Pelajaran dari Om

Gibran pulang dari pelatihan lebih cepat dari jadwal semula yakni dua minggu. Selama berada di tempat pelatihan ia sama sekali tidak memiliki waktu untuk menelfon karena begitu padatnya kegiatan. Jadwal latihan yang seyogyanya dilaksanakan selama empat belas hari di press hanya sembilan hari sehingga waktu luang bagi mereka untuk beristrahat hanya pada saat solat dan makan. Gibran bahkan hanya bisa mandi sekali dalam sehari selama berada di camp pelatihan. Tujuan pertamanya saat pulang adalah Nadia. Apa kabar gadis kecil itu selama sembilan hari ini tanpa dirinya? Semoga saja tidak ada yang tiba-tiba menyambut Gibran dengan laporan mengenai ulah Nadia.

Gibran kemudian bisa bernafas lega saat sampai di rumah besar tak ada laporan dari ART mengenai Nadia yang perlu ia ketahui. Gadis itu sedang ke Mall, itulah yang di laporkan Bibik saat ia tiba tadi dan menanyakan keberadaan istri kecilnya. Gibran beristirahat sejenak sebelum gadis itu pulang. Setelah mandi, Gibran langsung tidur hanya memakai celana kain panjang tanpa memakai baju saking lelahnya. Dan saat setan kecilnya datang, ia benar-benar 'membangunkan' nya.

"Om?"

Gibran sepertinya sudah hilang akal sekarang. Suara cicitan Nadia begitu terdengar berbeda di telinganya. Mengusik akal sehatnya, membakar sesuatu yang mengingatkannya sebagai seorang lelaki dewasa normal. Ini semua karena Nadia sendiri yang tidak mengerti bahwa sikap implusifnya bisa saja memicu tindakan yang selama ini ditahan oleh Gibran mengingat masa depan Nadia yang masih panjang.

Tangan besarnya kini menyentuh sesuatu yang selama ini tidak terpikir olehnya adalah milik seorang gadis muda yang mempesona. Gibran tak memungkiri bahwa Nadia adalah sosok gadis remaja yang beberapa tahun kedepan akan menjadi wanita dewasa yang mengundang setiap mata lelaki menoleh padanya. Seusia ini saja Nadia sudah memiliki bentuk tubuh yang sempurna yang membuat seorang lelaki normal sepertinya terganggu. Gibran merasa kepalanya berat sekarang. Menatap wajah Nadia dalam diam, mengabsen setiap lekuk wajah gadis itu sementara satu tangannya, entah setan dari mana yang menggerakkannya, meraba pelan dada yang ternyata sangat pas dalam genggamannya.

"Om" Nadia mulai ketakutan. Ia belum pernah mengalami bahkan memikirkan Om Gibran akan sampai sejauh ini.

"Nad takut?" Gibran menghentikan gerakan tangannya. Ia tersenyum samar, senyum yang membuat Nadia bergidik ngeri. Gadis itu mengangguk.

Gibran menjauhkan tangannya dari dada Nadia, berpindah menyusuri wajah mulus gadis kecil itu mulai dari mata, hidung lalu berhenti di bibir bawah Nadia.

"Nad yang mulai--" Gibran menatap bibir merah itu dengan intens "Sikap Nad yang seperti tadi ke Om, bisa bahaya. Nad tau?"

Nadia menggeleng. Ia tidak berpikir sebelumnya bahwa memeluk Om gibrannya, menyampaikan rindunya bisa membuatnya berakhir seperti ini.

"Om laki-laki normal, Nad. Nad juga bukan lagi anak kecil. Om bisa saja melakukan sesuatu sama Nad kalau Nad tidak hati-hati."

"Melakukan apa?" Tanya Nadia polos.

"melakukan ini." Gibran kembali menurunkan tangannya menyentuh permukaan seragam Nadia meremas tepat dibagian sensitif gadis itu dengan pelan namun intens membuat Nadia berteriak tertahan karena bibirnya kini di bungkam hangat oleh Gibran. Ciuman pertamanya.

Nadia merasa kepalanya tak bisa berpikir apa-apa lagi. Ciuman Gibran yang intens, membelai setiap inci bibir dan mengabsen rongga mulutnya meraup semua akal sehat gadis itu. Nadia tidak tau bahwa ciuman bisa membuat dia jadi bodoh dan bingung secara bersamaan.

Nadia tidak tau apakah tadi adalah teriakannya atau lenguhannya yang pasti ada perasaan asing yang baru ia rasakan, seperti terbakar dan menyenangkan disaat bersamaan saat bibir gibran memagut bibirnya dengan lembut sedangkan tangan besar laki-laki itu menyusup dibalik seragamnya, menyentuh tepat di puncak dadanya lembut secara bergantian menghadirkan gelenyar aneh menggelitik perutnya seperti ada banyak kupu-kupu yang beterbangan, membuatnya sulit bernafas. Nadia tidak tau apa yang telah Omnya lakukan padanya tapi ia merasa malu dan sedikit takut setelah Gibran akhirnya menghentikan kegiatan yang membuat ia kesulitan menghirup oksigen.

Gibran mengangkat wajahnya, menatap Nadia yang terbaring di bawahnya dengan tatapan sayu dan polosnya. Gibran tersenyum tipis, menyeka sudut bibir Nadia yang sedikit bengkak. Mungkin tadi ia sedikit kehilangan kontrol sehingga gadis di bawahnya ini tampak kacau, bibirnya bengkak, leher mulusnya penuh tanda merah, dan kancing seragam Nadia yang sudah terbuka, menampakkan dalaman hitam gadis itu yang membungkus dada lembut Nadia yang tadi begitu menyenangkan saat berada dalam kuasanya.

Nadia mengerjap lucu saat Gibran menyarangkan satu kecupan lagi di bibirnya, candu baru untuk laki-laki dewasa itu.

"Ini yang akan Om lakukan kalau Nad tidak hati-hati." Ucap Gibran, mengelus lembut rambut gadis itu yang sudah acak-acakkan. Ck, dia benar-benar kehilangan pikirannya tadi. Gadis kecil pembuat onar ini ternyata mampu membangunkan sisi liarnya yang Gibran pikir tak akan pernah lakukan sebelumya. Gibran bangun dari posisinya. Menarik tangan Nadia yang masih tampak syok dengan apa yang baru dialaminya. Ia bahkan tidak sadar saat Gibran mengancingi kembali seragamnya yang kusut.

"Nad mandi. Setelah itu makan malam."Ujar Gibran menepuk pelan pipi Nadia. Lalu kemudian beranjak keluar dari kamar nuansa pink tersebut meninggalkan Nadia yang masih belum sadar dari keterpakuannya.

***

Nadia duduk diujung sofa dengan selimut membungkus seluruh badannya. Di ujung sofa satunya Gibran duduk dengan tenang menonton acara tv yang sedang memutar salah satu film box office sembari sesekali menyesap kopi hitamnya. Nadia meremang, mengingat lidah yang sedang merasa kopi hitam itu tadinya menyesap habis bibirnya. Diam-diam ternyata Om Gibrannya bisa melakukan hal dewasa seperti itu juga. Nadia pikir, Gibran tidak memiliki pikiran semacam itu terhadapnya apalagi mengingat selama ini Gibran memperlakukannya seperti anak kecil dan sasaran keisengannya tapi ternyata--Nadia bergidik ngeri, tak mau membayangkan apa yang baru saja dialaminya.

"Kenapa Nad?" Gibran bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar yang lebarnya sepuluh kali lebih luas dari tv yang ada di asrama.

Nadia gelagapan, dengan cepat ia mengalihkan perhatiannya kemana saja asal tidak ketahuan sedang memperhatikan Gibran.

"Mau?"

Nadia melirik Gibran dengan sudut matanya, laki-laki mengangkat kopi hitamnya.

"Gak. Terima kasih." Ucapnya sedikit ketus. Gibran mengedikkan bahu tak acuh. Laki-laki itu kembali memusatkan perhatiannya pada layar televisi mengabaikan Nadia yang diam-diam kembali memperhatikannya.

"Om ngapain aja sih di Camp? Kok pulang-pulang jadi gitu?!"

"Jadi gitu apa?"

"Ya gitu?" Nadia keki setengah mati, Gibran malah bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi sebelumnya diantara mereka padahal Nadia masih bisa merasakan bibirnya yang sedikit kebas gara-gara ulah lelaki berwajah kaku yang si*lnya lama-lama jadi keren.

"Ngomong yang jelas." Ujar Gibran meletakkan gelasnya yang sudah kosong diatas meja kaca.

"Ck. Om jangan pura-pura b*go deh. Bibir Nad masih perih neeh." Nadia menggerutu. yang benar aja dong, masa dia harus kembali menceritakan kronologis kejadian diatas ranjang tadi sih?!

"Mana yang perih? Coba Om liat." Gibran menggeser duduknya namun langsung berhenti saat Nadia berteriak.

"NO! Om diem disitu!" Nadia menggerakkan tangannya meminta Gibran untuk tidak bergerak seincipun.

"Kamu kenapa sih? Tidur sana!" Gibran menyandarkan punggungnya disandaran sofa sembari mengganti saluran televisi. Dalam diam ia menertawai sikap Nadia yang terlihat sangat mengemaskan sekarang ini. Ia sudah sangat jauh bertindak tadi tapi anehnya Gibran sama sekali tidak menyesalinya. Ia pasti akan di tertawai oleh teman-temannya kalau sampai mereka tau ia takluk oleh gadis kecil disampingnya ini.

"Nggak. Setelah Om tidur baru Nad nyusul. Nanti Nad diapa-apain lagi pas lagi tidur." Ujarnya menatap Gibran sinis.

"Nad kan seorang istri jadi gak apa-apalah diapa-apain juga sama suami." Ucap Gibran enteng membuat Nadia membelalakan mata.

"Tuh tuh tuuuuh!!!! Apa tuh maksudnya?" Nadia sontak merapatkan selimut di badannya.

Gibran menoleh pada Nadia, menatap gadis itu dengan tatapan kelam dan serius. Nadia menjadi gugup kembali, Gibran tidak mungkin serius kan? Nad masih 17 tahun loh, masa harus ngalamin yang 18 tahun plus sih, kan belum cukup umur. Nadia bermonolog dalam hati.

"Maksudnya seperti yang tadi atau bisa jadi lebih lebih lebiiiiiih lagi." Wajah kaku itu berubah menjadi smirk yang menakutkan dimata Nadia. Smirk Om-om genit. Hih.

Dengan gerakan cepat, Nadia beranjak dari sofa lalu berlari menuju kamarnya menghindar dari Gibran yang hanya tersenyum tipis di tempatnya. Lucu sekali.

.

.

.

Saat masuk kamar semalam, Gibran di sajikan pemandangan yang menggelikan dari Nadia. Gadis itu tidur dengan selimut membelit tubuhnya seperti kepompong dan sekat dari susunan guling dan bantal untuk memisahkan bagian ranjang mereka.

Dan pagi ini, Gibran hanya bisa menggelangkan kepala takjub, pasalnya guling dan bantal sudah berserakan di lantai sedangkan Nadia, gadis kecil yang semalam menatapnya dengan tuduhan perusak otak anak kecil malah tertidur dengan nyaman diatas dadanya. Gibran mengacak puncak kepala nadia gemas. Dengan hati-hati ia memindahkan kepala gadis itu diatas bantal dan mengganti dirinya dengan guling yang ia ambil di lantai.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima subuh. Sebentar lagi adzan subuh berkumandang. Gibran masuk kamar mandi mandi untuk mandi dan berwudhu. Jam enam sebentar ia sudah harus berada di kantor mulai bertugas kembali.

Saat keluar, ia mendapati Nadia sudah terduduk dengan wajah bantalnya. Pelan menyesuaikan dengan sinar terang lampu yang ada di kamarnya.

"Om mau ke mesjid?" Tanyanya mengucek mata.

Gibran mengangguk. "Nad siap-siap solat." Laki-laki berbadan tegak dan kekar itu membuka lemari untuk mengambil baju koko dan sarung yang sengaja ia simpan di rumah besar. Nadia langsung mengalihkan wajahnya saat Gibran melorotkan handuknya begitu saja.

"Om gantian di kamar mandi dong. Gak tau malu bangat." Sungutnya mengipasi wajahnya yang tiba-tiba menghangat. Gara-gara kejadian kemarin sore nih dia jadi paranoid gak jelas begini.

Gibran bergeming. Ia mengedikkan bahu dan dengan sengaja berlama-lama tidak mengenakan bajunya untuk mengerjai Nadia.

"Pake bajunya cepeet kalik Om. Pamer mulu."

"Kamu kenapa sih, bawaannya sensi terus? Wudhu sana!"

Nadia memutar bola mata malas. Gak diri bangat si Om, kemarin udah ngerusakin otak aku, sekarang kayak gak ada dosa. Sebel. Ia menghentakkan kaki kesal masuk kamar mandi, sebelumnya Nadia menyempatkan diri meninju bahu Gibran yang sedang membelakanginya. Gibran hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kekanakan Nadia. Badannya boleh gadis, kelakukan tetap saja anak kecil.

.

.

"Om nggak ngantar Nad?"

"Tidak. Saya harus sudah di kantor jam enam." Gibran mengelus puncak kepala Nadia yang mengikutinya mengenakan seragam. Sepulang dari solat subuh, Gibran langsung sarapan dan bersiap-siap mengenakan seragam lengkapnya untuk ke kantor. Nadia yang tadinya sedang malas-malasan diatas ranjang setelah menyempatkan mengaji setengah lembar mengikuti setiap langkah Gibran yang sedang gantian.

"Tapi nanti Nad di jemput Om kan?" Tanyanya lagi.

"Gak bisa janji. Kita liat sebentar." Jawab Gibran sembari mengenakan baret birunya.

"Yah, kok gitu. Nad kan mau di jemput Om." Rengeknya menggoyang-goyangkan lengan Gibran.

Gibran melirik jam tangannya "Om berangkat. Jangan bawel."

"Tap--"

Cup.

"Assalamualaikum."

Nadia mengerjap. Ia memegang bibirnya yang baru saja dapat kecup basah dari Gibran. Saat tersadar, lelaki itu sudah keluar dari kamarnya.

Ck. dasar om-om genit. Nadia menangkup pipinya, senyum kecil malu-malu terbit di wajahnya.

"Astagaaaaa gue harus mandi. Panas panas panas." Nadia mengibaskan tangan di wajahnya dan seperti orang bodoh, ia tertawa terbahak masuk dalam kamar mandi. Fix, Nadia gila.

***

"Ngapain lu? Bengong mulu dari tadi." Aleksis menyenggol lengan Nadia yang sedang termenung memandang jauh ke arah lapangan basket.

"Gak apa-apa." Elak Nadia. Padahal sih aslinya ia sedang kepikiran Om nya. Dia penasaran maksimal, apa yang memotivasi Gibran sampai tiba-tiba jadi buas begitu. Masa karena uangnya dibelanjain? Pelit amat sih kalau sampe beneran.

"Itu bibit lo kenapa luka?"

"Ma--ma mana?" Nadia gelagapan, memegangi bibirnya. Iya lupa tadi memperhatikan bibirnya jejak Gibran kemarin. Gila bener lah Om nya itu, nyiumnya nafsu bangat sampe bibirnya cedera.

"Tuh, yang ujung." Aleksis menunjuk sudut bibir Nadia.

"Oh, sariawan." Ujarnya bohong. Tidak mungkin ia mengatakan pada Aleksis bahwa bibirnya luka karena di sosor Om Gibran. Nyari mati sih itu.

"Minum obat biar gak meluas." Ujar Aleksis tidak curiga sama sekali.

"Eeh iya." Jawab Nadia tergagap. Ya Ampun, baru ciuman doang deg-degan takut ketahuan kayak gini bangat sih.

"Padahal tadi gue pikir bekas ciuman--"

"Hah?"

"Tapi gak mungkin sih, Om lo kan masih di hutan."

"Ahh hahha bener." Nadia tertawa kering. Ia menghembuskan nafas pelan, mengusap keningnya yang tiba-tiba berkeringat. Kok gue jadi kayak maling gini ya, panik mulu.

***

Haueredang haueredang haueredang... panas panas panaaaaas....

Maafin akoooh yang gak bisa bikin adegan hawwwwt...

gua gak pahaaaaam

gua gak ngertiiiiiii

hiks.

Terpopuler

Comments

Nurmila Karyadi

Nurmila Karyadi

thor coba dh crtanya lbh dikembangakn lg klo gini mash stak ditempat g maju" crtanya..itu" ajah.
sorry loh.

2022-07-06

2

Putri Salsa Bila Jasmin

Putri Salsa Bila Jasmin

lucu sama nadia 😁😁😁

2022-04-24

1

Rhiedha Nasrowi

Rhiedha Nasrowi

tuhh kan jadi ikut baper 😁😁😁

2022-04-14

1

lihat semua
Episodes
1 Gadis nakalnya Om
2 Rumah hijau
3 Tante-tante cantik
4 Tamu tak di undang
5 Drama Makan malam
6 Drama Nadia
7 Pembuat Onar
8 Kabur dari Penjara
9 Semi militer
10 Om-om Tentara
11 Istri-Istri Tentara
12 Main ke Pantai
13 Penjaga Gadis Nakal
14 Ketika Om Tidak Ada
15 Di Ospek Lagi
16 Peliharaan Om-Om
17 Pelajaran dari Om
18 Pelajaran lainnya
19 Dapat Kunjungan
20 Kunjungan Lain
21 Malam mingguan
22 Bocor
23 Yang bersayap
24 Menu Makan Malam
25 Lebih dari 3000
26 Marahnya Gibran
27 Buatan sendiri
28 Milik Nadia
29 Dirgahayu Om Gi
30 Pewaris Gaudia Group
31 Alat Negara
32 Hari H
33 Obatnya Om Gibran
34 Jika harus pisah
35 Istri Sah Gibran Al Fateh
36 Habis manis lalu pergi
37 Menunggu Om Gi kembali
38 Kehidupan Istri Prajurit
39 Terima kasih sudah berjuang.
40 Bunga hidup untuk Om Gi
41 Anak SMA VS Om Tentara
42 Asal Om Gibran Bahagia
43 Tante-tante tutup panci
44 Calon Papa mama yang baik
45 Tugas Negara diatas Keluarga
46 Airmata Seorang Persit
47 Musuh bersama
48 Cemburunya Nadia
49 Nadia dan Om Gibran
50 Mencari Nadia
51 Usaha mendapatkan Maaf
52 Para Lelaki
53 Istrinya Gibran
54 Susu pisang spesial ala Nadia
55 Jalan sama Om-Om
56 Antara Sayang dan cinta
57 Wanitanya Om Gibran
58 Ujian bersama
59 Senjata makan Tuan
60 Salah siapa?
61 Ada apa dengan Om Gi?
62 Ngidam.
63 Satu garis samar lainnya
64 Ngidam Bucin
65 Hati yang Om Gi sakiti
66 Barisan Para Fans
67 Barisan para Fans 2
68 Butuh Piknik
69 Ada hati yang harus dijaga
70 Masih Anak Sekolah
71 Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72 Janji yang diingkari
73 Sumpah seorang Prajurit
74 Tentang Dokter Elsa
75 Hari-hari Terakhir
76 Tak Kenal Maka Tak sayang
77 Rumahku adalah istanaku
78 Matahari terbit di sayap Garuda
79 Menyesuaikan Diri
80 Hari Pertama di tempat Baru
81 Orang-orang Baik
82 Berburu peradaban
83 Istri yang baik
84 Tetangga Rese
85 Milikku
86 Diabaikan
87 Kepergian Nadia
88 Jarak dan Waktu
89 Kata Tanpa Rasa
90 Berita Kelulusan
91 Satu-satunya
92 Jangan Pergi
93 Obrolan serius
94 Anak hasil didikan Gibran
95 Memaafkan dan Menghargai
96 Om-om Serba Bisa
97 Badai Tak Terduga
98 Penyejuk Hati
99 Senandung Cinta Nadia
100 Om Gibran yang Baik
101 Jaga dia untukku
102 Aku pasti kembali
103 Manis Manja
104 Suami sayang Istri
105 Lidah Tetangga
106 Kata Dokter
107 Definisi Cinta
108 Para Pemburu
109 Ulat Sagu
110 Hak milik Gibran
111 Nadia Bakpau
112 Pasangan Serasi???
113 Pria menyebalkan
114 Acara Malam
115 Bayi besar Nadia
116 Obrolan pasangan
117 Lelaki Pujaan
118 Suami Nadia
119 Selamat Datang
120 Ibu dan Ayah Navia
121 Permintaan Maaf
122 The Girls in your Area
123 Balada Cinta Gendis
124 Tour Gratis Distrik
125 Anak Rantau
126 Kisah yang tak diinginkan
127 Pulang kembali
128 Lelaki baik itu masih Ada
129 Om Gi dan Make Up
130 Dia marah?
131 Lebih Sakit
132 Ibu terbaik
133 Hukuman Termanis
134 Mode Biasa
135 Saat Jauh
136 Perkara Kabar
137 Perkara Kabar 2
138 Sesal Tiada Guna
139 Hari yang Aneh
140 Buayanya Nad
141 Oh Ternyata
142 Pesona gadis muda
143 Lelaki Romantis
144 Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145 Mahasiswa Cantik
146 Lelaki Beraroma Segar
147 Dalam Dekapan Om Gi
148 Para Senior Laknat
149 Para Pengganggu
150 Om Gi Yang Lugu
151 Sampai Jumpa Kesayangan
152 Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153 Janji-janji Palsu
154 Disini Hanya Untukmu
155 Nadia Oh Nadia
156 Bersama selamanya
157 Kembali Kerutinitas
158 Vitamin C-nya Nadia
159 Kemerdekaan Tak Abadi
160 Kawasan Wajib Lapor
161 Istrinya Kapten Gibran
162 Bela Negara
163 Topik Utama
164 Teguran Keras
165 Malaikat Itu Nyata Adanya
166 Mari hadapi bersama
167 Atasan Sang Kapten
168 Menjaga Milik Pribadi
169 Jabatan Baru
170 Bos Kecil
171 Mahasiswi Pencitraan
172 Tentang sebuah kepercayaan
173 Ada Apa Dengan Om Gi?
174 Menjadi Dewasa
175 Nadia Hebat
176 Bukan manusia sempurna
177 Hari yang Sibuk
178 Airmata si Cantik
179 Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180 Rasanya Cinta
181 Dilabrak
182 Harta yang berharga
183 Kejutan
184 Love you more
185 Bencong
186 Permintaan Pertama
187 Saran-saran
188 Bakti Sosial
189 Misi Kemanusiaan
190 Operasi Penyelamatan
191 Bahagiaku itu Kamu
192 Di tenda pengungsian
193 Terlalu Memuja
194 Muka Dua
195 Masa Tenang
196 Amit-amit
197 Melepaskan
198 Kumat
199 Menikah itu....
200 Pasca Wedding
201 Ekstra Part. Rindu Berat
202 Ekstra Part 2. Kesayangan
Episodes

Updated 202 Episodes

1
Gadis nakalnya Om
2
Rumah hijau
3
Tante-tante cantik
4
Tamu tak di undang
5
Drama Makan malam
6
Drama Nadia
7
Pembuat Onar
8
Kabur dari Penjara
9
Semi militer
10
Om-om Tentara
11
Istri-Istri Tentara
12
Main ke Pantai
13
Penjaga Gadis Nakal
14
Ketika Om Tidak Ada
15
Di Ospek Lagi
16
Peliharaan Om-Om
17
Pelajaran dari Om
18
Pelajaran lainnya
19
Dapat Kunjungan
20
Kunjungan Lain
21
Malam mingguan
22
Bocor
23
Yang bersayap
24
Menu Makan Malam
25
Lebih dari 3000
26
Marahnya Gibran
27
Buatan sendiri
28
Milik Nadia
29
Dirgahayu Om Gi
30
Pewaris Gaudia Group
31
Alat Negara
32
Hari H
33
Obatnya Om Gibran
34
Jika harus pisah
35
Istri Sah Gibran Al Fateh
36
Habis manis lalu pergi
37
Menunggu Om Gi kembali
38
Kehidupan Istri Prajurit
39
Terima kasih sudah berjuang.
40
Bunga hidup untuk Om Gi
41
Anak SMA VS Om Tentara
42
Asal Om Gibran Bahagia
43
Tante-tante tutup panci
44
Calon Papa mama yang baik
45
Tugas Negara diatas Keluarga
46
Airmata Seorang Persit
47
Musuh bersama
48
Cemburunya Nadia
49
Nadia dan Om Gibran
50
Mencari Nadia
51
Usaha mendapatkan Maaf
52
Para Lelaki
53
Istrinya Gibran
54
Susu pisang spesial ala Nadia
55
Jalan sama Om-Om
56
Antara Sayang dan cinta
57
Wanitanya Om Gibran
58
Ujian bersama
59
Senjata makan Tuan
60
Salah siapa?
61
Ada apa dengan Om Gi?
62
Ngidam.
63
Satu garis samar lainnya
64
Ngidam Bucin
65
Hati yang Om Gi sakiti
66
Barisan Para Fans
67
Barisan para Fans 2
68
Butuh Piknik
69
Ada hati yang harus dijaga
70
Masih Anak Sekolah
71
Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72
Janji yang diingkari
73
Sumpah seorang Prajurit
74
Tentang Dokter Elsa
75
Hari-hari Terakhir
76
Tak Kenal Maka Tak sayang
77
Rumahku adalah istanaku
78
Matahari terbit di sayap Garuda
79
Menyesuaikan Diri
80
Hari Pertama di tempat Baru
81
Orang-orang Baik
82
Berburu peradaban
83
Istri yang baik
84
Tetangga Rese
85
Milikku
86
Diabaikan
87
Kepergian Nadia
88
Jarak dan Waktu
89
Kata Tanpa Rasa
90
Berita Kelulusan
91
Satu-satunya
92
Jangan Pergi
93
Obrolan serius
94
Anak hasil didikan Gibran
95
Memaafkan dan Menghargai
96
Om-om Serba Bisa
97
Badai Tak Terduga
98
Penyejuk Hati
99
Senandung Cinta Nadia
100
Om Gibran yang Baik
101
Jaga dia untukku
102
Aku pasti kembali
103
Manis Manja
104
Suami sayang Istri
105
Lidah Tetangga
106
Kata Dokter
107
Definisi Cinta
108
Para Pemburu
109
Ulat Sagu
110
Hak milik Gibran
111
Nadia Bakpau
112
Pasangan Serasi???
113
Pria menyebalkan
114
Acara Malam
115
Bayi besar Nadia
116
Obrolan pasangan
117
Lelaki Pujaan
118
Suami Nadia
119
Selamat Datang
120
Ibu dan Ayah Navia
121
Permintaan Maaf
122
The Girls in your Area
123
Balada Cinta Gendis
124
Tour Gratis Distrik
125
Anak Rantau
126
Kisah yang tak diinginkan
127
Pulang kembali
128
Lelaki baik itu masih Ada
129
Om Gi dan Make Up
130
Dia marah?
131
Lebih Sakit
132
Ibu terbaik
133
Hukuman Termanis
134
Mode Biasa
135
Saat Jauh
136
Perkara Kabar
137
Perkara Kabar 2
138
Sesal Tiada Guna
139
Hari yang Aneh
140
Buayanya Nad
141
Oh Ternyata
142
Pesona gadis muda
143
Lelaki Romantis
144
Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145
Mahasiswa Cantik
146
Lelaki Beraroma Segar
147
Dalam Dekapan Om Gi
148
Para Senior Laknat
149
Para Pengganggu
150
Om Gi Yang Lugu
151
Sampai Jumpa Kesayangan
152
Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153
Janji-janji Palsu
154
Disini Hanya Untukmu
155
Nadia Oh Nadia
156
Bersama selamanya
157
Kembali Kerutinitas
158
Vitamin C-nya Nadia
159
Kemerdekaan Tak Abadi
160
Kawasan Wajib Lapor
161
Istrinya Kapten Gibran
162
Bela Negara
163
Topik Utama
164
Teguran Keras
165
Malaikat Itu Nyata Adanya
166
Mari hadapi bersama
167
Atasan Sang Kapten
168
Menjaga Milik Pribadi
169
Jabatan Baru
170
Bos Kecil
171
Mahasiswi Pencitraan
172
Tentang sebuah kepercayaan
173
Ada Apa Dengan Om Gi?
174
Menjadi Dewasa
175
Nadia Hebat
176
Bukan manusia sempurna
177
Hari yang Sibuk
178
Airmata si Cantik
179
Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180
Rasanya Cinta
181
Dilabrak
182
Harta yang berharga
183
Kejutan
184
Love you more
185
Bencong
186
Permintaan Pertama
187
Saran-saran
188
Bakti Sosial
189
Misi Kemanusiaan
190
Operasi Penyelamatan
191
Bahagiaku itu Kamu
192
Di tenda pengungsian
193
Terlalu Memuja
194
Muka Dua
195
Masa Tenang
196
Amit-amit
197
Melepaskan
198
Kumat
199
Menikah itu....
200
Pasca Wedding
201
Ekstra Part. Rindu Berat
202
Ekstra Part 2. Kesayangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!