Tamu tak di undang

Sudah seminggu sejak pertemuannya dengan Vina dan Elsa, Nadia tidak menyinggung ataupun menanyakan apapun tentang mereka pada Gibran. Ia hanya tidak berani, takut kalau kehadirannya dalam hidup Gibran hanyalah menyulitkan laki-laki itu. Nadia cukup tau diri, sejak kehilangan kedua orangtuanya Gibranlah yang mengambil alih tugas mereka. Saat Nadia pengambilan rapor, Gibran yang hadir sebagai walinya kalaupun ternyata Gibran sedang mengemban tugas di luar daerah, ia akan memastikan Nadia tak sendiri dihari pengambilan rapor setidaknya ada seseorang yang ia kirim untuk menemani gadis itu. Begitupun saat Nadia terlibat masalah, Gibranlah yang selalu mengurusnya. Bahkan saat puber pertama Nadia, Gibranlah orang yang memberinya pelajaran tentang sex yang seharusnya diberikan oleh seorang Ibu kepada setiap anak perempuan mereka. Olehnya itu, meskipun ia membenci sikap otoritas laki-laki arogan itu dalam hidupnya, ia menghormati Gibran sebagaimana ia menghormati kedua orangtuanya. Dan kehadiran Elsa di depan rumah hijau itu membuatnya kembali memikirkan hubungan diantara Gibran dan Elsa.

"Tante Elsa." Ujar Nadia lirih. Ia berdiri di depan pintu dengan semangkuk es buah yang dibelikan Gibran siang tadi.

"Assalamualaikum, Nad." Sapa Elsa tersenyum ramah lalu pandangan perempuan anggun itu menyorot pada penampilan gadis remaja di depannya. Nadia yang menyadari hal itu menunduk melihat penampilannya sendiri, Celana pendek diatas lutut dan baju kaos kebesaran milik Gibran. Rambutnya di capol asal dengan jepitan kecil, tidak ada yang salah. Nadia mengibaskan rambutnya dengan sengaja untuk menyadarkan keterpakuan Elsa. Tidak sopan. Batinnya.

"Waalaikumsalam. Masuk, Tan." Nadia membuka pintu rumah lebar-lebar mengurai rasa tidak suka yang menyerang. Ia mengintip kearah lapangan berharap bisa melihat Gibran dan laki-laki itu bisa menyadari kehadiran Elsa namun sepertinya ia harus menghadapi ini sendirian.

"Silahkan duduk, Tan. Tante mau ketemu Om Gi?" Tanyanya setelah Elsa duduk di salah satu kursi kayu di ruang tamu sederhana itu. Ia merapatkan kakinya, berusaha menyembunyikan pahanya yang terekspos dengan baju yang dipakainya.

Elsa tersenyum tipis tak bisa menyembunyikan perasaan aneh yang mengusik hatinya, "Saya ganggu ya?" katanya tak enak.

Nadia menggeleng cepat, "Enggak, Tan. Gak ganggu sama sekali. Tadi Nad lagi nonton aja." Jelas Nadia tak ingin membuat tamu suaminya itu merasa tak enak. "Tapi Om Gi nya nggak ada, Tan. Kelapangan tadi."

"Sama Nad juga gak apa-apa kok. Saya cuma menyampaikan undangan Mama. Ngajak Bang Gibran sama Nad untuk makan malam di rumah. Kebetulan papa ulang tahun." Ujar Elsa.

"Ooh... Kapan Tan? Nanti Nad kasi tau Om kalau udah balik."

"Malam ini. Diusahain ya. Papa mama udah kangen bangat sama Bang Gibran."

Oh, kangen bangat ya? Nadia tersenyum masam. Seperti apa hubungan Om Gibran dan keluarga Elsa semakin membuatnya bertanya-tanya.

"Nanti Nad sampaikan, Tan." Jawabnya tak bisa memberi kepastian. Karena kalau dirinya, sudah tentu ia tidak akan menghadiri acara dinner yang pasti membosankan itu. Berpesta dengan para orang dewasa yang kaku? Oh ayolah, Nad lebih memilih terjebak bersama patrick si bintang laut yang bodoh itu di ladang ubur-ubur.

"Khm, Nad masih sekolah atau udah kuliah?" Elsa mengganti topik saat keduanya hanya terdiam beberapa saat.

"Nad masih sekolah, Tan. Baru masuk kelas dua belas." Jawab Nadia santai. Ia membuka box pizza di depannya yang tadi baru saja di pesannya. "Makan, Tan." lanjutnya menawari.

Elsa mengangguk namun tak mengambil pizza di depannya. Beda dengan Nadia yang pemakan segala, Elsa adalah perempuan yang hidup dengan standar kesehatan sesuai dengan standar yang di tetapkan WHO. Tidak ada junk food dan kawan-kawanya. Sedangkan motto makan Nadia adalah, No Junk food, No life. Dua wanita muda dengan gaya hidup yang sangat bertolak belakang namun terlibat dengan orang yang sama.

"Sekolah gak apa-apa dengan status Nad?"

"Maksud tante?" Nadia menghentikan kegiatannya mengunyah, menatap Elsa dengan wajah datar yang terlihat salah tingkah di kursinya.

"Eeh sorry, jangan salah paham-- Maksud saya, Nad masih sekolah dan sudah menjadi istri. Sekolah tidak mempermasalahkannya?" Terang Elsa memperjelas maksudnya.

"Ooh itu. Entahlah, Nad juga tidak tau. Semua urasan nikah, Om Gibran yang urus. Izin sekolahku juga." katanya lalu kembali mengunyah pizza toping jagung kesukaannya.

Elsa mengangguk samar.

"Enak, Tan. Coba aja." Tawarnya sekali lagi. Namun seperti biasa, perempuan anggun itu hanya menjawab dengan anggukan samar. Lama-lama Nadia jadi kesal juga. Apalagi tatapan Elsa pada dirinya Yang seolah melihat tarzan masuk kota. Astaga, hei, dirinya bahkan lebih anggun dari seorang Raisa hanya saja ia lagi khilaf sekarang, melupakan jati dirinya sebagai wanita elegan.

"Itu kenapa disisain? Mubazir loh."

Nadia menyicip saus yang ada di jarinya "Buat Om Gibran. Kasian udah dibayarin tadi."

"Bang Gibran tidak makan jung food, Nad. Dia suka tumis kangkung dan ikan asin yang di saus pedas." Kata Elsa dengan wajah berseri. Seolah sedang membicarakan kekasihnya dimana ia yang paling tahu kesukaan sang kekasih.

Nadia bertambah kesal. Tapi tak menunjukkannya secara terang-terangan. Ia punya cara lain untuk membalas ucapan perempuan di depannya ini. Kenapa makin kesini si Elsa versi solihah ini jadi mengesalkan ya?! Sok tahu.

"Om Gi suka kok, Tan. Liat saja sebentar. Bakal di lahap habis pizza nya." Kata Nadia percaya diri walaupun dalam hati ia juga pesimis dengan pernyataannya pasalnya Gibran juga penganut hidup sehat garis keras. Kali ini semoga saja Gibran tidak menyebalkan karena demi kera sakti yang mengobrak abrik istana dewa langit, Ia tidak mau Elsa merasa paling tau tentang Gibran.

"Assalamualaik--um, Oh ad dokter Elsa." Gibran muncul di depan pintu dengan badan berpeluh. Laki-laki itu memakai celana olahraga panjang dan baju kaos pas badan berwarna hijau khas tentara.

"Waalaikumsalam bang Gibran." Elsa berdiri menjawab dengan senyum malu-malu. Nadia yang melihatnya hanya memutar bola mata malas. Drama picisan mode on.

"Duduk, El. Tumben main kesini, ada apa?" Gibran duduk di salah satu kursi kosong di samping kiri Nadia yang terdiam menyaksikan dua orang dewasa yang terlihat sedang memainkan drama rindu-rinduan di depannya.

Elsa duduk kembali, "Oh enggak. Cuma menyampaikan undangan makan malam dari Mama. Papa ulang tahun." Ucapnya dengan senyum lembutnya yang sedetik berikutnya mendadak pias melihat pemandangan di depannya, Gibran yang sedang membersihkan saus di bibir Nadia tanpa sungkan.

"Oh itu. Insya Allah kami usahakan datang. Undangannya juga sudah nyebar di grup." Ujar Gibran yang kini sibuk menarik leher baju yang dipakai Nadia untuk menutupi leher dan bahu gadis itu yang menampakan tali hitam yang kontras dengan kulit putihnya. "Nad, tamunya diambilin minum gih."

"Eh, nggak usah, Bang. Jangan repot-repot Nad, saya juga sudah mau pamit."

"Gak repot kok, tan, air putih doang ini." Kata Nadia segera beranjak dari kursinya berlalu ke dapur.

"Maaf sudah lancang ke rumah abang tanpa bilang-bilang." Elsa berujar dengan wajah tertunduk setelah memastikan Nadia sudah tidak ada.

"Tidak apa-apa, Elsa. Maaf belum mengenalkan Nadia secara resmi."

Elsa mengangguk samar, wajah lembutnya tampak muram "Kenapa harus Nadia, bang? Apa kurangnya El?!" Tanyanya dengan suara lirih menahan getar. Kedua tangan gadis berhijab mocca itu saling bertaut diatas pangkuannya. "Dia bahkan masih sekolah." Lanjutnya mengangkat wajah, berusaha tegar menatap pria yang sudah berhasil membuatnya jatuh cinta dan patah sekaligus.

"Tidak ada yang kurang dari kamu, El. Hanya saja sejak awal memang hanya ada Nadia untuk saya."

"Apa karena wasiat itu?"

Gibran terdiam. Ia hanya mengulas senyum tipis yang membuat Elsa menitikan airmatanya.

"Sorry." Katanya sembari cepat mengusap sudut matanya yang mengembun.

"Tidak ada yang salah. Ini pilihan saya." Ujar Gibran sembari menghapus peluh di pelipisnya.

"Minuman dataaaaaang." Nadia muncul dengan memegang nampan di tangannya. Dua gelas air putih dan potongan buah. Untuk orang-orang sehat. Batinnya dongkol.

"Makasih Nad." Ucap Elsa, mengambil satu gelas putih berisi penuh yang dibawa Nadia.

"Sama-sama, Tan. Nad cuma bantuan nuang kok." Balas Nadia. Ia lalu menyerahkan gelas satunya pada Gibran.

"Minum Om. Haus bangat kan." Katanya dengan cengiran lebarnya.

"Itu pizza nya kapan di beli? Katanya tadi mau beli salad kok jadi pizza?"

Nadia manyun. Ia melirik Elsa dengan sudut matanya yang terlihat tersenyum tipis jenis senyum mengejek yang menyebalkan.

"Sesekali, Om. Enak. Cobain deh. Nad sisakan sepotong buat Om." Dengan sisa harga dirinya, Nadia menyodorkan potongan pizza itu di dekat mulut Gibran. "Aaaaa"

Gibran menepis tangan Nadia "Om kan udah bilang Junk food gak sehat." Tegurnya mengambil pizza di tangan Nadia dan menyimpannya kembali dalam box nya.

"Ish, Om mah. Enak jugaaa." Sungut Nadia melipat kedua tangannya di dada.

"Cobain aja, bang. Kasin Nad, udah sisain satu untuk Abang." Ucap Elsa dengan nada lembut namun bagi Nadia terdengar seperti sedang mengajak ribut. Belum lagi senyum tipis yang menyebalkan itu. Nadia jadi kesal sendiri. Sepertinya Elsa bukan tipe perempuan di sinetron azab yang pasrah saja melepaskan orang yang disukainya untul menikah dengan orang lain. Nadia benci senyum lembut perempuan berwajah teduh itu.

"Tidak ada pizza sekarang dan seterusnya." Ujar Gibran sembari menumpuk Box pizza dengan kertas-kertas bekas yang siap dibuangnya dibawah meja. Diam-diam Elsa tersenyum puas. Sementara Nadia menatap Gibran nyalang.

"Ooooom!!!" Pekiknya. Ia memukul bahu Gibran dengan kesal lalu berlari kedalam.

Gibran menarik nafas pelan saat mendengar bantingan pintu kamar yang cukup keras.

"Nad tidak apa-apa, bang?" Tanya Elsa yang cukup terkejut dengan aksi bar-bar Nadia.

Gibran mengedikkan bahu "Udah biasa." Ujarnya santai. Ia menghabiskan minumannya hingga tandas. Ia melirik box pizza yang baru saja menjadi sampah.Ia mendongak dan memandang pintu kamar dengan gamang.

"Maaf."

"Oh? Ah, bukan salah kamu." Ucap Gibran. "Tadi kesini sama siapa?"

"Diantar sopir mama."

Gibran mengangguk.

Kedunya terdiam. Tak ada yang berusaha membuka pembicaraan. Gibranpun sepertinya tak ingin lagi menambah topik.

"Kalau gitu Elsa pulang ya, bang. Salam sama Nad."

Gibran berdiri menyusul Elsa "Oh, ok. hati-hati."

Elsa mengangguk. Di depan pintu ia menoleh pada Gibran yang mengikut di belakangnya.

"Usahain datang ya, Bang." Katanya dengan semburat merah jambu di pipinya.

Gibran mengangguk "Insya Allah." balasnya.

"Elsa pamit. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Gibran berdiri di depan pintu hingga Elsa hilang dari pandangannya. Ia masuk ke dalam rumah dan saat menutup pintu, ia cukup terhenyak merasakan benda keras mengenai punggungnya. Sepatu larasnya sebelah kiri teronggok di dekat kakinya.

"Om Jahaaat!!!"

---

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Wkwkwkwk Keliatan banget Modusnya...

2024-09-20

0

Naura Sabrina

Naura Sabrina

woah...sainganmu nad no kaleng2🙄🙄

2023-03-06

1

StAr 1086

StAr 1086

tampilannya aja solikha, lemah lembut tapi .....

2022-11-27

1

lihat semua
Episodes
1 Gadis nakalnya Om
2 Rumah hijau
3 Tante-tante cantik
4 Tamu tak di undang
5 Drama Makan malam
6 Drama Nadia
7 Pembuat Onar
8 Kabur dari Penjara
9 Semi militer
10 Om-om Tentara
11 Istri-Istri Tentara
12 Main ke Pantai
13 Penjaga Gadis Nakal
14 Ketika Om Tidak Ada
15 Di Ospek Lagi
16 Peliharaan Om-Om
17 Pelajaran dari Om
18 Pelajaran lainnya
19 Dapat Kunjungan
20 Kunjungan Lain
21 Malam mingguan
22 Bocor
23 Yang bersayap
24 Menu Makan Malam
25 Lebih dari 3000
26 Marahnya Gibran
27 Buatan sendiri
28 Milik Nadia
29 Dirgahayu Om Gi
30 Pewaris Gaudia Group
31 Alat Negara
32 Hari H
33 Obatnya Om Gibran
34 Jika harus pisah
35 Istri Sah Gibran Al Fateh
36 Habis manis lalu pergi
37 Menunggu Om Gi kembali
38 Kehidupan Istri Prajurit
39 Terima kasih sudah berjuang.
40 Bunga hidup untuk Om Gi
41 Anak SMA VS Om Tentara
42 Asal Om Gibran Bahagia
43 Tante-tante tutup panci
44 Calon Papa mama yang baik
45 Tugas Negara diatas Keluarga
46 Airmata Seorang Persit
47 Musuh bersama
48 Cemburunya Nadia
49 Nadia dan Om Gibran
50 Mencari Nadia
51 Usaha mendapatkan Maaf
52 Para Lelaki
53 Istrinya Gibran
54 Susu pisang spesial ala Nadia
55 Jalan sama Om-Om
56 Antara Sayang dan cinta
57 Wanitanya Om Gibran
58 Ujian bersama
59 Senjata makan Tuan
60 Salah siapa?
61 Ada apa dengan Om Gi?
62 Ngidam.
63 Satu garis samar lainnya
64 Ngidam Bucin
65 Hati yang Om Gi sakiti
66 Barisan Para Fans
67 Barisan para Fans 2
68 Butuh Piknik
69 Ada hati yang harus dijaga
70 Masih Anak Sekolah
71 Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72 Janji yang diingkari
73 Sumpah seorang Prajurit
74 Tentang Dokter Elsa
75 Hari-hari Terakhir
76 Tak Kenal Maka Tak sayang
77 Rumahku adalah istanaku
78 Matahari terbit di sayap Garuda
79 Menyesuaikan Diri
80 Hari Pertama di tempat Baru
81 Orang-orang Baik
82 Berburu peradaban
83 Istri yang baik
84 Tetangga Rese
85 Milikku
86 Diabaikan
87 Kepergian Nadia
88 Jarak dan Waktu
89 Kata Tanpa Rasa
90 Berita Kelulusan
91 Satu-satunya
92 Jangan Pergi
93 Obrolan serius
94 Anak hasil didikan Gibran
95 Memaafkan dan Menghargai
96 Om-om Serba Bisa
97 Badai Tak Terduga
98 Penyejuk Hati
99 Senandung Cinta Nadia
100 Om Gibran yang Baik
101 Jaga dia untukku
102 Aku pasti kembali
103 Manis Manja
104 Suami sayang Istri
105 Lidah Tetangga
106 Kata Dokter
107 Definisi Cinta
108 Para Pemburu
109 Ulat Sagu
110 Hak milik Gibran
111 Nadia Bakpau
112 Pasangan Serasi???
113 Pria menyebalkan
114 Acara Malam
115 Bayi besar Nadia
116 Obrolan pasangan
117 Lelaki Pujaan
118 Suami Nadia
119 Selamat Datang
120 Ibu dan Ayah Navia
121 Permintaan Maaf
122 The Girls in your Area
123 Balada Cinta Gendis
124 Tour Gratis Distrik
125 Anak Rantau
126 Kisah yang tak diinginkan
127 Pulang kembali
128 Lelaki baik itu masih Ada
129 Om Gi dan Make Up
130 Dia marah?
131 Lebih Sakit
132 Ibu terbaik
133 Hukuman Termanis
134 Mode Biasa
135 Saat Jauh
136 Perkara Kabar
137 Perkara Kabar 2
138 Sesal Tiada Guna
139 Hari yang Aneh
140 Buayanya Nad
141 Oh Ternyata
142 Pesona gadis muda
143 Lelaki Romantis
144 Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145 Mahasiswa Cantik
146 Lelaki Beraroma Segar
147 Dalam Dekapan Om Gi
148 Para Senior Laknat
149 Para Pengganggu
150 Om Gi Yang Lugu
151 Sampai Jumpa Kesayangan
152 Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153 Janji-janji Palsu
154 Disini Hanya Untukmu
155 Nadia Oh Nadia
156 Bersama selamanya
157 Kembali Kerutinitas
158 Vitamin C-nya Nadia
159 Kemerdekaan Tak Abadi
160 Kawasan Wajib Lapor
161 Istrinya Kapten Gibran
162 Bela Negara
163 Topik Utama
164 Teguran Keras
165 Malaikat Itu Nyata Adanya
166 Mari hadapi bersama
167 Atasan Sang Kapten
168 Menjaga Milik Pribadi
169 Jabatan Baru
170 Bos Kecil
171 Mahasiswi Pencitraan
172 Tentang sebuah kepercayaan
173 Ada Apa Dengan Om Gi?
174 Menjadi Dewasa
175 Nadia Hebat
176 Bukan manusia sempurna
177 Hari yang Sibuk
178 Airmata si Cantik
179 Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180 Rasanya Cinta
181 Dilabrak
182 Harta yang berharga
183 Kejutan
184 Love you more
185 Bencong
186 Permintaan Pertama
187 Saran-saran
188 Bakti Sosial
189 Misi Kemanusiaan
190 Operasi Penyelamatan
191 Bahagiaku itu Kamu
192 Di tenda pengungsian
193 Terlalu Memuja
194 Muka Dua
195 Masa Tenang
196 Amit-amit
197 Melepaskan
198 Kumat
199 Menikah itu....
200 Pasca Wedding
201 Ekstra Part. Rindu Berat
202 Ekstra Part 2. Kesayangan
Episodes

Updated 202 Episodes

1
Gadis nakalnya Om
2
Rumah hijau
3
Tante-tante cantik
4
Tamu tak di undang
5
Drama Makan malam
6
Drama Nadia
7
Pembuat Onar
8
Kabur dari Penjara
9
Semi militer
10
Om-om Tentara
11
Istri-Istri Tentara
12
Main ke Pantai
13
Penjaga Gadis Nakal
14
Ketika Om Tidak Ada
15
Di Ospek Lagi
16
Peliharaan Om-Om
17
Pelajaran dari Om
18
Pelajaran lainnya
19
Dapat Kunjungan
20
Kunjungan Lain
21
Malam mingguan
22
Bocor
23
Yang bersayap
24
Menu Makan Malam
25
Lebih dari 3000
26
Marahnya Gibran
27
Buatan sendiri
28
Milik Nadia
29
Dirgahayu Om Gi
30
Pewaris Gaudia Group
31
Alat Negara
32
Hari H
33
Obatnya Om Gibran
34
Jika harus pisah
35
Istri Sah Gibran Al Fateh
36
Habis manis lalu pergi
37
Menunggu Om Gi kembali
38
Kehidupan Istri Prajurit
39
Terima kasih sudah berjuang.
40
Bunga hidup untuk Om Gi
41
Anak SMA VS Om Tentara
42
Asal Om Gibran Bahagia
43
Tante-tante tutup panci
44
Calon Papa mama yang baik
45
Tugas Negara diatas Keluarga
46
Airmata Seorang Persit
47
Musuh bersama
48
Cemburunya Nadia
49
Nadia dan Om Gibran
50
Mencari Nadia
51
Usaha mendapatkan Maaf
52
Para Lelaki
53
Istrinya Gibran
54
Susu pisang spesial ala Nadia
55
Jalan sama Om-Om
56
Antara Sayang dan cinta
57
Wanitanya Om Gibran
58
Ujian bersama
59
Senjata makan Tuan
60
Salah siapa?
61
Ada apa dengan Om Gi?
62
Ngidam.
63
Satu garis samar lainnya
64
Ngidam Bucin
65
Hati yang Om Gi sakiti
66
Barisan Para Fans
67
Barisan para Fans 2
68
Butuh Piknik
69
Ada hati yang harus dijaga
70
Masih Anak Sekolah
71
Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72
Janji yang diingkari
73
Sumpah seorang Prajurit
74
Tentang Dokter Elsa
75
Hari-hari Terakhir
76
Tak Kenal Maka Tak sayang
77
Rumahku adalah istanaku
78
Matahari terbit di sayap Garuda
79
Menyesuaikan Diri
80
Hari Pertama di tempat Baru
81
Orang-orang Baik
82
Berburu peradaban
83
Istri yang baik
84
Tetangga Rese
85
Milikku
86
Diabaikan
87
Kepergian Nadia
88
Jarak dan Waktu
89
Kata Tanpa Rasa
90
Berita Kelulusan
91
Satu-satunya
92
Jangan Pergi
93
Obrolan serius
94
Anak hasil didikan Gibran
95
Memaafkan dan Menghargai
96
Om-om Serba Bisa
97
Badai Tak Terduga
98
Penyejuk Hati
99
Senandung Cinta Nadia
100
Om Gibran yang Baik
101
Jaga dia untukku
102
Aku pasti kembali
103
Manis Manja
104
Suami sayang Istri
105
Lidah Tetangga
106
Kata Dokter
107
Definisi Cinta
108
Para Pemburu
109
Ulat Sagu
110
Hak milik Gibran
111
Nadia Bakpau
112
Pasangan Serasi???
113
Pria menyebalkan
114
Acara Malam
115
Bayi besar Nadia
116
Obrolan pasangan
117
Lelaki Pujaan
118
Suami Nadia
119
Selamat Datang
120
Ibu dan Ayah Navia
121
Permintaan Maaf
122
The Girls in your Area
123
Balada Cinta Gendis
124
Tour Gratis Distrik
125
Anak Rantau
126
Kisah yang tak diinginkan
127
Pulang kembali
128
Lelaki baik itu masih Ada
129
Om Gi dan Make Up
130
Dia marah?
131
Lebih Sakit
132
Ibu terbaik
133
Hukuman Termanis
134
Mode Biasa
135
Saat Jauh
136
Perkara Kabar
137
Perkara Kabar 2
138
Sesal Tiada Guna
139
Hari yang Aneh
140
Buayanya Nad
141
Oh Ternyata
142
Pesona gadis muda
143
Lelaki Romantis
144
Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145
Mahasiswa Cantik
146
Lelaki Beraroma Segar
147
Dalam Dekapan Om Gi
148
Para Senior Laknat
149
Para Pengganggu
150
Om Gi Yang Lugu
151
Sampai Jumpa Kesayangan
152
Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153
Janji-janji Palsu
154
Disini Hanya Untukmu
155
Nadia Oh Nadia
156
Bersama selamanya
157
Kembali Kerutinitas
158
Vitamin C-nya Nadia
159
Kemerdekaan Tak Abadi
160
Kawasan Wajib Lapor
161
Istrinya Kapten Gibran
162
Bela Negara
163
Topik Utama
164
Teguran Keras
165
Malaikat Itu Nyata Adanya
166
Mari hadapi bersama
167
Atasan Sang Kapten
168
Menjaga Milik Pribadi
169
Jabatan Baru
170
Bos Kecil
171
Mahasiswi Pencitraan
172
Tentang sebuah kepercayaan
173
Ada Apa Dengan Om Gi?
174
Menjadi Dewasa
175
Nadia Hebat
176
Bukan manusia sempurna
177
Hari yang Sibuk
178
Airmata si Cantik
179
Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180
Rasanya Cinta
181
Dilabrak
182
Harta yang berharga
183
Kejutan
184
Love you more
185
Bencong
186
Permintaan Pertama
187
Saran-saran
188
Bakti Sosial
189
Misi Kemanusiaan
190
Operasi Penyelamatan
191
Bahagiaku itu Kamu
192
Di tenda pengungsian
193
Terlalu Memuja
194
Muka Dua
195
Masa Tenang
196
Amit-amit
197
Melepaskan
198
Kumat
199
Menikah itu....
200
Pasca Wedding
201
Ekstra Part. Rindu Berat
202
Ekstra Part 2. Kesayangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!