Desember 2014, Kantin Sekolah
Mungkin hari ini Suga sedang beruntung karena kantin sekolah belum tutup. Masih ada beberapa siswa yang sedang makan di kantin sambil menunggu hujan reda. Ada juga yang sekedar mengobrol dengan temannya, entah itu membahas apa Suga terlihat bodo amat karena laki- laki itu langsung memilih duduk di meja paling ujung.
"Mas Suga belum pulang?" Mbok Sum penjual kantin mendatanginya dengan senyum ramah.
"Masih hujan mbok. Suga pesan seperti biasa ya?"
"Teh hangat, gulanya sedikit, pake sedotan kan?" Mbok Sum sangat hafal sekali dengan minuman favorit Suga.
Suga tertawa, lalu mengangguk, "Iya mbok. Terimakasih ya."
Sambil menunggu pesanan tehnya datang Suga melihat- lihat ponselnya. Ada beberapa pesan chat yang mampir di ponselnya namun ia sama sekali tidak berniat untuk membalasnya. Khususnya pesan chat dari si burik.
Ngomong- ngomong adik kelasnya itu sangat menganggu sekali. Dimanapun Suga berada pasti ada perempuan itu. Dan yang paling parahnya dia tahu apa yang saat ini Suga butuhkan dan juga alami.
Seperti contohnya tadi, saat perempuan itu menitipkan hansaplas pada Adrian. Suga memang membutuhkan hansaplas itu karena dahinya saat ini berdarah dan bahkan darahnya hampir mengering. Namun nyerinya sama sekali belum berkurang. Suga hanya menutupinya dengan bandananya agar tidak kelihatan kalau dia tadi berkelahi sampai terluka dan mengeluarkan darah.
Suga menyentuh dahinya, rasa nyeri itu semakin nyata hingga membuat kepalanya terasa pusing.
"Mas Suga kenapa? Sakit?" Mbok Sum datang dengan membawa teh hangat pesanannya. Wajahnya tampak khawatir karena sempat melihat Suga meringis menahan sakit.
"Ah engga cuma nyeri aja mbok kalau hujan- hujan gini." Bohong Suga
"Ya udah ini tehnya di minum dulu." Kata Mbok Sum sambil menyodorkan teh hangat.
"Terimakasih Mbok. Oh iya Mbok Sum punya payung gak?"
Mbok Sum menjawab, "Mbok Sum hanya punya satu payung." Lalu perempuan setengah baya itu mengingat- ingat, "Tadi ada yang menitipkan payung ke simbok. Tapi sampai sekarang belum ke sini. Mungkin dia udah pulang. Soalnya udah dari empat jam yang lalu. Mas Suga pake payung itu dulu gak papa."
"Beneran Mbok? Nanti kalau yang punya nyari gimana?"
Mbok Sum langsung mengibaskan tangannya sambil berkata, "Gak bakalan mas. Dia tadi dateng sama temennya soalnya. Temennya juga bawa payung tadi."
"Oh ya sudah kalau begitu Suga pinjam ya mbok."
Mbok Sum hanya mengangguk sambil tersenyum.
Tidak lama dia mengambil payung itu dan menyerahkannya kepada Suga, "Ini payungnya."
Suga hampir mengumpat namun tidak jadi, "Harus hello kity banget ya mbok gambarnya?" Kata Suga sambil menatap jijik payung bercorak hello kity itu.
Mbok Sum tertawa, "Gak papa, dari pada nanti kamu sakit kan?"
Akhirnya Suga menerima payung itu dengan pasrah. Mungkin benar perkataan Mbok Sum. Daripada nanti dia sakit, karena seperti yang Adrian bilang, Suga sangat tidak tahan jika ia terkena flu. Hidungnya seperti tidak bisa bernafas dan Suga harus membuka mulutnya saat hidungnya benar- benar mampet.
Sangat terlihat tidak macho.
Setelah menghabiskan satu gelas teh hangatnya Suga berpamitan kepada Mbok Sum dan kembali mengucapkan terimakasih karena sudah meminjaminya payung. Walaupun Suga tahu payung itu bukan punya Mbok Sum nanum ia harus tetap mengucapkan terimakasih. Hari sudah hampir gelap saat Suga berjalan keluar sekolahan menuju toko AZALIA dimana mobilnya terparkir.
Dapat Suga lihat dari tempatnya berdiri, banyak sekali orang- orang yang sedang meneduh di toko itu. Suga lalu menyebrang jalan dan menuju toko itu. Setelah sampai di parkiran toko, Suga segera melipat payungnya dan bersiap untuk masuk ke dalam mobil namun niatan itu ia urungkan karena melihat si burik yang baru datang dengan pakaian basah kuyup.
Perempuan itu sudah tidak lagi mengepang rambut panjangnya menjadi dua. Rambutnya tergerai begitu saja dan basah. Tetesan air yang berasal dari poninya sampai membasahi kedua pipinya. Dia juga tidak lagi menggunakan kacamatanya. Dan dapat Suga lihat adik kelasnya itu mempunyai mata yang indah karena ia langsung menatap kedua mata Suga.
Deg Deg Deg Deg.
Tatapannya sangat teduh dan Suga sampai terdiam di tempatnya. Tidak ada senyum sama sekali namun entah kenapa dia sangat terlihat berbeda di mata Suga. Mungkin Suga hanya tidak pernah melihat dia dengan penampilan seperti itu hingga terpikir di dalam benaknya adik kelasnya itu sangat terlihat cantik.
Cantik sekali. Apalagi kedua matanya.
Suga hampir meneriaki namanya saat adik kelasnya itu memutuskan pandangannya dari Suga.
"Ya ampun Momo? Kenapa basah-basahan begini payung kamu kemana? Nanti ibu sama bapak bisa marah ke mbak Arum."
Momo? Jadi dia dipanggil Momo? Kok lucu ya.
"Ketinggalan di kantin mbak." Jawab si burik eh maksutnya Momo.
"Mbak kan sudah pernah bilang kamu itu pelupa, seharusnya tadi mbak antar saja kamu. Lagian kamu ngambil apa sih sampai- sampai di relain hujan-hujanan begini?" Perempuan dengan baju seragam toko bertuliskan Arum itu masih memarahi Momo dan Suga dapat mendengarnya dengan jelas karena tepat berada di sampingnya.
Momo seperti tidak mendengarkan celotehan Arum dan memilih untuk memandangi Suga.
Deg Deg Deg Deg
Tatapan sayu dari perempuan itu tiba- tiba mengusik ketenangannya. Suga tahu seharusnya dia memutuskan pandangan itu namun entah kenapa matanya seakan terhipnotis untuk terus melihat Momo.
"Mo kamu dengerin mbak gak sih?" Arum bertanya karena sejak tadi Momo terlihat tidak mendengarkannya dan malah sibuk memandangi seorang laki- laki dengan seragam yang sama dengan yang saat ini dikenakan oleh Momo. Mata Arum menyipit saat ia tahu laki- laki itu membawa payung yang tampak familier di matanya. Payung bergambar hello kity berwarna pink pemberiannya untuk Momo saat anak dari bosnya itu ulang tahun. Arum sangat tahu betul karena payung itu tidak dijual dimana- mana, karena ia memesannya kusus dengan gambar dan corak yang di sukai oleh Momo.
"Itu kan payung kamu? Kenapa bisa sama dia?" Suara Arum sangat keras hingga Momo dan Suga memutuskan pandangan mereka.
"Mo itu payung kamu kan?" Tanya Arum lagi.
Dengan cepat Momo menggeleng lalu menyeret Arum masuk ke dalam toko. Arum masih tampak menunjuk- nunjuk payung yang di bawa Suga sampai kedua perempuan itu menghilang di balik pintu kaca toko.
Suga menatap payung yang masih ia pegang. Dan baru menyadari ada sebuah tulisan kecil di bagian dalam payung itu. Monika Azalia.
Udara dingin yang sejak tadi ia rasakan tiba- tiba menghilang di gantikan oleh rasa hangat, sehangat pelukan ibunya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup Suga, laki- laki itu akan menyimpan payung milik orang lain dan berniat tidak akan pernah mengembalikannya. Untuk pertama kalinya juga ia tidak akan membuang payung itu ke tong sampah. Dan untuk pertama kalinya juga secara tidak langsung ia tidak menolak pemberian dari adik kelasnya yang bernama Momo.
Suga sudah berada di dalam mobil dan menyimpan payung Momo di samping kursinya. Senyumnya mengembang dan entah kenapa dia merasa sangat bahagia. Saat Suga akan keluar dari toko itu, seseorang mengetuk kaca mobilnya.
Suga menurunkan kaca mobilnya dan menemukan Momo masih dengan penampilan yang sama. Jika di lihat dari jarak sedekat ini Momo terlihat berkali- laki lipat lebih cantik. Apalagi mata teduh itu terlihat begitu jelas di penglihatannya.
Dengan gerakan pelan Suga menarik payung berwarna pink itu lalu menjatuhkannya ke bawah agar Momo tidak dapat melihatnya. Matanya memang masih menatap Momo namun tangannya bergerak cepat saat menyembunyikan payung pink itu. Jujur saja Suga agak grogi saat melakukan itu. Seakan tidak rela jika payung itu di ambil oleh sang pemilik.
Suga kira Momo akan mengambil payungnya. Namun perkiraan itu salah besar saat ia tahu Momo hanya memberikannya obat pereda rasa nyeri dan juga sebuah hansaplas lecek yang sangat ia kenali karena tadi ia membuangnya di tong sampah. Momo tidak mengatakan apapun. Dia hanya meraih tangan Suga lalu meletakkan kedua barang itu di tangan Suga. Setelahnya perempuan itu masuk kembali ke dalam toko.
Suga termenung. Kali ini cukup lama. Laki- laki itu menyentuh dadanya yang tiba- tiba terasa nyeri karena berdetak terlalu cepat.
"Astaga kenapa sih gue?" Kata Suga sambil memandangi obat pereda nyeri dan juga hansaplas lecek pemberian Momo.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments