh cinta saat melihat itu. Suga lalu menarik tangan Momo hingga tubuh perempuan itu menabrak tubuhnya. Setelah itu Suga menunduk, mensejajarkan bibirnya tepat di dekat telinga Momo sambil berbicara dengan nada rendah, "I love you Monika Azalia.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments