"Om cepeeeet nanti Nad telat." Nadia yang sudah siap dengan seragam putih-putihnya menunggu tak sabaran di dekat motor Gibran yang mesinnya sedang di panaskan.
"Sabar. Baru jam setengah tujuh." Gibran yang sudah lengkap dengan setelah lorengnya berucap santai. Ia dengan sengaja berlama-lama mengelap motor yang sebenarnya sudah dibersihkan sejak subuh tadi. Ia hanya ingin mengerjai Nadia karena pagi tadi istri kecilnya itu mengerjainya dengan memasukkan garam mungkin sesendok dalam kopinya. Gibran bahkan merasa lidahnya sudah mati rasa saking asinnya kopi tadi pagi. Untung saja Nad perempuan, kalau laki-laki mungkin sudah di gantung anak itu diatas tali bendera asrama.
"Ooooom!" Nadia berteriak kesal. Ia yang muak dengan sistem jemur menjemur bagi yang terlambat di sekolahnya semakin gregetan dibuatnya. Matahari adalah musuh yang nyata baginya selain Gibran mode fir'aun tentunya karena kulit putihnya yang bak porselin cina bisa jelek, kusam dan sangat buruk untuk imagenya sebagai primadona Nusantara High School. Bisa-bisa hatersnya bikin selamatan tujuh hari tujuh malam kalau dia jadi jelek. Ck, sangat buruk.
"Ayo, Naik." Untuk sekarang sudah cukup mengerjai Nadia. Nanti di lanjutkan lagi saat pulang sekolah. Ia masih memiliki banyak jenis cara untuk mendisiplinkan si kecil itu.
"Selamat pagi, Om Gibran. Selamat pagi dek Nadia."
"Selamat pagi, bu Agus." Gibran langsung menjawab saat Nadia hanya diam menekuri kuku-kuku berkilaunya. Nadia tentu tak mau sok ramah pada sosok yang Gibran tau betul paling di kutuk oleh Nadia saat pengurusan pernikahan mereka. Kata Nadia, bu Agus adalah mimpi buruk bagi setiap pasangan yang mengurus pernikahan di kesatuan. Gibran menyenggol Nadia saat melihat wajah masam Bu Agus yang menyorot Nadia tak suka.
"Pagi tante" Ucap Nadia malas sembari tersenyum yang sangat di paksakan.
"Mau sekolah ya? Wah rajin loh dek Nadia." Basa basi kamvreet, batin Nadia kesal. Nadia tau betul kalau salah satu tetangganya itu bukan orang yang manis banget mau memuji betapa rajinnya istri Gibran Al Fateh menuntut ilmu melainkan mau menyindir statusnya yang masih pelajar. Nadia tau persis, sudah Bu Agus ini yang menyebar rumor di asrama tentang dirinya seorang pelajar yang merayu om-om. Idih, kalau bukan karena wasiat Ayahnya, dia juga mikir-mikir nikah sama jelmaan siluman, udah Tua, kejam, jelek, kaku, gak banget pokoknya.
"Iya tanteeee. Biar pinter, buat nyekolahin mulut juga supaya tidak mencemari lingkungan dengan gosip murahan." Balas Nadia dengan suara selembut dan sehalus mungkin. Manis banget sampai-sampai Gibran yang mendengarnya ingin muntah kuning rasanya.
"Maksud dek Nadia apa ya? Dek nadia mau menyindir saya karena tidak sekolah?"
"Iy--hmpppf"
Gibran langsung membekap mulut Nadia saat gadis itu akan membuka mulut. Jawaban Nadia sudah pasti bukan sesuatu yang ingin di dengar oleh bu Agus. "Maaf bu Agus. Nadia harus ke sekolah. Nanti terlambat. Ayo, Nad!"
Nadia langsung menghirup udara dengan rakus setelah Gibran melepaskan bekapannya. Lelaki berniat membunuhnya ternyata.
"Apaan sih om? Nad bisa mati kalau di bekap." Omelnya kesal. Ia melirik Bu Agus yang meliriknya sinis. Dasar ibu-ibu kurang kerjaan.
"Mari, tante. Nad sekolah dulu." Ujar Nad bermanis-manis.
***
"Hey girls. Gimana sebentar? Jadi jalan dong kitaaa? Gue udah bilang bokap buat booking The Narnia buat kita-kita." Aleksis salah satu anggota genk The Girls pentolan Nusantara High School menghampiri Nadia dan dua temannya yang lain, Gendis dan Sandra. Keempat gadis itu terkenal tak hanya karena kecantikan mereka tetapi juga karena mereka The heirs alias pewaris tahta kerajaan bisnis perhotelan maupun properti yang ada negara ini sekaligus penyokong penuh Nusantara Global School.
"Gak sebelum gue bales si buruk rupa, Cantika. Sumpah ya, gara-gara dia, gue harus kejebak di rumah hijau super kumuh itu bareng Om gue." Nadia yang sejak tadi memikirkan cara membalas Cantika, salah satu anak 'baik-baik' penerima beasiswa di sekolah tersebut memukul mejanya membuat beberapa penghuni kelas itu hanya bisa mengelus dada tidak berani menegur.
"Om Gibran maksud lo? Bagus doooong, gue juga mau kejebak sama om lo yang kece badai ulala ituuu. " Sandra yang merupakan ketua club penggemar Gibran yang menamai diri mereka sebagai GiLov berseru heboh.
Nadia melirik Sandra sebal "Kece badai dari neraka? Tiap detik gue udah kayak hidup di penjara, apa-apa dilarang, mau makan pizza pun gak boleh. Ngeselin gak sih? Mana rumahnya sumpek lagi, belum lagi tuh ibu-ibu komplek, beuuuh pen bangat loakin di pasar ikan. Mulutnya itu loh, nyinyiiiir."
"Duh, sabar ya beb, gue nggak tau harus ngomong apa." Gendis si kalem, mengelus pundah Nadia.
"Jadi gimana? Kita apain si cantika? Keterlaluan sih tu anak, berani-beraninya ngefitnah lo padahal rokok itu entah punya siapa kita aja nggak tau." Timpal Aleksi, duduk di samping Gendis dengan segelas susu kotaknya.
"Gue belum ada ide sih tapi yang pasti dia harus membersihkan nama gue dari fitnah yang kejam ini." Gumam Nadia.
"Gimana kalau kita minta bantuan Jeremi? Si cantika kan suka bangat tuh sama si jeremi. Udah pasti kalau jeremi yang nanya-nanya pasti tuh dia keceplosan." Ujar Sandra memberi ide.
"Tapi kan Si jeremi gak suka sama Cantika. Dengar namanya di sandingin sama tuh si buruk rupa aja dia bisa mual-mual. Alergi orang miskin katanya." Gendis mengingatkan.
"Iya sih tapi si jeremi gak mungkin nolak permintaan Nadia dooong. Tau sendiri bucinnya gimana. Yekaaaan?" Ujar Sandra sangat yakin dengan idenya kali ini.
Nadia memangku dagunya dengan tangan kanannya memikirkan apa iya harus menyetujui hal ini atau gimana. Bagaimana pun ia masih memikirkan Gibran, suaminya. Sekecil apapun sebuah penghianatan, Nadia tidak menyukai itu tapi-- Gak akan ketahuan kok. Batinnya.
"Gue setuju. Gue cuma perlu ngerayu si jeremi buat ikutin mau gue. Ck, kecil itu sih." Ujar Nadia jumawa. Apapun ia akan lakukan demi membersihkan namanya dari fitnah bahkan harus mengorbankan diri sekalipun. Yang pasti ia harus segera kembali ke istananya kalau ia tidak ingin mati muda.
Setelah fix dengan rencana mereka, The Girls mulai melancarkan rencana awal. Nadia yang sudah siap dengan segala kata-kata manisnya berjalan dengan penuh percaya diri menuju kantin yang sebenarnya lebih mirip restoran bintang lima untuk menghampiri jeremi dan dua temannya, Zain dan Bimo.
"Hai, jer, gue boleh gabung gak?"
"Nad-nad-Nadia?" Jeremi yang tidak menyangka akan didatangi oleh bidadari Nusantara High School tergagap menyapa.
"Iya, gue." Nadia memutat bola mata melihat jeremi yang tergagap melihatnya. Oke, dia cantik bangat tapi gak sampe harus jadi b*go juga. Malu-maluin sekolah.
"Boleh boleeeh. Duduk sini. Minggir lu bedua."
Bimo dan Zain hanya bisa melongos saat Jeremi mengusir mereka tanpa perasaan. Gini nih, bucin kalau udah level akut, buntutnya jadi b*go.Ingin rasanya Zain menyuarakan itu tapi tentu saja ia masih sayang jatah makan siangnnya di kantin ini yang nominalnya bisa sampai ratusan ribu.
Sepeninggal Bimo dan Zain, Nadia langsung melancarkan aksinya.
"Jer, sebenarnya gue lagi sedih banget nih. Gue butuh curhat tapi sahabat-sahabat gue lagi sibuk semua." Nadia dengan wajah sedihnya menghapus sudut matanya yang berair.
"Lo boleh kok cerita sama gue, Nad. Gue akan selalu ada buat lo."
Sepertinya Nadia juga punya alergi terhadap orang. Bedanya dia bukan alergi para orang miskin tapi alergi pada omongan jeremi pasalnya sekarang rasanya ia ingin muntah mendengar kata-kata itu.
"Gini, jer, lo tau kan Aleksis ngadain party di The Narnia? Nah, gue gak bisa pergi karena gue lagi masa hukuman dari om gue gara-gara rokok itu. Padahal kan itu bukan rokok gue, gue cuma korban fitnah. Hiks." Nadia yakin, dia cocok memerankan sosok Ainun menggantikan Maudy ayunda sekarang. Dia bahkan bisa menangis loh.
Nadia hampir saja menepis kasar tangan jeremi yang dengan beraninya memegang tangannya kalau tidak mengingat tujuannya utamanya. Sepulang dari sini, ingatkan ia untuk membeli anti septik untuk mencuci seluruh badannya.
"Gue tau, lo cuma korban fitnah, Nad. Lo gak mungkin ngerokok. Apa perlu gue temuin om lo buat ngasi kesaksian?"
NO! Enak aja. Bisa di gantung sama Om Gibran kalau itu sih.
Nadia melepaskan tangannya dari kungkungn jemari jeremi "Gak usah Jer. Makasih tapi om gue gak akan percaya kalau gak ada bukti."
"Bukti? Memangnya bukti apa yang diperluin buat om lo percaya?"
"Pengakuan Cantika. Dia kan saksi yang bilang rokok itu dari dalam tas gue."
"Cantika? Cantika yang itu?"
Nadia mengangguk. Ia bisa melihat sorot enggan dimata Jeremi. Nadia sebenarnya tidak habis pikir, ada gitu ya di dunia ini alergi orang miskin seperti yang di derita jeremi?! Tapi buktinya si jeremi memang langsung mual tiap kali berada di dekat orang-orang atau lingkungan kumuh.
"Lo mau kan bantuin gue? Mastiin Cantika buat ngakuin kalau bukan gue pemilik rokok itu? Pleaseeee."
Jeremi langsung saja megap-megap mendapatkan ucapan manis nan lembut dari Nadia. Ini pertama kalinya seorang Nadia si Primadona memohon pada seseorang dan itu adalah dirinya, Jeremi sebastian nitinegoro.
"Bisaaa. Gue bisaaa." Katanya cepat membuat senyum di bibir Nadia langsung lebar.
"Beneran Jer? Makasih ya, gue gak akan lupa kebaikan lo ini. Lo yang terbaik." Uweeek.
"Iya, tapi lo mau kan kencan sama gue? Sekali aja."
Senyum dibibir Nadia langsung hilang. Yang bener aja dong kencan sama jeremi. Bukannya apa-apa, tapi ketahuan om Gibran bisa-bisa bukannya lepas dari asrama malah dia jadi penghuni abadi disana, tapi---
"Oke." Nadia langsung mengusap wajah frustasi saat Jeremi bersorak senang. Cari masalah Nadiaaaa.
***
"Heh, buruk rupa, sini lo!"
Nadia yang sedang memulas krim diwajahnya menoleh saat mendengar suara nyaring Aleksis. Dari dalam bilik keluar cantika si anak baik-baik dengan tampang tak berdosanya. Nadia paling malas nih muka-muka polos hati busuk gini.
"Ada apa?"
"Apa motif lo ngefitnah sahabat gue? Udah gak betah di nusantara?" Sandra si ratu debat memulai introgasi.
"Aku gak fitnah siapapun." Cantika dengan berani menatap Nadia dibalik kaca.
"Rokok itu bukan milik gue. Lo sendiri liat kan pas pemeriksaan tas kalau di dalam tas gue gak ada apa-apa?" Nadia memoles liptin di bibirnya tanpa memutus kontak mata dengan Cantika.
"Aku gak tau apa-apa. Yang pasti rokok itu nyatanya ada di tas kamu."
Nadia tersenyum sinis, manusia miskin berhati busuk, benar-benar parah.
"Yakin? Bukan punya lo?"
Bukan hanya Cantika yang terbelalak, Sandra, Gendis dan Aleksis pun tak kalah syok mendengar ucapan Nadia.
"Bukan aku." Suara cantika mulai bergetar.
"Oh ya? Jadi, lo tau dari mana rokok gue bungkusnya putih sisa sebatang? FYI yang tau jenis rokok dan jumlahnya cuma gue, Bu Wahdah dan Om gue."
"Anjiiiiir lo ngerokok?" Aleksis yang notabenenya paling liar diantara the Girls merasa dirinya buruk karena hanya bisa berani mengemut loly pop sedangkan Cantika si anak baik-baik berani merokok di sekolah.
"A aa kuu--"
"Sekarang lo pilih, mau gue sampaikan ini sendiri sama bu wardah dan beasiswa lo hilang, lebih parah lagi lo di DO dari sini atau kembali ke bu wardah dan tarik kesaksian lo?"
Nadia melipat tangan di dada menatap Cantika dengan tatapan meremehkan.
"Aa kuu--"
"Udah, Nad. Laporin aja ke BK. sayang bangat gak sih uang bokap gue dipake biayain orang gak bener kayak dia. Udah miskin, munafik lagi."
"Bener, Nad. Pantes aja si jeremi mual-mual deket dia, hatinya sampah sih." tambah gendis.
Nadia mengangkat tangannya "Girs, enough!biar dia yang mutusin. Gimana Cantik?" Nadia menyalakan kran untuk mencuci tangannya.
"Nad, please jangan laporin ke bu Wardah, a ak akuu---"
"Ck, lepasin tangan gue." Nadia berusaha melepaskan tangannya dari Cantika namun tiba-tiba---
Byuuuur!!!
"NADIA? APA-APAAN KALIAN?"
"Bu Wardah?"
"Ikut Ke ruang BK. SEKARANG!!!"
"ta--ta tapi bu--"
"SEKARANG!"
***
HALOOO guys, Nadia balik lagi. Hari ini Om nya gak banyak muncul. Lagi latihan buat jagain negara hihihii.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Arni Gusniwati
hebat itu sicantika...pantas dapat bea siswa, cuma salah tempat. mestinya dapat beasiswa acting
2021-12-01
3
Farida Wahyuni
ikhlas dong, suami orang tuh, dengan alasan apapun mereka, itu sudah jodohnya.
2021-11-20
1
Aksara Citra
lagiiiiiii..dongggg jangan lapa..crazy up thor
2020-07-21
4