Pembuat Onar

"Om cepeeeet nanti Nad telat." Nadia yang sudah siap dengan seragam putih-putihnya menunggu tak sabaran di dekat motor Gibran yang mesinnya sedang di panaskan.

"Sabar. Baru jam setengah tujuh." Gibran yang sudah lengkap dengan setelah lorengnya berucap santai. Ia dengan sengaja berlama-lama mengelap motor yang sebenarnya sudah dibersihkan sejak subuh tadi. Ia hanya ingin mengerjai Nadia karena pagi tadi istri kecilnya itu mengerjainya dengan memasukkan garam mungkin sesendok dalam kopinya. Gibran bahkan merasa lidahnya sudah mati rasa saking asinnya kopi tadi pagi. Untung saja Nad perempuan, kalau laki-laki mungkin sudah di gantung anak itu diatas tali bendera asrama.

"Ooooom!" Nadia berteriak kesal. Ia yang muak dengan sistem jemur menjemur bagi yang terlambat di sekolahnya semakin gregetan dibuatnya. Matahari adalah musuh yang nyata baginya selain Gibran mode fir'aun tentunya karena kulit putihnya yang bak porselin cina bisa jelek, kusam dan sangat buruk untuk imagenya sebagai primadona Nusantara High School. Bisa-bisa hatersnya bikin selamatan tujuh hari tujuh malam kalau dia jadi jelek. Ck, sangat buruk.

"Ayo, Naik." Untuk sekarang sudah cukup mengerjai Nadia. Nanti di lanjutkan lagi saat pulang sekolah. Ia masih memiliki banyak jenis cara untuk mendisiplinkan si kecil itu.

"Selamat pagi, Om Gibran. Selamat pagi dek Nadia."

"Selamat pagi, bu Agus." Gibran langsung menjawab saat Nadia hanya diam menekuri kuku-kuku berkilaunya. Nadia tentu tak mau sok ramah pada sosok yang Gibran tau betul paling di kutuk oleh Nadia saat pengurusan pernikahan mereka. Kata Nadia, bu Agus adalah mimpi buruk bagi setiap pasangan yang mengurus pernikahan di kesatuan. Gibran menyenggol Nadia saat melihat wajah masam Bu Agus yang menyorot Nadia tak suka.

"Pagi tante" Ucap Nadia malas sembari tersenyum yang sangat di paksakan.

"Mau sekolah ya? Wah rajin loh dek Nadia." Basa basi kamvreet, batin Nadia kesal. Nadia tau betul kalau salah satu tetangganya itu bukan orang yang manis banget mau memuji betapa rajinnya istri Gibran Al Fateh menuntut ilmu melainkan mau menyindir statusnya yang masih pelajar. Nadia tau persis, sudah Bu Agus ini yang menyebar rumor di asrama tentang dirinya seorang pelajar yang merayu om-om. Idih, kalau bukan karena wasiat Ayahnya, dia juga mikir-mikir nikah sama jelmaan siluman, udah Tua, kejam, jelek, kaku, gak banget pokoknya.

"Iya tanteeee. Biar pinter, buat nyekolahin mulut juga supaya tidak mencemari lingkungan dengan gosip murahan." Balas Nadia dengan suara selembut dan sehalus mungkin. Manis banget sampai-sampai Gibran yang mendengarnya ingin muntah kuning rasanya.

"Maksud dek Nadia apa ya? Dek nadia mau menyindir saya karena tidak sekolah?"

"Iy--hmpppf"

Gibran langsung membekap mulut Nadia saat gadis itu akan membuka mulut. Jawaban Nadia sudah pasti bukan sesuatu yang ingin di dengar oleh bu Agus. "Maaf bu Agus. Nadia harus ke sekolah. Nanti terlambat. Ayo, Nad!"

Nadia langsung menghirup udara dengan rakus setelah Gibran melepaskan bekapannya. Lelaki berniat membunuhnya ternyata.

"Apaan sih om? Nad bisa mati kalau di bekap." Omelnya kesal. Ia melirik Bu Agus yang meliriknya sinis. Dasar ibu-ibu kurang kerjaan.

"Mari, tante. Nad sekolah dulu." Ujar Nad bermanis-manis.

***

"Hey girls. Gimana sebentar? Jadi jalan dong kitaaa? Gue udah bilang bokap buat booking The Narnia buat kita-kita." Aleksis salah satu anggota genk The Girls pentolan Nusantara High School menghampiri Nadia dan dua temannya yang lain, Gendis dan Sandra. Keempat gadis itu terkenal tak hanya karena kecantikan mereka tetapi juga karena mereka The heirs alias pewaris tahta kerajaan bisnis perhotelan maupun properti yang ada negara ini sekaligus penyokong penuh Nusantara Global School.

"Gak sebelum gue bales si buruk rupa, Cantika. Sumpah ya, gara-gara dia, gue harus kejebak di rumah hijau super kumuh itu bareng Om gue." Nadia yang sejak tadi memikirkan cara membalas Cantika, salah satu anak 'baik-baik' penerima beasiswa di sekolah tersebut memukul mejanya membuat beberapa penghuni kelas itu hanya bisa mengelus dada tidak berani menegur.

"Om Gibran maksud lo? Bagus doooong, gue juga mau kejebak sama om lo yang kece badai ulala ituuu. " Sandra yang merupakan ketua club penggemar Gibran yang menamai diri mereka sebagai GiLov berseru heboh.

Nadia melirik Sandra sebal "Kece badai dari neraka? Tiap detik gue udah kayak hidup di penjara, apa-apa dilarang, mau makan pizza pun gak boleh. Ngeselin gak sih? Mana rumahnya sumpek lagi, belum lagi tuh ibu-ibu komplek, beuuuh pen bangat loakin di pasar ikan. Mulutnya itu loh, nyinyiiiir."

"Duh, sabar ya beb, gue nggak tau harus ngomong apa." Gendis si kalem, mengelus pundah Nadia.

"Jadi gimana? Kita apain si cantika? Keterlaluan sih tu anak, berani-beraninya ngefitnah lo padahal rokok itu entah punya siapa kita aja nggak tau." Timpal Aleksi, duduk di samping Gendis dengan segelas susu kotaknya.

"Gue belum ada ide sih tapi yang pasti dia harus membersihkan nama gue dari fitnah yang kejam ini." Gumam Nadia.

"Gimana kalau kita minta bantuan Jeremi? Si cantika kan suka bangat tuh sama si jeremi. Udah pasti kalau jeremi yang nanya-nanya pasti tuh dia keceplosan." Ujar Sandra memberi ide.

"Tapi kan Si jeremi gak suka sama Cantika. Dengar namanya di sandingin sama tuh si buruk rupa aja dia bisa mual-mual. Alergi orang miskin katanya." Gendis mengingatkan.

"Iya sih tapi si jeremi gak mungkin nolak permintaan Nadia dooong. Tau sendiri bucinnya gimana. Yekaaaan?" Ujar Sandra sangat yakin dengan idenya kali ini.

Nadia memangku dagunya dengan tangan kanannya memikirkan apa iya harus menyetujui hal ini atau gimana. Bagaimana pun ia masih memikirkan Gibran, suaminya. Sekecil apapun sebuah penghianatan, Nadia tidak menyukai itu tapi-- Gak akan ketahuan kok. Batinnya.

"Gue setuju. Gue cuma perlu ngerayu si jeremi buat ikutin mau gue. Ck, kecil itu sih." Ujar Nadia jumawa. Apapun ia akan lakukan demi membersihkan namanya dari fitnah bahkan harus mengorbankan diri sekalipun. Yang pasti ia harus segera kembali ke istananya kalau ia tidak ingin mati muda.

Setelah fix dengan rencana mereka, The Girls mulai melancarkan rencana awal. Nadia yang sudah siap dengan segala kata-kata manisnya berjalan dengan penuh percaya diri menuju kantin yang sebenarnya lebih mirip restoran bintang lima untuk menghampiri jeremi dan dua temannya, Zain dan Bimo.

"Hai, jer, gue boleh gabung gak?"

"Nad-nad-Nadia?" Jeremi yang tidak menyangka akan didatangi oleh bidadari Nusantara High School tergagap menyapa.

"Iya, gue." Nadia memutat bola mata melihat jeremi yang tergagap melihatnya. Oke, dia cantik bangat tapi gak sampe harus jadi b*go juga. Malu-maluin sekolah.

"Boleh boleeeh. Duduk sini. Minggir lu bedua."

Bimo dan Zain hanya bisa melongos saat Jeremi mengusir mereka tanpa perasaan. Gini nih, bucin kalau udah level akut, buntutnya jadi b*go.Ingin rasanya Zain menyuarakan itu tapi tentu saja ia masih sayang jatah makan siangnnya di kantin ini yang nominalnya bisa sampai ratusan ribu.

Sepeninggal Bimo dan Zain, Nadia langsung melancarkan aksinya.

"Jer, sebenarnya gue lagi sedih banget nih. Gue butuh curhat tapi sahabat-sahabat gue lagi sibuk semua." Nadia dengan wajah sedihnya menghapus sudut matanya yang berair.

"Lo boleh kok cerita sama gue, Nad. Gue akan selalu ada buat lo."

Sepertinya Nadia juga punya alergi terhadap orang. Bedanya dia bukan alergi para orang miskin tapi alergi pada omongan jeremi pasalnya sekarang rasanya ia ingin muntah mendengar kata-kata itu.

"Gini, jer, lo tau kan Aleksis ngadain party di The Narnia? Nah, gue gak bisa pergi karena gue lagi masa hukuman dari om gue gara-gara rokok itu. Padahal kan itu bukan rokok gue, gue cuma korban fitnah. Hiks." Nadia yakin, dia cocok memerankan sosok Ainun menggantikan Maudy ayunda sekarang. Dia bahkan bisa menangis loh.

Nadia hampir saja menepis kasar tangan jeremi yang dengan beraninya memegang tangannya kalau tidak mengingat tujuannya utamanya. Sepulang dari sini, ingatkan ia untuk membeli anti septik untuk mencuci seluruh badannya.

"Gue tau, lo cuma korban fitnah, Nad. Lo gak mungkin ngerokok. Apa perlu gue temuin om lo buat ngasi kesaksian?"

NO! Enak aja. Bisa di gantung sama Om Gibran kalau itu sih.

Nadia melepaskan tangannya dari kungkungn jemari jeremi "Gak usah Jer. Makasih tapi om gue gak akan percaya kalau gak ada bukti."

"Bukti? Memangnya bukti apa yang diperluin buat om lo percaya?"

"Pengakuan Cantika. Dia kan saksi yang bilang rokok itu dari dalam tas gue."

"Cantika? Cantika yang itu?"

Nadia mengangguk. Ia bisa melihat sorot enggan dimata Jeremi. Nadia sebenarnya tidak habis pikir, ada gitu ya di dunia ini alergi orang miskin seperti yang di derita jeremi?! Tapi buktinya si jeremi memang langsung mual tiap kali berada di dekat orang-orang atau lingkungan kumuh.

"Lo mau kan bantuin gue? Mastiin Cantika buat ngakuin kalau bukan gue pemilik rokok itu? Pleaseeee."

Jeremi langsung saja megap-megap mendapatkan ucapan manis nan lembut dari Nadia. Ini pertama kalinya seorang Nadia si Primadona memohon pada seseorang dan itu adalah dirinya, Jeremi sebastian nitinegoro.

"Bisaaa. Gue bisaaa." Katanya cepat membuat senyum di bibir Nadia langsung lebar.

"Beneran Jer? Makasih ya, gue gak akan lupa kebaikan lo ini. Lo yang terbaik." Uweeek.

"Iya, tapi lo mau kan kencan sama gue? Sekali aja."

Senyum dibibir Nadia langsung hilang. Yang bener aja dong kencan sama jeremi. Bukannya apa-apa, tapi ketahuan om Gibran bisa-bisa bukannya lepas dari asrama malah dia jadi penghuni abadi disana, tapi---

"Oke." Nadia langsung mengusap wajah frustasi saat Jeremi bersorak senang. Cari masalah Nadiaaaa.

***

"Heh, buruk rupa, sini lo!"

Nadia yang sedang memulas krim diwajahnya menoleh saat mendengar suara nyaring Aleksis. Dari dalam bilik keluar cantika si anak baik-baik dengan tampang tak berdosanya. Nadia paling malas nih muka-muka polos hati busuk gini.

"Ada apa?"

"Apa motif lo ngefitnah sahabat gue? Udah gak betah di nusantara?" Sandra si ratu debat memulai introgasi.

"Aku gak fitnah siapapun." Cantika dengan berani menatap Nadia dibalik kaca.

"Rokok itu bukan milik gue. Lo sendiri liat kan pas pemeriksaan tas kalau di dalam tas gue gak ada apa-apa?" Nadia memoles liptin di bibirnya tanpa memutus kontak mata dengan Cantika.

"Aku gak tau apa-apa. Yang pasti rokok itu nyatanya ada di tas kamu."

Nadia tersenyum sinis, manusia miskin berhati busuk, benar-benar parah.

"Yakin? Bukan punya lo?"

Bukan hanya Cantika yang terbelalak, Sandra, Gendis dan Aleksis pun tak kalah syok mendengar ucapan Nadia.

"Bukan aku." Suara cantika mulai bergetar.

"Oh ya? Jadi, lo tau dari mana rokok gue bungkusnya putih sisa sebatang? FYI yang tau jenis rokok dan jumlahnya cuma gue, Bu Wahdah dan Om gue."

"Anjiiiiir lo ngerokok?" Aleksis yang notabenenya paling liar diantara the Girls merasa dirinya buruk karena hanya bisa berani mengemut loly pop sedangkan Cantika si anak baik-baik berani merokok di sekolah.

"A aa kuu--"

"Sekarang lo pilih, mau gue sampaikan ini sendiri sama bu wardah dan beasiswa lo hilang, lebih parah lagi lo di DO dari sini atau kembali ke bu wardah dan tarik kesaksian lo?"

Nadia melipat tangan di dada menatap Cantika dengan tatapan meremehkan.

"Aa kuu--"

"Udah, Nad. Laporin aja ke BK. sayang bangat gak sih uang bokap gue dipake biayain orang gak bener kayak dia. Udah miskin, munafik lagi."

"Bener, Nad. Pantes aja si jeremi mual-mual deket dia, hatinya sampah sih." tambah gendis.

Nadia mengangkat tangannya "Girs, enough!biar dia yang mutusin. Gimana Cantik?" Nadia menyalakan kran untuk mencuci tangannya.

"Nad, please jangan laporin ke bu Wardah, a ak akuu---"

"Ck, lepasin tangan gue." Nadia berusaha melepaskan tangannya dari Cantika namun tiba-tiba---

Byuuuur!!!

"NADIA? APA-APAAN KALIAN?"

"Bu Wardah?"

"Ikut Ke ruang BK. SEKARANG!!!"

"ta--ta tapi bu--"

"SEKARANG!"

***

HALOOO guys, Nadia balik lagi. Hari ini Om nya gak banyak muncul. Lagi latihan buat jagain negara hihihii.

Terpopuler

Comments

Arni Gusniwati

Arni Gusniwati

hebat itu sicantika...pantas dapat bea siswa, cuma salah tempat. mestinya dapat beasiswa acting

2021-12-01

3

Farida Wahyuni

Farida Wahyuni

ikhlas dong, suami orang tuh, dengan alasan apapun mereka, itu sudah jodohnya.

2021-11-20

1

Aksara Citra

Aksara Citra

lagiiiiiii..dongggg jangan lapa..crazy up thor

2020-07-21

4

lihat semua
Episodes
1 Gadis nakalnya Om
2 Rumah hijau
3 Tante-tante cantik
4 Tamu tak di undang
5 Drama Makan malam
6 Drama Nadia
7 Pembuat Onar
8 Kabur dari Penjara
9 Semi militer
10 Om-om Tentara
11 Istri-Istri Tentara
12 Main ke Pantai
13 Penjaga Gadis Nakal
14 Ketika Om Tidak Ada
15 Di Ospek Lagi
16 Peliharaan Om-Om
17 Pelajaran dari Om
18 Pelajaran lainnya
19 Dapat Kunjungan
20 Kunjungan Lain
21 Malam mingguan
22 Bocor
23 Yang bersayap
24 Menu Makan Malam
25 Lebih dari 3000
26 Marahnya Gibran
27 Buatan sendiri
28 Milik Nadia
29 Dirgahayu Om Gi
30 Pewaris Gaudia Group
31 Alat Negara
32 Hari H
33 Obatnya Om Gibran
34 Jika harus pisah
35 Istri Sah Gibran Al Fateh
36 Habis manis lalu pergi
37 Menunggu Om Gi kembali
38 Kehidupan Istri Prajurit
39 Terima kasih sudah berjuang.
40 Bunga hidup untuk Om Gi
41 Anak SMA VS Om Tentara
42 Asal Om Gibran Bahagia
43 Tante-tante tutup panci
44 Calon Papa mama yang baik
45 Tugas Negara diatas Keluarga
46 Airmata Seorang Persit
47 Musuh bersama
48 Cemburunya Nadia
49 Nadia dan Om Gibran
50 Mencari Nadia
51 Usaha mendapatkan Maaf
52 Para Lelaki
53 Istrinya Gibran
54 Susu pisang spesial ala Nadia
55 Jalan sama Om-Om
56 Antara Sayang dan cinta
57 Wanitanya Om Gibran
58 Ujian bersama
59 Senjata makan Tuan
60 Salah siapa?
61 Ada apa dengan Om Gi?
62 Ngidam.
63 Satu garis samar lainnya
64 Ngidam Bucin
65 Hati yang Om Gi sakiti
66 Barisan Para Fans
67 Barisan para Fans 2
68 Butuh Piknik
69 Ada hati yang harus dijaga
70 Masih Anak Sekolah
71 Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72 Janji yang diingkari
73 Sumpah seorang Prajurit
74 Tentang Dokter Elsa
75 Hari-hari Terakhir
76 Tak Kenal Maka Tak sayang
77 Rumahku adalah istanaku
78 Matahari terbit di sayap Garuda
79 Menyesuaikan Diri
80 Hari Pertama di tempat Baru
81 Orang-orang Baik
82 Berburu peradaban
83 Istri yang baik
84 Tetangga Rese
85 Milikku
86 Diabaikan
87 Kepergian Nadia
88 Jarak dan Waktu
89 Kata Tanpa Rasa
90 Berita Kelulusan
91 Satu-satunya
92 Jangan Pergi
93 Obrolan serius
94 Anak hasil didikan Gibran
95 Memaafkan dan Menghargai
96 Om-om Serba Bisa
97 Badai Tak Terduga
98 Penyejuk Hati
99 Senandung Cinta Nadia
100 Om Gibran yang Baik
101 Jaga dia untukku
102 Aku pasti kembali
103 Manis Manja
104 Suami sayang Istri
105 Lidah Tetangga
106 Kata Dokter
107 Definisi Cinta
108 Para Pemburu
109 Ulat Sagu
110 Hak milik Gibran
111 Nadia Bakpau
112 Pasangan Serasi???
113 Pria menyebalkan
114 Acara Malam
115 Bayi besar Nadia
116 Obrolan pasangan
117 Lelaki Pujaan
118 Suami Nadia
119 Selamat Datang
120 Ibu dan Ayah Navia
121 Permintaan Maaf
122 The Girls in your Area
123 Balada Cinta Gendis
124 Tour Gratis Distrik
125 Anak Rantau
126 Kisah yang tak diinginkan
127 Pulang kembali
128 Lelaki baik itu masih Ada
129 Om Gi dan Make Up
130 Dia marah?
131 Lebih Sakit
132 Ibu terbaik
133 Hukuman Termanis
134 Mode Biasa
135 Saat Jauh
136 Perkara Kabar
137 Perkara Kabar 2
138 Sesal Tiada Guna
139 Hari yang Aneh
140 Buayanya Nad
141 Oh Ternyata
142 Pesona gadis muda
143 Lelaki Romantis
144 Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145 Mahasiswa Cantik
146 Lelaki Beraroma Segar
147 Dalam Dekapan Om Gi
148 Para Senior Laknat
149 Para Pengganggu
150 Om Gi Yang Lugu
151 Sampai Jumpa Kesayangan
152 Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153 Janji-janji Palsu
154 Disini Hanya Untukmu
155 Nadia Oh Nadia
156 Bersama selamanya
157 Kembali Kerutinitas
158 Vitamin C-nya Nadia
159 Kemerdekaan Tak Abadi
160 Kawasan Wajib Lapor
161 Istrinya Kapten Gibran
162 Bela Negara
163 Topik Utama
164 Teguran Keras
165 Malaikat Itu Nyata Adanya
166 Mari hadapi bersama
167 Atasan Sang Kapten
168 Menjaga Milik Pribadi
169 Jabatan Baru
170 Bos Kecil
171 Mahasiswi Pencitraan
172 Tentang sebuah kepercayaan
173 Ada Apa Dengan Om Gi?
174 Menjadi Dewasa
175 Nadia Hebat
176 Bukan manusia sempurna
177 Hari yang Sibuk
178 Airmata si Cantik
179 Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180 Rasanya Cinta
181 Dilabrak
182 Harta yang berharga
183 Kejutan
184 Love you more
185 Bencong
186 Permintaan Pertama
187 Saran-saran
188 Bakti Sosial
189 Misi Kemanusiaan
190 Operasi Penyelamatan
191 Bahagiaku itu Kamu
192 Di tenda pengungsian
193 Terlalu Memuja
194 Muka Dua
195 Masa Tenang
196 Amit-amit
197 Melepaskan
198 Kumat
199 Menikah itu....
200 Pasca Wedding
201 Ekstra Part. Rindu Berat
202 Ekstra Part 2. Kesayangan
Episodes

Updated 202 Episodes

1
Gadis nakalnya Om
2
Rumah hijau
3
Tante-tante cantik
4
Tamu tak di undang
5
Drama Makan malam
6
Drama Nadia
7
Pembuat Onar
8
Kabur dari Penjara
9
Semi militer
10
Om-om Tentara
11
Istri-Istri Tentara
12
Main ke Pantai
13
Penjaga Gadis Nakal
14
Ketika Om Tidak Ada
15
Di Ospek Lagi
16
Peliharaan Om-Om
17
Pelajaran dari Om
18
Pelajaran lainnya
19
Dapat Kunjungan
20
Kunjungan Lain
21
Malam mingguan
22
Bocor
23
Yang bersayap
24
Menu Makan Malam
25
Lebih dari 3000
26
Marahnya Gibran
27
Buatan sendiri
28
Milik Nadia
29
Dirgahayu Om Gi
30
Pewaris Gaudia Group
31
Alat Negara
32
Hari H
33
Obatnya Om Gibran
34
Jika harus pisah
35
Istri Sah Gibran Al Fateh
36
Habis manis lalu pergi
37
Menunggu Om Gi kembali
38
Kehidupan Istri Prajurit
39
Terima kasih sudah berjuang.
40
Bunga hidup untuk Om Gi
41
Anak SMA VS Om Tentara
42
Asal Om Gibran Bahagia
43
Tante-tante tutup panci
44
Calon Papa mama yang baik
45
Tugas Negara diatas Keluarga
46
Airmata Seorang Persit
47
Musuh bersama
48
Cemburunya Nadia
49
Nadia dan Om Gibran
50
Mencari Nadia
51
Usaha mendapatkan Maaf
52
Para Lelaki
53
Istrinya Gibran
54
Susu pisang spesial ala Nadia
55
Jalan sama Om-Om
56
Antara Sayang dan cinta
57
Wanitanya Om Gibran
58
Ujian bersama
59
Senjata makan Tuan
60
Salah siapa?
61
Ada apa dengan Om Gi?
62
Ngidam.
63
Satu garis samar lainnya
64
Ngidam Bucin
65
Hati yang Om Gi sakiti
66
Barisan Para Fans
67
Barisan para Fans 2
68
Butuh Piknik
69
Ada hati yang harus dijaga
70
Masih Anak Sekolah
71
Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72
Janji yang diingkari
73
Sumpah seorang Prajurit
74
Tentang Dokter Elsa
75
Hari-hari Terakhir
76
Tak Kenal Maka Tak sayang
77
Rumahku adalah istanaku
78
Matahari terbit di sayap Garuda
79
Menyesuaikan Diri
80
Hari Pertama di tempat Baru
81
Orang-orang Baik
82
Berburu peradaban
83
Istri yang baik
84
Tetangga Rese
85
Milikku
86
Diabaikan
87
Kepergian Nadia
88
Jarak dan Waktu
89
Kata Tanpa Rasa
90
Berita Kelulusan
91
Satu-satunya
92
Jangan Pergi
93
Obrolan serius
94
Anak hasil didikan Gibran
95
Memaafkan dan Menghargai
96
Om-om Serba Bisa
97
Badai Tak Terduga
98
Penyejuk Hati
99
Senandung Cinta Nadia
100
Om Gibran yang Baik
101
Jaga dia untukku
102
Aku pasti kembali
103
Manis Manja
104
Suami sayang Istri
105
Lidah Tetangga
106
Kata Dokter
107
Definisi Cinta
108
Para Pemburu
109
Ulat Sagu
110
Hak milik Gibran
111
Nadia Bakpau
112
Pasangan Serasi???
113
Pria menyebalkan
114
Acara Malam
115
Bayi besar Nadia
116
Obrolan pasangan
117
Lelaki Pujaan
118
Suami Nadia
119
Selamat Datang
120
Ibu dan Ayah Navia
121
Permintaan Maaf
122
The Girls in your Area
123
Balada Cinta Gendis
124
Tour Gratis Distrik
125
Anak Rantau
126
Kisah yang tak diinginkan
127
Pulang kembali
128
Lelaki baik itu masih Ada
129
Om Gi dan Make Up
130
Dia marah?
131
Lebih Sakit
132
Ibu terbaik
133
Hukuman Termanis
134
Mode Biasa
135
Saat Jauh
136
Perkara Kabar
137
Perkara Kabar 2
138
Sesal Tiada Guna
139
Hari yang Aneh
140
Buayanya Nad
141
Oh Ternyata
142
Pesona gadis muda
143
Lelaki Romantis
144
Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145
Mahasiswa Cantik
146
Lelaki Beraroma Segar
147
Dalam Dekapan Om Gi
148
Para Senior Laknat
149
Para Pengganggu
150
Om Gi Yang Lugu
151
Sampai Jumpa Kesayangan
152
Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153
Janji-janji Palsu
154
Disini Hanya Untukmu
155
Nadia Oh Nadia
156
Bersama selamanya
157
Kembali Kerutinitas
158
Vitamin C-nya Nadia
159
Kemerdekaan Tak Abadi
160
Kawasan Wajib Lapor
161
Istrinya Kapten Gibran
162
Bela Negara
163
Topik Utama
164
Teguran Keras
165
Malaikat Itu Nyata Adanya
166
Mari hadapi bersama
167
Atasan Sang Kapten
168
Menjaga Milik Pribadi
169
Jabatan Baru
170
Bos Kecil
171
Mahasiswi Pencitraan
172
Tentang sebuah kepercayaan
173
Ada Apa Dengan Om Gi?
174
Menjadi Dewasa
175
Nadia Hebat
176
Bukan manusia sempurna
177
Hari yang Sibuk
178
Airmata si Cantik
179
Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180
Rasanya Cinta
181
Dilabrak
182
Harta yang berharga
183
Kejutan
184
Love you more
185
Bencong
186
Permintaan Pertama
187
Saran-saran
188
Bakti Sosial
189
Misi Kemanusiaan
190
Operasi Penyelamatan
191
Bahagiaku itu Kamu
192
Di tenda pengungsian
193
Terlalu Memuja
194
Muka Dua
195
Masa Tenang
196
Amit-amit
197
Melepaskan
198
Kumat
199
Menikah itu....
200
Pasca Wedding
201
Ekstra Part. Rindu Berat
202
Ekstra Part 2. Kesayangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!