Di Ospek Lagi

Nadia menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya. Sesekali mengucek hidungnya yang gatal. Dalam kepalanya yang terlintas adalah menyate bu agus dan menghidangkannya untuk kucing-kucing jalanan yang tidak dapat makanan. Ujung lidahnya sudah lama gatal ingin mengeluarkan semua kosakata primitifnya jika seandainya pesan Gibran tidak datang menyelip seperti bisikan-bisikan malaikat untuk tetap menahan diri. Bagaimana ia tidak kesal kalau ternyata undangan kegiatan awal prakarya yang dimaksud adalah Ospek terselubung yang direncanakan atas hasil kerja otak jahil bu Agus yang sepertinya menyimpan dendan kesumat untuknya. Nadia yang katanya adalah ketua kelompok dari seluruh kelompok prakarya ternyata dijadikan tim tapis beras untuk acara makan-makan demi terciptanya ikatan hati diantara para ibu-ibu anggota. Uweeeek. Nadia rasanya ingin muntah mendengar kalimat manis itu saat keluar dari mulut bu agus sebagai penggagas acara.

Seharusnya sore ini ia sedang nonton di bioskop dengan tiga sahabatnya. Mereka sudah janjian untuk menebus kebersamaan mereka yang hilang saat party di The Narnia tapi lagi-lagi Nadia harus menelan kesal karena harus memenuhi salah satu kewajibannya sebagai istri seorang prajurit yakni ikut andil dalam kegiatan persit di lingkungan asrama.

"Dek Nadia, biar kami saja yang tapis berasnya, kasian Dek Nadia sejak tadi tidak berhenti bersin."

Nadia tersenyum kaku pada Tante Ketut yang juga sedang menepis beras bersamanya.

"Iya, Dek. Lagian Adek seharusnya sedang mengatur cemilan di depan bukannya malah tante agus." Timpal seorang lagi yang Nadia tebak sebagai tim nyinyir pihak lawan Bu Agus.

Nadia menyetujui dalam hati. Kalau sekarang mau bicara masalah pangkat suami, Nadia jelas adalah bos disini karena Gibran memiliki pangkat paling tinggi diantara suami ibu-ibu lainnya tapi sekarang yang sedang diberlakukan adalah statusnya sebagai anggota baru dalam perkumpulan. Ia yang belum lama menyandang status sebagai istri Kapten Gibran Al Fateh termasuk dalam barisan junior yang sedang di ospek oleh seniornya. Sangat menyebalkan. Bahkan tak di pungkiri diam-diam praktek senior junior berlaku dikalangan ibu-ibu berseragam hijau ini.

"Tidak apa-apa tante Ketut, tante Arya, hitung-hitung ini sebagai latihan untuk Dek Nadia mengurus rumah tangga. Iya kan, Dek?"

Nadia memutar bola mata sebal mendengar penuturan tante Agus yang muncul sudah seperti jaelangkung. Padahal sudah baik tante-tante beralis tebal sebelah itu mengurus di depan saja setidaknya Nadia hanya perlu bersabar menapis beras, tidak dengan meladeni mulut nyinyirnya.

"Setelah ini, Dek Nadia bisa kan membantu di depan? Bungkus-bungkusin cemilan untuk dibawa pulang ibu-ibu."

LAGI????? Nadia menghela nafas panjang. Kesabarannya benar-benar sedang di uji disini. Bisa-bisa badannya remuk, pekerjaan ini tidak ada habisnya. Nadia tak menyahut. Ia dengan sengaja menapis berat tinggi-tinggi sehingga debunya beterbangan kearah tante Agus yang resenya sudah level akut.

"Ops! Maaf tante, gak sengaja." Katanya pura-pura menyesal saat Tante beralis tebal sebelah itu menatapnya tajam. Dalam hati Nadia terbahak melihat rambut disanggul besar itu tampak berwarna putih karena debu beras.

"Ck. Hati-hati dong dek, kalau tidak ikhlas ya jangan dikerja."

"Ah ikhlas kok tante, Nadia ikhlas lahir batin." Ujar Nadia dengan senyum dibuat-buat. Ikhlas dari mananya, gak ada orang ikhlas kalau kerjaannya dipaksakan seperti ini. Ugh--kuku-kuku cantiknya, Nadia menatap gusar jemarinya yang bening kini penuh abu.

Nadia lengsung ke kamar mandi setelah menyelesaikan pekerjaannya menapis beras dua puluh liter bersama dua orang istri tentara lainnya. Rumah yang mereka pakai untuk persiapan adalah milik salah satu prajurit, modelnya sama persis dengan rumah asrama yang ia tinggali bersama Gibran, bedanya hanya pada jenis bangunannya. Kalau rumah asrama mereka sudah dibangun permanen semua sedangkan rumah yang ini masih semi permanen, setengah dinding tembok dan setengahnya lagi papan.

"Lho, Nad? Kamu disini, Nak?"

Nadia yang baru saja duduk bergabung dengan ibu-ibu lainnya membungkus cemilan tersenyum sopan pada Mama Elsa yang juga berada diantara mereka, hanya saja ibu ketua tentu tugasnya bukan membungkus tapi mengarahkan.

"Siap, Iya, Bu." Jawab Nadia sungkan. Bagaimanapun, disini Mama Elsa adalah Ibu ketua, lain cerita kalau di luar ini. Nadia tentu tidak akan berani memanggil Mama Elsa dengan panggilan diantara beberapa pasang mata yang diam-diam meliriknya.

"Jadi Nad sekarang di asrama atau di rumah besar?"

"Izin, di rumah besar, Bu."

"Oh gitu. Nad mainlah ke rumah. Nginap kalau bisa biar Elsa ada teman ngobrolnya."

Teman ngobrol Elsa? Nadia meringis. Apa yang bisa diobrolkan dengan Dokter cantik tapi nyebelin itu, ngobrolin Om Gibran? Yang benar aja lah Mama Elsa ini, bukannya ngobrol jatuhnya malah adu jontos. Nadia tentu bukan gadis baik-baik yang hanya akan diam saja kalau Dokter Elsa memulai konfrontasi.

"Siap, Insya Allah, Bu."

.

.

.

"Lo ngapain Nad?"

"Diem deh, San. Gue lagi menetralisir energi-energi jahat dalam tubuh gue."

"Ya kan nggak mesti diatas pohon juga tapanya. Lalai sedikit, nyunsep lu!"

Nadia membuka matanya perlahan. Ia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan mengakhiri kegiatan yoga dadakannya.

"Gue lagi kesal, Sand. Keseeeeel bangat!" Nadia turun dari atas pohon yang ada di halaman belakang rumahnya pelan-pelan. Di bawah Sandra sudah menunggu dengan sekeranjang buah apel yang dipesan oleh Nadia. Cewek manis berambut sebahu itu menatap sahabatnya kasihan. Pagi tadi dirinya mendapat chat darurat dari Nadia yang mengabarkan dirinya tengah dalam masalah kecemasan dan kekesalan yang membahayakan. Sudah seminggu sejak suami Nadia sekaligus sang idola itu meninggalkan sahabatnya untuk latihan gabungan dan sudah seminggu juga setiap hari mereka harus mendengar ratapan Nadia mengenai perannya sebagai istri prajurit yang katanya sangat menguji keimanannya.

Sandra tidak tau pasti apa yang Nadia maksud dengan kelompok prakarya tapi yang jelas, kegiatannya itu lah yang membuat sahabatnya itu sering tertidur dalam kelas karena begadang semalaman belajar membuat berbagai jenis keterampilan. Tangannya bahkan sudah melepuh karena tetesan lem lilin yang keseringan digunakannya. Belum lagi Nadia tak jarang mendapat hukuman di sekolah karena ketahuan oleh guru tertidur saat jam pelajaran.

"Apa gue ngundurin diri aja ya dari keanggotaan? Bisa gila gue lama-lama ngadepin ibu-ibu modelan Bu Agus tiap ada pertemuan."

"Lah, mana bisa sayaaaaaaang. Kecuali Om Gi ngundurin diri jadi tentara baru tuh lo lepas dari keanggotaan." Ujar Sandra mengikuti langkah Nadia masuk ke dalam rumah.

"Tapi gue capek, San? Lu bayangin dong, gue benerin kancing baju aja gak tau, lah sekarang di suruh ngajarin orang lain ngerangkai bunga dari barang bekas. Namanya aja barang bekas, gue jijai lah megangnya." Keluh Nadia, menjatuhkan diri diatas sofa panjang di ruang keluarga.

"Ya lo bilang aja gak bisa. Jujur sama ibu-ibu lain."

"Udah bahkan hampir setiap ada kesempatan gue ngomong tapi kata mereka 'Dek Nadia, tidak ada yang tidak bisa kita kerjain kalau ada niat dan kemauan untuk mencoba' Anj*r gak tuh? Gue gak ada niat sama sekali apalagi kemauan kuat, gak ada gue." Ocehnya melampiaskan semua beban di hatinya.

"Betewe Gendis dan Aleksis mana? Kok lo doang?" Tanya Nadia saat menyadari keabsenan dua sahabatnya.

"Gendis ada acara keluarga yang gak bisa ditinggal. Kalau Si Aleksis lagi di paksa Maminya belajar masak. Makanya grup chat faedahnya buat tau berita bu, nah eluu, hp canggih cuma ngisi laci doang." Omel Sandra.

Nadia memberenggut "Malas gue liat hp. Bawaannya pen banting tuh barang. Nggak ada gunannya gue bawa-bawa, Om Gibran gak ada ngehubungin."

"Serius lu? Seminggu ini?"

Nadia mengangguk. Selain beban mental kegiatan persit, Nadia juga dibuat pusing oleh Gibran yang tak ada mengirim kabar sama sekali.

"Udah di telen ular kali tu Om-om!" Gumamnya sadis.

"Jangan sembarang lu kalo ngomong. Mau lu jadi janda kembang? Masih untung ada Om Gibran yang mau jadiin lu istri, kalau enggak, dah lah si jeremi doang yang mau sama cewek modelan lu." Sandra tertawa kencang saat Nadia memukulnya dengan sendal bulu-bulu.

"Ini apaan" Sandra yang sudah berhasil meredam tawanya menujuk dos besar yang ada di ruangan tersebut.

"Pekerjaan rumah."

"Pekerjaan rumah? Perasaan gak ada tugas deh dari sekolah."

"Emang iya. Itu barang-barang bekas yang gue maksud. Arg! kayaknya bentar lagi gue pindah ke RSJ deh, stres gue lama-lama kayak gini." Nadia menghentak-hentakkan kakinya kesal.

Sandra yang duduk disampingnya hanya bisa mengelus bahu Nadia, menenangkan sahabatnya itu.

"Udah jangan dipikirin lagi. Mending sekarang kita nyalon biar stres lu hilang. Gue bayarin."

Nadia menatap Sandra tak percaya "Serius lu? Dapat duit dari mana lu? Lu opet apa ngepet?"

Sandra mendelik sebal "Enak aja lu ngomong. Dari papi gue dong. Doi lagi bahagia bangat dapat kabar mami hamil lagi." Sandra menaik turunkan alisnya.

"Mami lu hamil? Lah masih bisa?" Nadia duduk menghadap Sandra dengan serius. Berita viral nih, Mami sandra yang terkenal sosialita takut gendut sekarang malah hamil. Wow, jago juga papi Sandra.

"Masih lah. Mami gue masih muda gitu. Si papi tuh yang udah nunggu selama enam belas tahun senang bangat akhirnya ngebobolin mami lagi."

"Lu gak apa-apa punya adek bayi?"

"Gak apa-apalah supaya over protektif papi pindah ke baby dan gue bebas merdeka." Sandra berseru senang.

"Iya juga sih. Pasti seru tuh ada yang dimainin dalam rumah." Ucap Nadia ikut merasakan euforia kebahagian dari kabar bahagia dari keluarga Sandra.

"Betewe lu kok belum hamil-- AWW SAKEEEET GILAAAA!! Lepasin rambut gue!"

"Lu ngomong hamil sekali lagi, gue botakin lu!" Nadia melepaskan tangannya dari sejumput rambut Sandra.

Sandra meringis memegangi rambutnya pendeknya yang ditarik Nadia tanpa perasaan. Benar-benar ya punya sohib kok bar-barnya ampun-ampunan. Baru juga nyebut hamil sudah kayak ular diinjak ekornya.

"Lo kan punya suami, Lah kenapa emang kalo hamil? Udah halal, tenang aja." Sandra sepertinya tidak kapok rambutnya ditarik Nadia. Mulutnya masih juga menyebut kata terlarang itu di depan Nadia yang wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Gue masih sekolah,Mana boleh hamil." Nadia melipat tangannya di dada dengan wajah tak bisa dikondisikan lagi. Malu, kesal, gemes dan Kalau bahas-bahas hamil gini, otak kotornya auto mengingat Om Gibran yang Hawwwwt bangat itu, dadanya yang bidang, perutnya yang kotak-kotak, ototnya yang gelondotanable dan Astaga Nadia, tidak tidak tidaaaak. Jangan mikir kotor, jangan mikir kotor. Ugh, si*lan si Sandra pake bahas hamil-hamil lagi. Nadia menepuk-nepuk pipinya yang tiba-tiba hangat.

"Hayooo mikir kotor kan lu? Ngaku lu! Gue aduin Om Gibran m*mpus lu dihamilin."

"Hanjiiiir mulut lo sandraaaaa!" Nadia berteriak menutup kuping.

"Alah lu udah nikah otak jangan dibiarin bersih. Ntar gue bawain koleksi DVD kakak sepupu gue biar lo bisa belajar caranya nyenengin Om lo."

"Sumpah ya punya sahabat isi otaknya kotoran semua. Balik lu sana, berendam air ruqyah." Nadia beranjak dari ruang tengah dengan langkah menghentak kesal, kedua tangan menutup telinganya rapat. Di tempatnya Sandra terbahak puas mengerjai sahabatnya.

"NAD! WOEEEE! JADI NYALON GAK? BIAR KULIT LO MULUUUS LEMBUUUT, OM GIBRAN MANTEEP JUGA NGELUSNYA!!!"

Nadia yang berhenti di anak tangga pertama melempar sendalnya kearah Sandra "PULANG LU SETAAAAAAN!!!"

***

Jadi guys, di episode ini om gibran gak muncul. Orangnya lagi di hutan, main sama monyet. Siapa tau bisa bawa pulang buat Nad, teman nyari kutu merekaaaa. Hihihiii

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

glendotanable ya.. 😅😅

2023-09-03

2

Naura Sabrina

Naura Sabrina

aku malam2 ngakak baca n8h novel auto sendal jepit mas bojo mendarat dngan bebas tampa hambatan d kepala😅😅😢😭😭😭😭

2023-03-07

1

Riska Rizkiyani

Riska Rizkiyani

baru nemu😁😁😁
syuka sekaleeeeee

2022-11-28

1

lihat semua
Episodes
1 Gadis nakalnya Om
2 Rumah hijau
3 Tante-tante cantik
4 Tamu tak di undang
5 Drama Makan malam
6 Drama Nadia
7 Pembuat Onar
8 Kabur dari Penjara
9 Semi militer
10 Om-om Tentara
11 Istri-Istri Tentara
12 Main ke Pantai
13 Penjaga Gadis Nakal
14 Ketika Om Tidak Ada
15 Di Ospek Lagi
16 Peliharaan Om-Om
17 Pelajaran dari Om
18 Pelajaran lainnya
19 Dapat Kunjungan
20 Kunjungan Lain
21 Malam mingguan
22 Bocor
23 Yang bersayap
24 Menu Makan Malam
25 Lebih dari 3000
26 Marahnya Gibran
27 Buatan sendiri
28 Milik Nadia
29 Dirgahayu Om Gi
30 Pewaris Gaudia Group
31 Alat Negara
32 Hari H
33 Obatnya Om Gibran
34 Jika harus pisah
35 Istri Sah Gibran Al Fateh
36 Habis manis lalu pergi
37 Menunggu Om Gi kembali
38 Kehidupan Istri Prajurit
39 Terima kasih sudah berjuang.
40 Bunga hidup untuk Om Gi
41 Anak SMA VS Om Tentara
42 Asal Om Gibran Bahagia
43 Tante-tante tutup panci
44 Calon Papa mama yang baik
45 Tugas Negara diatas Keluarga
46 Airmata Seorang Persit
47 Musuh bersama
48 Cemburunya Nadia
49 Nadia dan Om Gibran
50 Mencari Nadia
51 Usaha mendapatkan Maaf
52 Para Lelaki
53 Istrinya Gibran
54 Susu pisang spesial ala Nadia
55 Jalan sama Om-Om
56 Antara Sayang dan cinta
57 Wanitanya Om Gibran
58 Ujian bersama
59 Senjata makan Tuan
60 Salah siapa?
61 Ada apa dengan Om Gi?
62 Ngidam.
63 Satu garis samar lainnya
64 Ngidam Bucin
65 Hati yang Om Gi sakiti
66 Barisan Para Fans
67 Barisan para Fans 2
68 Butuh Piknik
69 Ada hati yang harus dijaga
70 Masih Anak Sekolah
71 Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72 Janji yang diingkari
73 Sumpah seorang Prajurit
74 Tentang Dokter Elsa
75 Hari-hari Terakhir
76 Tak Kenal Maka Tak sayang
77 Rumahku adalah istanaku
78 Matahari terbit di sayap Garuda
79 Menyesuaikan Diri
80 Hari Pertama di tempat Baru
81 Orang-orang Baik
82 Berburu peradaban
83 Istri yang baik
84 Tetangga Rese
85 Milikku
86 Diabaikan
87 Kepergian Nadia
88 Jarak dan Waktu
89 Kata Tanpa Rasa
90 Berita Kelulusan
91 Satu-satunya
92 Jangan Pergi
93 Obrolan serius
94 Anak hasil didikan Gibran
95 Memaafkan dan Menghargai
96 Om-om Serba Bisa
97 Badai Tak Terduga
98 Penyejuk Hati
99 Senandung Cinta Nadia
100 Om Gibran yang Baik
101 Jaga dia untukku
102 Aku pasti kembali
103 Manis Manja
104 Suami sayang Istri
105 Lidah Tetangga
106 Kata Dokter
107 Definisi Cinta
108 Para Pemburu
109 Ulat Sagu
110 Hak milik Gibran
111 Nadia Bakpau
112 Pasangan Serasi???
113 Pria menyebalkan
114 Acara Malam
115 Bayi besar Nadia
116 Obrolan pasangan
117 Lelaki Pujaan
118 Suami Nadia
119 Selamat Datang
120 Ibu dan Ayah Navia
121 Permintaan Maaf
122 The Girls in your Area
123 Balada Cinta Gendis
124 Tour Gratis Distrik
125 Anak Rantau
126 Kisah yang tak diinginkan
127 Pulang kembali
128 Lelaki baik itu masih Ada
129 Om Gi dan Make Up
130 Dia marah?
131 Lebih Sakit
132 Ibu terbaik
133 Hukuman Termanis
134 Mode Biasa
135 Saat Jauh
136 Perkara Kabar
137 Perkara Kabar 2
138 Sesal Tiada Guna
139 Hari yang Aneh
140 Buayanya Nad
141 Oh Ternyata
142 Pesona gadis muda
143 Lelaki Romantis
144 Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145 Mahasiswa Cantik
146 Lelaki Beraroma Segar
147 Dalam Dekapan Om Gi
148 Para Senior Laknat
149 Para Pengganggu
150 Om Gi Yang Lugu
151 Sampai Jumpa Kesayangan
152 Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153 Janji-janji Palsu
154 Disini Hanya Untukmu
155 Nadia Oh Nadia
156 Bersama selamanya
157 Kembali Kerutinitas
158 Vitamin C-nya Nadia
159 Kemerdekaan Tak Abadi
160 Kawasan Wajib Lapor
161 Istrinya Kapten Gibran
162 Bela Negara
163 Topik Utama
164 Teguran Keras
165 Malaikat Itu Nyata Adanya
166 Mari hadapi bersama
167 Atasan Sang Kapten
168 Menjaga Milik Pribadi
169 Jabatan Baru
170 Bos Kecil
171 Mahasiswi Pencitraan
172 Tentang sebuah kepercayaan
173 Ada Apa Dengan Om Gi?
174 Menjadi Dewasa
175 Nadia Hebat
176 Bukan manusia sempurna
177 Hari yang Sibuk
178 Airmata si Cantik
179 Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180 Rasanya Cinta
181 Dilabrak
182 Harta yang berharga
183 Kejutan
184 Love you more
185 Bencong
186 Permintaan Pertama
187 Saran-saran
188 Bakti Sosial
189 Misi Kemanusiaan
190 Operasi Penyelamatan
191 Bahagiaku itu Kamu
192 Di tenda pengungsian
193 Terlalu Memuja
194 Muka Dua
195 Masa Tenang
196 Amit-amit
197 Melepaskan
198 Kumat
199 Menikah itu....
200 Pasca Wedding
201 Ekstra Part. Rindu Berat
202 Ekstra Part 2. Kesayangan
Episodes

Updated 202 Episodes

1
Gadis nakalnya Om
2
Rumah hijau
3
Tante-tante cantik
4
Tamu tak di undang
5
Drama Makan malam
6
Drama Nadia
7
Pembuat Onar
8
Kabur dari Penjara
9
Semi militer
10
Om-om Tentara
11
Istri-Istri Tentara
12
Main ke Pantai
13
Penjaga Gadis Nakal
14
Ketika Om Tidak Ada
15
Di Ospek Lagi
16
Peliharaan Om-Om
17
Pelajaran dari Om
18
Pelajaran lainnya
19
Dapat Kunjungan
20
Kunjungan Lain
21
Malam mingguan
22
Bocor
23
Yang bersayap
24
Menu Makan Malam
25
Lebih dari 3000
26
Marahnya Gibran
27
Buatan sendiri
28
Milik Nadia
29
Dirgahayu Om Gi
30
Pewaris Gaudia Group
31
Alat Negara
32
Hari H
33
Obatnya Om Gibran
34
Jika harus pisah
35
Istri Sah Gibran Al Fateh
36
Habis manis lalu pergi
37
Menunggu Om Gi kembali
38
Kehidupan Istri Prajurit
39
Terima kasih sudah berjuang.
40
Bunga hidup untuk Om Gi
41
Anak SMA VS Om Tentara
42
Asal Om Gibran Bahagia
43
Tante-tante tutup panci
44
Calon Papa mama yang baik
45
Tugas Negara diatas Keluarga
46
Airmata Seorang Persit
47
Musuh bersama
48
Cemburunya Nadia
49
Nadia dan Om Gibran
50
Mencari Nadia
51
Usaha mendapatkan Maaf
52
Para Lelaki
53
Istrinya Gibran
54
Susu pisang spesial ala Nadia
55
Jalan sama Om-Om
56
Antara Sayang dan cinta
57
Wanitanya Om Gibran
58
Ujian bersama
59
Senjata makan Tuan
60
Salah siapa?
61
Ada apa dengan Om Gi?
62
Ngidam.
63
Satu garis samar lainnya
64
Ngidam Bucin
65
Hati yang Om Gi sakiti
66
Barisan Para Fans
67
Barisan para Fans 2
68
Butuh Piknik
69
Ada hati yang harus dijaga
70
Masih Anak Sekolah
71
Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72
Janji yang diingkari
73
Sumpah seorang Prajurit
74
Tentang Dokter Elsa
75
Hari-hari Terakhir
76
Tak Kenal Maka Tak sayang
77
Rumahku adalah istanaku
78
Matahari terbit di sayap Garuda
79
Menyesuaikan Diri
80
Hari Pertama di tempat Baru
81
Orang-orang Baik
82
Berburu peradaban
83
Istri yang baik
84
Tetangga Rese
85
Milikku
86
Diabaikan
87
Kepergian Nadia
88
Jarak dan Waktu
89
Kata Tanpa Rasa
90
Berita Kelulusan
91
Satu-satunya
92
Jangan Pergi
93
Obrolan serius
94
Anak hasil didikan Gibran
95
Memaafkan dan Menghargai
96
Om-om Serba Bisa
97
Badai Tak Terduga
98
Penyejuk Hati
99
Senandung Cinta Nadia
100
Om Gibran yang Baik
101
Jaga dia untukku
102
Aku pasti kembali
103
Manis Manja
104
Suami sayang Istri
105
Lidah Tetangga
106
Kata Dokter
107
Definisi Cinta
108
Para Pemburu
109
Ulat Sagu
110
Hak milik Gibran
111
Nadia Bakpau
112
Pasangan Serasi???
113
Pria menyebalkan
114
Acara Malam
115
Bayi besar Nadia
116
Obrolan pasangan
117
Lelaki Pujaan
118
Suami Nadia
119
Selamat Datang
120
Ibu dan Ayah Navia
121
Permintaan Maaf
122
The Girls in your Area
123
Balada Cinta Gendis
124
Tour Gratis Distrik
125
Anak Rantau
126
Kisah yang tak diinginkan
127
Pulang kembali
128
Lelaki baik itu masih Ada
129
Om Gi dan Make Up
130
Dia marah?
131
Lebih Sakit
132
Ibu terbaik
133
Hukuman Termanis
134
Mode Biasa
135
Saat Jauh
136
Perkara Kabar
137
Perkara Kabar 2
138
Sesal Tiada Guna
139
Hari yang Aneh
140
Buayanya Nad
141
Oh Ternyata
142
Pesona gadis muda
143
Lelaki Romantis
144
Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145
Mahasiswa Cantik
146
Lelaki Beraroma Segar
147
Dalam Dekapan Om Gi
148
Para Senior Laknat
149
Para Pengganggu
150
Om Gi Yang Lugu
151
Sampai Jumpa Kesayangan
152
Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153
Janji-janji Palsu
154
Disini Hanya Untukmu
155
Nadia Oh Nadia
156
Bersama selamanya
157
Kembali Kerutinitas
158
Vitamin C-nya Nadia
159
Kemerdekaan Tak Abadi
160
Kawasan Wajib Lapor
161
Istrinya Kapten Gibran
162
Bela Negara
163
Topik Utama
164
Teguran Keras
165
Malaikat Itu Nyata Adanya
166
Mari hadapi bersama
167
Atasan Sang Kapten
168
Menjaga Milik Pribadi
169
Jabatan Baru
170
Bos Kecil
171
Mahasiswi Pencitraan
172
Tentang sebuah kepercayaan
173
Ada Apa Dengan Om Gi?
174
Menjadi Dewasa
175
Nadia Hebat
176
Bukan manusia sempurna
177
Hari yang Sibuk
178
Airmata si Cantik
179
Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180
Rasanya Cinta
181
Dilabrak
182
Harta yang berharga
183
Kejutan
184
Love you more
185
Bencong
186
Permintaan Pertama
187
Saran-saran
188
Bakti Sosial
189
Misi Kemanusiaan
190
Operasi Penyelamatan
191
Bahagiaku itu Kamu
192
Di tenda pengungsian
193
Terlalu Memuja
194
Muka Dua
195
Masa Tenang
196
Amit-amit
197
Melepaskan
198
Kumat
199
Menikah itu....
200
Pasca Wedding
201
Ekstra Part. Rindu Berat
202
Ekstra Part 2. Kesayangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!