Main ke Pantai

Gibran baru saja selesai melaksanakan solat subuh berjamaah di mesjid Asrama. Saat berangkat tadi ia sudah membangunkan Nadia untuk bersiap solat agar tidak kesiangan. Saat sampai di asrama, ia mendapati Nadia tertidur di atas sajadah dengan mukenahnya yang belum dilepas.

"Nad, Bangun!" Gibran mencolek pipi Nadia tapi gadis kecil itu tidak bergeming. Gibran memutuskan untuk membiarkan nadia dan langsung ke dapur setelah mengganti pakaiannya.

Pagi ini Gibran tidak menyiapkan sarapan karena di hari minggu tugas itu dia serahkan pada Nadia meskipun setiap minggunya hanya roti yang diberi slai dan susu hangat yang bisa disiapkannya.

Gibran membersihkan area dalam rumah, menyapu, mengepel dan mencuci piring. Enaknya menikah dengan seorang prajurit adalah mereka bukan tipe laki-laki yang minta di layani. Suami prajurit sudah terbiasa mandiri dan disiplin dan kebiasaan itu terbawa dalam kehidupan rumah tangga mereka. Tak perlu pusing memikirkan sarapan karena orang-orang seperti Gibran ini tak akan sibuk memerintah hanya untuk mendapatkan sarapan karena mereka bisa menyediakkan untuk diri mereka sendiri.

"Om ngapain?" Nadia muncul ke dapur dengan wajah bantal, rambut singa dan pakaian tidurnya yang Gibran kira sebagai dalaman.

"Menurut Nad? Ambil seragam Nad biar sekalian di cuci."

Muka Nadia langsung cerah mendengar kalimat surga itu. Dengan segera ia kembali ke dalam kamar dan mengambil seragam sekolahnya yang terdiri dari seragam putih abu-abu, batik, pramuka dan seragam putih-putih serta beberapa pasang kaos kaki.

"Ini" Nadia menyerahkan tumpukan pakaian kotor itu pada Gibran. "Terima kasih, Om. Om baik deh." Nadia memeluk Gibran dari belakang dengan erat.

"Sama-sama. Siapin sarapan gih!"

"Siap, Kapten!"

Nadia melepas pelukannyan pada Gibran lalu segera mengabil roti dan slay dari dalam kulkas.

"Om mau rasa apa?"

"Samain aja."

"Coklat ya."

Nadia lantas mengoleskan slay coklat diatas roti saat tak mendapat sahutan dari Gibran. Laki-laki itu bukan pemilih selama bukan makanan cepat saji yang Nadia siapkan.

Setelah rotinya siap. Nadia kemudian membuat dua gelas susu untuk dirinya dan Gibran. Tugas membuat sarapan yang sangat mudah sekalim Padahal tadi ia sudah malas sekali untuk bangun mengingat seragam sekolahnya yang belum di cuci tapi karena Om nya baik, ia hanya perlu menyiapkan sarapan.

"Sudah siaaaap." Nadia berseru senang melihat hasil pekerjaannya diatas meja makan, dua roti slay coklat dan dua gelas susu hangat.

"Om tidak olahraga?" Tanya Nadia saat Gibran duduk di kursinya siap menikmati sarapannya.

"Tidak. Nad ada kegiatan hari ini?"

Nadia berubah murung "Teman-teman Nad ngadain party sejak kemarin trus lanjut hari ini tapi Om gak bakalan ngizinin Nad kan?"

"Hu-um"

Nadia manyun "Udah, berarti Nad bakal di rumah jadi tahanan seharian." keluhnya.

Gibran yang sedang disindir tak terganggu sama sekali. Sudah biasa Nadia melayangkan protes seperti itu jadi cukup mendiamkannya saja dan istrinya itu akan lupa.

Nadia yang gagal menyindir menghela nafas sebal. Sebenarnya ia sudah lupa soal The Narnia tapi karena Omnya bertanya, ia jadi ingat dan kesal lagi. Seharusnya hari ini ia bisa bersenang-senang di puncak bersama teman-temannya tapi karena mendapatkan izin Gibran sama sulitnya dengan mendapatkan SIM, Nadia pun hanya bisa mengikhlaskan hari yang menyenangkan itu berlalu sia-sia.

"Nad suka pantai?"

"Suka."

"Bukannya Nad takut hitam?" Gibran menatap Nadia yang sedang mengunyah roti slaynya.

"Kalau matahari pantai Nad gak takut Om soalnya kulit Nad bakal eksotis kayak bule-bule. Beda cerita kalau di jemur di sekolah, itu sih parah bangat Om, gosong." Jelas Nadia.

"Habisin rotinya. Nad siap-siap, kita ke pantai."

"Hah? Pantai? Om serius?" Nadia meletakkan rotinya begitu saja saat mendengar berita langka ini.

Gibran mengangguk. Ia meneguk habis susunya lalu kembali mengurus cucian. Nadia bersorak senang lalu segera menghabiskan sisa roti dan susu di hadapannya. Ia benar-benar tak menyangka Gibran akan mengajaknya ke Pantai. Terakhir kali Gibran membawanya liburan sekitar tahun lalu ke pulau sumatra tepatnya kota Padang untuk melihat jam gadang dan tempat-tempat wisata yang ada disekitar itu. Nadia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bersenang-senang. Pantai I am comiiiiiing!!!

.

.

.

"Bang, Istri lu ajak kesini lah, kesian." Ujar Vina yang sejak tadi mengawasi Nadia yang berada tak jauh dari mereka.

"Lu apain sih, Bro? Tadi gue dengar di telfon suara Nadia udah paling semangat. Lah sekarang--" Dewa berdecak sembari berusaha menyalakan api untuk bakar-bakar ikan.

"Izin panggil ya bang?!" Ujar jonathan yang sejak sampai memang sudah paling kepikiran soal Nadia. Istri kaptennya itu tiba-tiba saja muram saat mereka sampai tadi.

"Gak usah, Jon. Biar saya saja." Gibran berdiri dari tempat duduknya untuk menghampiri Nadia.

"Mau pulang?" Gibran duduk disamping Nadia yang bertekuk masam di dekat motor mereka.

"Om kok ngajak mereka sih?" Nadia memukul bahu Gibran kesal. Pikirnya tadi saat Gibran mengajaknya ke pantai, hanya ada mereka berdua ternyata ada rombongan lain yang menyusul mereka, Tiga rekan Gibran yang pernah datang malam-malam ke rumah dan dua orang wanita yang Nadia kenal baik, Vina dan Elsa.

"Kenapa? Rame kan bagus."

"Gak ada bagus-bagusnya. Apalagi ada tante Elsa. Nad gak suka." Sungutnya taj menutup-nutupi ketidaksukaannya pada sosok Elsa yang menurut Nadia hari ini tante itu cantik sekali. Nadia menatap Gibran curiga.

"Om sebenarnya memang janjian kan sama mereka soal pantai ini? Ngaku!"

"Apa bedanya, Nad, yang pentingkan main ke pantai."

"Iiiih Om mah. Nad kesel. Udah sana jauh-jauh!" Nadia mendorong Gibran hingga laki-laki itu terduduk diatas pasir.

"Kalau Nad masih begini, kita pulang saja" Gibran mengeluarkan kunci motor dari kantong celananya yang langsung membuat Nadia panik. Astaga, ia belum merasakan sentuhan air laut untuk waktu yang lama dan sekarang harus pulang tanpa main? Oh tidaaaak.

"Ayo!"

"Jangan pulang. Nad belum main." Cicitnya hampir menangis. Gibran mengulum bibirnya menahan senyum.

"Yakin? Disana ada teman-teman saya, Nad tidak apa-apa?"

Nadia mengangguk ragu-ragu. Yah mau gimana lagi, dia ingin sekali main ke pantai, kalaupun kembali di Asrama palingan cuma nonton tv dan Nadia sudah sangat bosan dengan aktifitas satu itu.

"Berdiri!"

Nadia mengulurkan tangannya yang langsung dipahami dengan baik oleh Gibran yang menarik pelan gadis itu untuk berdiri. Gibran menepuk-nepuk pasir yang melekat di celana belakang Nadia, celana putih pendek setengah paha. Nadia sudah mendapatkan siraman rohani pagi ini karena memakai celana hotpants pilihannya itu dan dengan telinga tebalnya, ia hanya bilang bahwa dia bahkan berniat memakai bikini one piece nya kalau Gibran masih terus mengomelinya.

Gibran dan Nadia berjalan beriringan dengan tangan Nadia yang berada dalam lingkup jemari besar Gibran. Pemandangan itu sontak membuat empat orang dewasa yang tengah duduk di saung melirik sosok lembut berhijab biru laut hari ini dengan tatapan yang sama, Prihatin. Berbeda dengan keempat temannya, Elsa yang menjadi pihak yang tersakiti malah memasang wajah penuh yang semua orang juga tahu bahwa senyum itu mengandung luka di dalamnya.

"Halo, Nad!" Sapa Vina dengan ceria.

"Hi tante, semuanya." Nadia melambaikan tangannya yang bebas lalu duduk di tempat kosong disamping Vina. Gibran menyusul duduk disampingnya, melepas jaketnya untuk menutupi kaki Nadia.

"Eh, udah matang. Wah rejeki Bu Gibran ini sih." Ucap Jonathan memecah kecanggungan dengan delapan ekor ikan bakar diatas daun pisang. Wanginya menguar mengundang lapar ketujuh orang-orang itu.

"Wow, Om Jo, ikannya seger bangat. Nad sukaaa." Nadia dengan semangat menyambut Jonathan dengan memberikan tempat lewat untuk tentara muda itu.

"Iya dong. Khusus untuk Bu Gibran."

Nad mengibaskan tangannya "Panggil Nad aja Om, Nad belum ibu-ibu. Masih muda dan cantik." Ucapnya dengan senyum lebar di wajahnya.

Jonathan langsung melirik tak enak pada seniornya, Kapten Gibran. Bagaimana pun, ia tidak boleh menamai istri kaptennya itu dengan sembarang panggilan.

"Ikutin aja, Jon." Ujar Gibran dengan suara berat.

"Beuh, si Jojon cari mati." Dewa berbisik pelan pada pada Gio yang hanya menanggapi dengan kekehan.

"Nad senang di pantai?" Elsa yang sejak tadi hanya menjadi pendengar dan sesekali menimpali dengan senyum setiap obrolan, membuka suara.

Nadia yang tengah fokus dengan ikan-ikan enak di depannya mengangguk. "Suka banget, tant."

"Wah bagus. Nanti bisa sering-sering ya Bang Gi?" Elsa melirik Gibran yang sedang sibuk mengatur daun pisang untuk tempat nasi.

"Bisa." Jawabnya diiringi senyum tipis.

Nadia yang memang punya dendam sendiri pada sosok Elsa, memutar bola mata diam-diam. Sok baik. Tapi seperti biasa, Nadia tidak akan hanya sekeder menyimpan kejengkelannya dalam hati, ia sudah menyiapkan amunisi yang tepat untuk Dokter Elsa yang cantik.

"Ide yang bagus tuh, Om. Bisa sekalian bulan madu, ya kaaan?" Nadia mengedip manja pada Gibran yang langsung disambut deheman disekitarnya. Nadia menyengir lebar, puas dengan hasil kerjanya. Wajah Elsa langsung sendu. Sempurna.

"Betul Nad. Sebagai pengantin baru, waktu berdua di tempat romantis emang paling pas." Ujar Dewa menambah panas suasana.

"Puncak juga bagus." Vina yang tingkat kepekaannya hampir minus tak kalah membuat suasana semakin semarak dengan godaan-godaan lainnya yang menyusul.

"Bisa kita langsung makan?" Suara berat dan dingin Gibran membuat suasana kembali senyap.

"Ah bener. Gue udah lapar bangat nih." Gio yang sejak tadi diam melanjutkan.

Ketujuh orang tersebut kemudian mulai makan, nasi dan ikan bakar di cocol irisan tomat yang sudah diberi garam dan cabai dengan jumlah yang tidak sedikit. Suasana pantai tak begitu ramai karena pantai yang mereka kunjungi bukanlah pantai yang ada di list para pelancong, tempat tersebut masih asing di telinga orang-orang sehingga yang datang hanya warga sekitar pantai yang tidak terlalu banyak.

"Nad, habisin makanannya. Mubazir." Gibran menyeka keringat yang mengalir di pelipis Nadia dengan punggung tangannya yang tidak menyentuh makanan.

" Kenyang, Om. Nad mau ikan saja."

"Tidak boleh, Nad. Diluar sana banyak orang-orang yang tidak dapat makanan. Masa Nad disini buang-buang nasi."

Nadia manyun, selalu saja. "Iya, Nad habisin." Ujarnya.

Gibran tersenyum tipis, menyelipkan anak rambut nadia yang beterbangan di belakang telingannya.

"Habis. Alhamdulillah." Nadia menjilati jarinya yang menyisakan rasa ikan yang lezat. "Ugh, tangan Nad bau." Keluhnya menatap jijik jari-jarinya.

"Cuci tangan di belakang. Jangan lupa pakai sabun." Ujar Gibran menyerahkan uang dua ribu untuk Nadia.

Nadia mengangguk lalu segera keluar berlari ke belakang untuk membersihkan tangannya. Sepeninggal Nadia, Dewa yang sejak tadi lidahnya gatal ingin berkomentar lalu membuka suara.

"Gue berasa lu lagi ngurusin Anak, Bro." Ujarnya terkekeh.

"Iya, tapi manis kok." Timpal Vina yang sangat menyukai interaksi Gibran dan Nadia.

"Iya, saya juga suka."

"Suka apa lu Jon? Jangan cari masalah lu!" Tuding dewa membuat Jonathan langsung gelagapan.

"Eh eh, jangan salah paham. Maksud saya, saya suka liat bang kapten sama Ibu, rukun dan manis seperti mbak Vina bilang."

"Mbak, mbaaak, lu pikir gue mbak-mbak jamu? Vina aja!"

Jonathan langsung meminta maaf. Benar-benar serba salah jadi junior, gak ada benarnya. Seharusnya ia habiskan saja hari minggunya di gereja, bukan terjebak disini dengan senior-senior tukang bully, tapi mau bagaimana lagi, Dia senang berada diantara mereka.

"Udah, jangan di kerjain terus si Jo, kasian." Ujar Elsa yang langsung mendapat tatapan mata berkaca-kaca dari jonathan.

"Sabar, Jo. Ini bukti cinta kami buat lu." Tambah Gio menepuk-nepuk bahu Jonathan. Sementara Gibran, hanya mengulas senyum tipisnya. Si kapten itu memang paling malas bicara. Jika bukan karena Nadia yang selalu butuh diingatkan dan dinasehati, Gibran adalah orang yang jumlah kata yang diucapkannya sehari bisa di hitung dengan jari.

"Mungkin memang lebih cocok jadi anak." Ujar Elsa tiba-tiba membuat suasana kembali canggung.

***

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

emang cocok jd ank.. trus lo yg cocok jadi emaknya gitu..? ngarep.. !

2023-09-03

2

alfanovfa

alfanovfa

Kak, Om Gi nya boleh aku masukin koper, tak bawa pulang yak 😌

2023-02-04

1

Moelyanach

Moelyanach

om gibran meresahkan. 😂😂😂

2022-11-27

1

lihat semua
Episodes
1 Gadis nakalnya Om
2 Rumah hijau
3 Tante-tante cantik
4 Tamu tak di undang
5 Drama Makan malam
6 Drama Nadia
7 Pembuat Onar
8 Kabur dari Penjara
9 Semi militer
10 Om-om Tentara
11 Istri-Istri Tentara
12 Main ke Pantai
13 Penjaga Gadis Nakal
14 Ketika Om Tidak Ada
15 Di Ospek Lagi
16 Peliharaan Om-Om
17 Pelajaran dari Om
18 Pelajaran lainnya
19 Dapat Kunjungan
20 Kunjungan Lain
21 Malam mingguan
22 Bocor
23 Yang bersayap
24 Menu Makan Malam
25 Lebih dari 3000
26 Marahnya Gibran
27 Buatan sendiri
28 Milik Nadia
29 Dirgahayu Om Gi
30 Pewaris Gaudia Group
31 Alat Negara
32 Hari H
33 Obatnya Om Gibran
34 Jika harus pisah
35 Istri Sah Gibran Al Fateh
36 Habis manis lalu pergi
37 Menunggu Om Gi kembali
38 Kehidupan Istri Prajurit
39 Terima kasih sudah berjuang.
40 Bunga hidup untuk Om Gi
41 Anak SMA VS Om Tentara
42 Asal Om Gibran Bahagia
43 Tante-tante tutup panci
44 Calon Papa mama yang baik
45 Tugas Negara diatas Keluarga
46 Airmata Seorang Persit
47 Musuh bersama
48 Cemburunya Nadia
49 Nadia dan Om Gibran
50 Mencari Nadia
51 Usaha mendapatkan Maaf
52 Para Lelaki
53 Istrinya Gibran
54 Susu pisang spesial ala Nadia
55 Jalan sama Om-Om
56 Antara Sayang dan cinta
57 Wanitanya Om Gibran
58 Ujian bersama
59 Senjata makan Tuan
60 Salah siapa?
61 Ada apa dengan Om Gi?
62 Ngidam.
63 Satu garis samar lainnya
64 Ngidam Bucin
65 Hati yang Om Gi sakiti
66 Barisan Para Fans
67 Barisan para Fans 2
68 Butuh Piknik
69 Ada hati yang harus dijaga
70 Masih Anak Sekolah
71 Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72 Janji yang diingkari
73 Sumpah seorang Prajurit
74 Tentang Dokter Elsa
75 Hari-hari Terakhir
76 Tak Kenal Maka Tak sayang
77 Rumahku adalah istanaku
78 Matahari terbit di sayap Garuda
79 Menyesuaikan Diri
80 Hari Pertama di tempat Baru
81 Orang-orang Baik
82 Berburu peradaban
83 Istri yang baik
84 Tetangga Rese
85 Milikku
86 Diabaikan
87 Kepergian Nadia
88 Jarak dan Waktu
89 Kata Tanpa Rasa
90 Berita Kelulusan
91 Satu-satunya
92 Jangan Pergi
93 Obrolan serius
94 Anak hasil didikan Gibran
95 Memaafkan dan Menghargai
96 Om-om Serba Bisa
97 Badai Tak Terduga
98 Penyejuk Hati
99 Senandung Cinta Nadia
100 Om Gibran yang Baik
101 Jaga dia untukku
102 Aku pasti kembali
103 Manis Manja
104 Suami sayang Istri
105 Lidah Tetangga
106 Kata Dokter
107 Definisi Cinta
108 Para Pemburu
109 Ulat Sagu
110 Hak milik Gibran
111 Nadia Bakpau
112 Pasangan Serasi???
113 Pria menyebalkan
114 Acara Malam
115 Bayi besar Nadia
116 Obrolan pasangan
117 Lelaki Pujaan
118 Suami Nadia
119 Selamat Datang
120 Ibu dan Ayah Navia
121 Permintaan Maaf
122 The Girls in your Area
123 Balada Cinta Gendis
124 Tour Gratis Distrik
125 Anak Rantau
126 Kisah yang tak diinginkan
127 Pulang kembali
128 Lelaki baik itu masih Ada
129 Om Gi dan Make Up
130 Dia marah?
131 Lebih Sakit
132 Ibu terbaik
133 Hukuman Termanis
134 Mode Biasa
135 Saat Jauh
136 Perkara Kabar
137 Perkara Kabar 2
138 Sesal Tiada Guna
139 Hari yang Aneh
140 Buayanya Nad
141 Oh Ternyata
142 Pesona gadis muda
143 Lelaki Romantis
144 Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145 Mahasiswa Cantik
146 Lelaki Beraroma Segar
147 Dalam Dekapan Om Gi
148 Para Senior Laknat
149 Para Pengganggu
150 Om Gi Yang Lugu
151 Sampai Jumpa Kesayangan
152 Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153 Janji-janji Palsu
154 Disini Hanya Untukmu
155 Nadia Oh Nadia
156 Bersama selamanya
157 Kembali Kerutinitas
158 Vitamin C-nya Nadia
159 Kemerdekaan Tak Abadi
160 Kawasan Wajib Lapor
161 Istrinya Kapten Gibran
162 Bela Negara
163 Topik Utama
164 Teguran Keras
165 Malaikat Itu Nyata Adanya
166 Mari hadapi bersama
167 Atasan Sang Kapten
168 Menjaga Milik Pribadi
169 Jabatan Baru
170 Bos Kecil
171 Mahasiswi Pencitraan
172 Tentang sebuah kepercayaan
173 Ada Apa Dengan Om Gi?
174 Menjadi Dewasa
175 Nadia Hebat
176 Bukan manusia sempurna
177 Hari yang Sibuk
178 Airmata si Cantik
179 Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180 Rasanya Cinta
181 Dilabrak
182 Harta yang berharga
183 Kejutan
184 Love you more
185 Bencong
186 Permintaan Pertama
187 Saran-saran
188 Bakti Sosial
189 Misi Kemanusiaan
190 Operasi Penyelamatan
191 Bahagiaku itu Kamu
192 Di tenda pengungsian
193 Terlalu Memuja
194 Muka Dua
195 Masa Tenang
196 Amit-amit
197 Melepaskan
198 Kumat
199 Menikah itu....
200 Pasca Wedding
201 Ekstra Part. Rindu Berat
202 Ekstra Part 2. Kesayangan
Episodes

Updated 202 Episodes

1
Gadis nakalnya Om
2
Rumah hijau
3
Tante-tante cantik
4
Tamu tak di undang
5
Drama Makan malam
6
Drama Nadia
7
Pembuat Onar
8
Kabur dari Penjara
9
Semi militer
10
Om-om Tentara
11
Istri-Istri Tentara
12
Main ke Pantai
13
Penjaga Gadis Nakal
14
Ketika Om Tidak Ada
15
Di Ospek Lagi
16
Peliharaan Om-Om
17
Pelajaran dari Om
18
Pelajaran lainnya
19
Dapat Kunjungan
20
Kunjungan Lain
21
Malam mingguan
22
Bocor
23
Yang bersayap
24
Menu Makan Malam
25
Lebih dari 3000
26
Marahnya Gibran
27
Buatan sendiri
28
Milik Nadia
29
Dirgahayu Om Gi
30
Pewaris Gaudia Group
31
Alat Negara
32
Hari H
33
Obatnya Om Gibran
34
Jika harus pisah
35
Istri Sah Gibran Al Fateh
36
Habis manis lalu pergi
37
Menunggu Om Gi kembali
38
Kehidupan Istri Prajurit
39
Terima kasih sudah berjuang.
40
Bunga hidup untuk Om Gi
41
Anak SMA VS Om Tentara
42
Asal Om Gibran Bahagia
43
Tante-tante tutup panci
44
Calon Papa mama yang baik
45
Tugas Negara diatas Keluarga
46
Airmata Seorang Persit
47
Musuh bersama
48
Cemburunya Nadia
49
Nadia dan Om Gibran
50
Mencari Nadia
51
Usaha mendapatkan Maaf
52
Para Lelaki
53
Istrinya Gibran
54
Susu pisang spesial ala Nadia
55
Jalan sama Om-Om
56
Antara Sayang dan cinta
57
Wanitanya Om Gibran
58
Ujian bersama
59
Senjata makan Tuan
60
Salah siapa?
61
Ada apa dengan Om Gi?
62
Ngidam.
63
Satu garis samar lainnya
64
Ngidam Bucin
65
Hati yang Om Gi sakiti
66
Barisan Para Fans
67
Barisan para Fans 2
68
Butuh Piknik
69
Ada hati yang harus dijaga
70
Masih Anak Sekolah
71
Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72
Janji yang diingkari
73
Sumpah seorang Prajurit
74
Tentang Dokter Elsa
75
Hari-hari Terakhir
76
Tak Kenal Maka Tak sayang
77
Rumahku adalah istanaku
78
Matahari terbit di sayap Garuda
79
Menyesuaikan Diri
80
Hari Pertama di tempat Baru
81
Orang-orang Baik
82
Berburu peradaban
83
Istri yang baik
84
Tetangga Rese
85
Milikku
86
Diabaikan
87
Kepergian Nadia
88
Jarak dan Waktu
89
Kata Tanpa Rasa
90
Berita Kelulusan
91
Satu-satunya
92
Jangan Pergi
93
Obrolan serius
94
Anak hasil didikan Gibran
95
Memaafkan dan Menghargai
96
Om-om Serba Bisa
97
Badai Tak Terduga
98
Penyejuk Hati
99
Senandung Cinta Nadia
100
Om Gibran yang Baik
101
Jaga dia untukku
102
Aku pasti kembali
103
Manis Manja
104
Suami sayang Istri
105
Lidah Tetangga
106
Kata Dokter
107
Definisi Cinta
108
Para Pemburu
109
Ulat Sagu
110
Hak milik Gibran
111
Nadia Bakpau
112
Pasangan Serasi???
113
Pria menyebalkan
114
Acara Malam
115
Bayi besar Nadia
116
Obrolan pasangan
117
Lelaki Pujaan
118
Suami Nadia
119
Selamat Datang
120
Ibu dan Ayah Navia
121
Permintaan Maaf
122
The Girls in your Area
123
Balada Cinta Gendis
124
Tour Gratis Distrik
125
Anak Rantau
126
Kisah yang tak diinginkan
127
Pulang kembali
128
Lelaki baik itu masih Ada
129
Om Gi dan Make Up
130
Dia marah?
131
Lebih Sakit
132
Ibu terbaik
133
Hukuman Termanis
134
Mode Biasa
135
Saat Jauh
136
Perkara Kabar
137
Perkara Kabar 2
138
Sesal Tiada Guna
139
Hari yang Aneh
140
Buayanya Nad
141
Oh Ternyata
142
Pesona gadis muda
143
Lelaki Romantis
144
Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145
Mahasiswa Cantik
146
Lelaki Beraroma Segar
147
Dalam Dekapan Om Gi
148
Para Senior Laknat
149
Para Pengganggu
150
Om Gi Yang Lugu
151
Sampai Jumpa Kesayangan
152
Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153
Janji-janji Palsu
154
Disini Hanya Untukmu
155
Nadia Oh Nadia
156
Bersama selamanya
157
Kembali Kerutinitas
158
Vitamin C-nya Nadia
159
Kemerdekaan Tak Abadi
160
Kawasan Wajib Lapor
161
Istrinya Kapten Gibran
162
Bela Negara
163
Topik Utama
164
Teguran Keras
165
Malaikat Itu Nyata Adanya
166
Mari hadapi bersama
167
Atasan Sang Kapten
168
Menjaga Milik Pribadi
169
Jabatan Baru
170
Bos Kecil
171
Mahasiswi Pencitraan
172
Tentang sebuah kepercayaan
173
Ada Apa Dengan Om Gi?
174
Menjadi Dewasa
175
Nadia Hebat
176
Bukan manusia sempurna
177
Hari yang Sibuk
178
Airmata si Cantik
179
Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180
Rasanya Cinta
181
Dilabrak
182
Harta yang berharga
183
Kejutan
184
Love you more
185
Bencong
186
Permintaan Pertama
187
Saran-saran
188
Bakti Sosial
189
Misi Kemanusiaan
190
Operasi Penyelamatan
191
Bahagiaku itu Kamu
192
Di tenda pengungsian
193
Terlalu Memuja
194
Muka Dua
195
Masa Tenang
196
Amit-amit
197
Melepaskan
198
Kumat
199
Menikah itu....
200
Pasca Wedding
201
Ekstra Part. Rindu Berat
202
Ekstra Part 2. Kesayangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!