Om-om Tentara

"Nad, tolong ambilin garam di lemari atas." Pinta Gibran yang tengah mengaduk soup ayam. Nadia yang sedang duduk diatas pantry sambil makan buah apel hanya menjadi penonton dan tim icip-icip tiap kali Gibran masuk dapur.

"Ambil sendiri. Nad sibuk." Jawabnya mengangkat kakinya diatas kaki lainnya. Gadis yang baru saja berendam dalam kolam asrama itu bahkan belum berpakaian setelah mandi dengan air bersih.

"Malam ini mau puasa?" Tanya Gibran sarkas menatap datar Nadia yang terlihat tak peduli dengan ucapan Gibran. Kalau sudah mode ngambek, Nadia berubah seratus kali lebih menyebalkan dari biasanya.

"Gak dong. Kan mau makan soup ayam." Jawabnya santai.

"Makan hanya untuk orang yang bekerja." Gibran kembali mengaduk soup sembari mengecilkan api.

"Hanya berlaku untuk rakyat jelata, bukan Nad."

Gibran tersenyum tipis, menganggukkan kepala seolah menyetujui ucapan Nadia.

"Kalau ada yang kelaparan malam ini. Saya akan kunci di kamar mandi." Katanya santai. Ia melipat tangan di dada menantang gadis kecil si keras kepala.

Nadia memanyunkan bibirnya. Ia kalah, selalu kalah. Dengan kesal ia melompat turun dari pantry lalu membuka lemari untuk mengambil garam yang diminta Gibran.

"Nih!" Ujarnya meletakkan kasar sebungkus garam di telapak tangan Gibran.

"Terima kasih Nadia." Gibran menepuk-nepuk pipi Nadia sedikit keras yang ditepis gadis kecil itu dengan kasar.

"Cepetaaan, Nad laper!" Ucapnya ketus, sembari menghentakkan kaki kesal, kembali ke tempat duduknya semula.

Gibran tak begitu memperdulikan sikap nadia yang terbilang kasar padanya karena itu lebih baik bagi Gibran dibandingkan Nadia mendiamkannya seperti awal pertemuan mereka pasca kecelakaan yang menimpa kedua orangtua gadis itu. Saat pertama menemui Nadia, Gibran sampai hampir berputus asa mengajak Nadia bicara karena selama seminggu bersamanya, Nadia tak sekalipun mengeluarkan sepatah atau dua patah kata. Di siang hari ia hanya diam memandang keluar jendela, sedangkan di malam hari Nadia akan menutup diri dengan selimut. Nadia hanya mau makan itupun disuapi oleh Mbak. Suara pertama yang keluar dari mulut Nadia adalah saat Gibran bersiap untuk kembali ke asrama dengan seragam lengkapnya hendak berpamitan namun gadis itu malah menangis histeris meminta ikut. Sepanjang hari itu Nadia terus menangis minta ikut, mengulang-ulang kata yang sama dan menurut dokter yang menangani traumanya, Nadia merasa keadaan itu sama persis saat kedua orangtuanya pamit mengantarkan Gibran.

"Awas!" Gibran mendorong pelan bahu Nadia yang menghalanginya mengambil piring.

"Permisi kek, apa kek." Nadia melayangkan kakinya kearah Gibran namun langsung di tangkap oleh laki-laki itu. Gibran tersenyum penuh kemenangan, menaikkan satu alisnya mengejek Nadia.

Nadia yang merasa kesal lalu melayangkan satu kakinya lagi yang kemudian membuat paha putihnya terekspos.

"Pake baju!" Ujar Gibran memperbaiki posisi bathrobe Nadia yang tersingkap yang menampakkan paha mulus gadis remaja itu. Gibran menggelengkan kepala heran, baru beberapa jam lalu Gadis di depannya ini menangis sesunggukkan gara-gara Gibran melepas pakaiannya tapi sekarang dia sendiri yang dengan santainya tidak berpakaian layak di depan Gibran. Abg Labil.

"Entaran Om, habis makan."

"Ganti baju atau tidak ada makan malam untuk kamu."

"Ugh! Apa-apa main ngancem. Dasar Om-om Tua." Nadia melompat dari tempatnya namun kali ini tidak mendarat diatas lantai melainkan langsung gelantungan di punggung Gibran. Sungguh ujian berat bagi Gibran, badan sintal itu begitu terasa menyentuh indra perabanya meskipun dilapisi oleh bathrobe gadis itu tapi bagian-bagian menonjol dari anatomi Nadia bisa ia rasakan, menguji imannya sebagai laki-laki beradab yang hanya setipis kulit bawang jika saja gadis ini tau.

"Tur--Auch!!!"

"Haha rasain tuh gigitan Nad! Weeeek!!!" Nadia berlari masuk ke dalam kamar setelah menancapkan giginya di bahu Gibran yang hanya memakai baju singlet hitam.

.

.

.

"Sa---tu... du---a ULANGI!"

"Om ngitungnya yang bener dong, masa satu aja lama banget gitu." Protes Nadia pada laki-laki yang tengah berbaring santai di depan tv yang matanya tertuju pada dirinya yang tengah melakukan squat jump.

Akibat dari ulahnya menggigit Gibran, Nadia harus menerima hukuman squat jump sepuluh kali dari Gibran. Bukan hal besar bagi Nadia yang bisa dibilang terbiasa melakoni hukuman itu sejak mendapat pengasuhan Gibran hanya saja yang membuat dia kesal adalah cara hitung Gibran yang sengaja melama-lamakannya. Kalau bukan karena soup ayam yang terhidang di atas meja, ia tidak akan mau melakukan hukuman menyebalkan ini tapi cacing-cacing di perutnya perlu diselamatkan dari kepunahan.

"Itu udah bener. Ulangi!"

Nadia rasa-rasanya ingin melempar remot tv di kepala Omnya itu. Benar-benar tidak punya hati, coba saja Nadia punya keberanian lebih, udah habis om-om tua itu di tangannya.

Nadia mengulangi kembali dari hitungan satu namun kali ini Gibran benar-benar menghitung dengan durasi waktu yang tepat. Sudah cukup hukuman untuk si kecil malam ini.

"Udah kan? Nad laper, mau makan." Nadia segera mengambil mangkok soupnya setelah menyelesaikan hukumannya lalu duduk melantai di depan tv. Sementara Gibran melanjutkan acara santainya menonton acara dunia dalam berita yang di tayangkan salah satu stasiun tv.

Tok tok tok.

"Assalamualaikum."

Gibran dan Nadia saling melirik saat mendengar suara seseorang mengucapkan salam.

"Assalamualaikum, kapten."

Gibran segera bangun lalu mengambil kaosnya di dalam kamar saat mendengar suara para pria bersahutan diluar rumah.

"Pakai!" Gibran melemparkan salah satu sweaternya pada Nadia yang saat itu hanya memakai baju tipis bertali spageti.

"Waalaikumsalam." Gibran segera membuka pintu setelah memastikan Nadia sudah memakai sweaternya dengan benar.

"Eh, bro! Masuk. Tumben rame-rame?" Gibran membuka pintu rumah lebar-lebar dan mempersilahkan tiga orang rekannya masuk.

"Wetssss penganten baruuu. Seger bener kapten kita." Ujar Pria berbadan besar bernama Dewa.

"Bisa aja." Gibran terkekeh.

"Jadi gimana? Ibu ada?" Gio yang tadi mengucap salam melirik arah ruang tengah dimana suara tv terdengar.

"Ada. Masih makan." Ucap Gibran mengulas senyum tipis.

"Dengar-dengar, masih SMA ya bang?" Tanya seorang lagi yang berkepala plontos, kentara sekali masih baru, namanya jonathan, tapi lebih sering di panggil jojon.

Gibran mengangguk mengiyakan.

"Serius lu?" Timpal Dewa tak percaya.

"Iya, anaknya Almarhum bang Randi." Jelas Gibran dengan suara rendah.

Dewa dan Gio mengangguk paham. Sementara jonathan hanya diam sebab ia tak tahu ada apa dibalik semua itu.

"Jadi benar berita itu? Soal wasiat?" Gio bertanya untuk memastikan benar tidaknya berita simpang siur dikalangan mereka mengenai pernikahan fenomenal sang kapten kesayangan para petinggi dengan seorang gadis SMA. Belum lagi merebak kabar bahwa gagalnya hubungan Gibran dan Dokter Elsa putri semata wayang Komandan mereka karena gibran di jebak oleh seorang Gadis muda.

"Itu semua keinginan saya sendiri, tidak ada wasiat yang seperti itu." Ungkap Gibran dengan wajah tenang.

Wajar saja mereka khawatir karena bagaimanapun bagi Gio dan Dewa, Gibran bukan semata-mata kapten yang mereka segani tetapi juga sahabat seperjuangan yang sudah bersama mereka bertahun-tahun. Sementara Jonathan, sebagai junior yang sering mendapat 'kasih sayang' berlimpah dari couch nya itu selama menempuh pendidikan militer, Gibran adalah sosok yang sangat dikagumi dan diidolakannya.

"Syukurlah. Hubungan dengan dokter Elsa baik-baik saja?"

"Yap, seperti biasa. Nothing special. Eh, kalian mau minum apa? Hanya ada kopi dan air putih sih di belakang." Gibran sebagai tuan rumah yang baik menawarkan tamunya minuman.

"Air putih saja, bang. Jangan repot-repot." Ujar Jonathan sungkan.

"Lu yang bikin kopinya, Jon." Ujar Dewa pada juniornya itu.

"Eh, gak bisa. Kapten sekarang bukan bujang lapuk Lagi. Gak boleh seenaknya masuk di dalam sekarang. Betul apa betul, kapt?"

Gibran terkekeh "Sebentar, biar saya ambilkan."

"Maaf, bang, merepotkan." Ujar Jonathan pihak yang paling tak enakan diantara mereka .

"Santai aja, Jon." Ucap Gibran sebelum meninggalkan ketiganya untuk mengambil minuman.

Gibran masuk di dapur dan di kagetkan dengan keberadaan Nadia berdiri di pintu dapur dengan wajah tertekuk memegang gelas kosong di tangannya.

"Ngapain?"

"Mau nyusu tapi abis susunya." Adunya mengikuti langkah gibran yang sedang mengeluarkan tiga botol minuman mineral dari dalam kulkas.

"Susu kotak sudah habis?"

Nadia mengangguk.

Gibran menarik nafas pelan, tak tega melihat tampang nelangsa gadis itu yang kehabisan minuman kesukaannya.

"Nanti saya belikan. Tapi sekarang Nad pakai celana yang panjangan, teman-teman saya mau kenalan." Ujarnya menepuk lembut kepala Nadia.

"Janji?" Nadia mengulurkan jari kelingkingnya.

"Janji." Ucap Gibran menautkan jari kelingkingannya dengan jari mungil Nadia. Nadia mengangguk semangat lalu berlari ke dalam kamar untuk memakai celana yang panjangan dikit sesuai perintah Omnya. Padahal menurut Nadia, sweater Omnya saja sudah cukup menutup lututnya dengan sempurna.

"Air putih sesuai pesanan." Ucap Gibran meletakkan empat botol mineral diatas meja.

"Ck Si*lan, Air putih beneran." Keluh Dewa yang disambut tawa ketiganya.

"Syukurin, Dew. Kalau di gurun air modelan ini adalah barang mahal. Disini lu dapat gratis." Sambut Gio.

"Beneran separah itu bang?" Jonathan yang sedang berjuang untuk tes sebagai utusan PBB di timur tengah bertanya antusias.

"Iya, Jo. Air putih adalah barang langka di tempat seperti itu. Jadi harus kuat mental kalau kamu lolos ke Lebanon." Ujar Gibran sembari membuka kemasan minumannya. Jonathan mengangguk paham, nasihat yang sangat penting dari seorang legend.

"Eh, Istri lu mana? Kita mau kenalan." Dewa yang paling semangat ingin melihat istri dari kaptennya itu memotong.

"Ada. Nad?!" Panggil Gibran.

Nadia yang mendengar namanya dipanggil bergegas ke depan.

"Iya, Om." Nadia berdiri di samping Gibran dengan senyum lebarnya. "Halo om-om tentara." Sapanya melambaikan tangan.

Ketiga pria dewasa yang disapa Nadia itu terdiam. Ketiganya cukup lama menatap bergantian antara Gibran dan Nadia sebelum kemudian deheman Gibran membuyarkan apa yang sedang terpikirkan oleh ketiganya.

"Sorry sorry..." Gio yang sadar dengan ketidaksopannya meminta maaf. "Tapi dia beneran istri kapten?" Lanjutnya tak percaya.

Gibran mengangguk mantap "Iya, Namanya Nadia Gaudia Rasya. Salam dulu, Nad."

Nadia langsung menyalami ketiga pria dewasa itu seperti kebiasaannya pada orang yang lebih tua.

"Hanjiiiiir berasa bapak-bapak gue meeen." Dewa yang takjub dengan apa yang dialaminya menatap Gibran horor. "Lo bukan pedofil kan?"

Gibran melemparkan gulungan koran di dekatnya kepada Dewa yang langsung menghindar dengan gesit. Pria itu lantas terbahak, tak bisa menyembunyikan rasa geli dan takjub yang bersamaan.

"Sorry bro tapi bener, ini diluar bayangan gue. Istri lu terlalu muda untuk orang tua macam lu!" Ujar Dewa tak tanggung-tanggung meledek Gibran.

"Si*lan!" Umpat Gibran yang malah disambut tawa ketiga rekannya. Jonathan yang biasanya segan pada Gibran malah tawanya yang paling besar.

Nadia yang merasa aneh dengan ketiga pria dewasa itu hanya bisa meringis. Orangtua memang paling sulit di pahami. Nadia bahkan tidak melihat ada yang lucu disini.

"Halo, Nad. Senang bertemu dengan kamu." Gio yang paling waras diantara mereka melambaikan tangannya pada Nadia. Gadis itu menyengir.

"Duduk, Nad. Kita ngobrol-ngobrol dulu." Ucap Dewa yang sudah bisa mengontrol tawanya.

Nadia yang melihat tidak ada kursi kosong di ruangan itu tanpa pikir panjang langsung duduk diatas pangkuan Gibran. Dewa, Gio, Jonathan saling melirik, menahan setiap kata yang siap meluncur dari mulut mereka apalagi melihat wajah Gibran yang siap untuk di nistakan.

"Nad?" Tegur Gibran.

"Gak ada kursi, Om. Kaki Nad, pegeel." Nadia menatap Gibran polos.

"Biarin lah Kapten, beras dua karung aja bisa lu pangku, masa Nad seringan itu lu mau protes?!"

Gibran rasanya ingin menyumpal mulut Dewa dengan granat, pria itu benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk menjadikannya bahan olokan. Awas saja kalau ketemu di lapangan, habis orang ini.

Gibran yang tidak mempunyai pilihan lain akhirnya memperbaiki posisi duduk Nadia agar lebih nyaman. Tangan kirinya di selipkan di pinggang gadis itu agar tak banyak goyang.

"Om-om temannya Om aku?" Tanya Nad sembari memainkan jemari Gibran. Hal itu tak luput dari pandangan ketiganya yang merekam semua peristiwa manis itu untuk menyerang Gibran sewaktu-waktu kalau kapten mereka itu 'kambuh' di lapangan.

"Iya, Nad. Kami sama-sama di Akmil dan ketemu lagi di Afrika." Jawab Gio.

"Kalau saya juniornya, kapten." Tambah Jonathan tanpa ditanya.

"Wah keren dong. Nad juga pengen ke Afrika tapi kata Om Gibran disana gak ada air. Emang iya?"

"Bener Nad. Disana gersang, panas dan susah air. Nad tidak bisa mandi seperti disini. Tanya saja sama Om Nad, dia mandinya dua kali seminggu." Ujar Dewa yang langsung mendapat pelototan dari Gibran.

"Dih, Om jorok." Nadia menutup hidungnya tapi kemudian melepasnya segera "Tapi Om Gibran tetep wangi kok biar keringetan. Nad suka."

"Oh ya? Nad suka wangi keringat Om Gi? Emang keringetan ngapain Nad?"

"Nad--Nad, masuk dalam gih, nonton tv." Gibran yang paham arah pertanyaan Dewa langsung saja menyela. Nadia bisa saja menciptakan kesalahpahaman kalau tidak dihentikan.

"Mana susunya?" Tagih Nadia mengulurkan tangan.

"Om beliin. Tunggu di dalam." Gibran mengelus rambut sepunggung Nad lembut. Nadia mengangguk. Gadis itu beranjak dari pangkuan Gibran.

"Nad, kedalam ya Om-om." Setelah itu ia masuk kembali ke ruang tengah. Selepas kepergian Nadia, ketiga orang rekan Gibran ini langsung meledakkan tawa sementara Gibran yang menjadi korban hanya bisa mengelus dada.

***

Om Gibran baru abis masak. Gimana Nad gak gigit coba, nikmat gini Omnya. Sluuurp 🤤

Terpopuler

Comments

Irena Irani

Irena Irani

🤤🤤🤤🤤🤤

2024-12-16

0

h-a-z-z

h-a-z-z

Annnjaaaaiiiiii..... 🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤🤤
menghalu di peluuuukkk.... di dekaaappp..... diii geeennddooonnggg.... diii.... diiii.....
😱😱🤩🤩🤩😍😍😍😍😍😍

2023-04-21

1

Naura Sabrina

Naura Sabrina

😋😋😋lezatnya...om gi..

2023-03-07

1

lihat semua
Episodes
1 Gadis nakalnya Om
2 Rumah hijau
3 Tante-tante cantik
4 Tamu tak di undang
5 Drama Makan malam
6 Drama Nadia
7 Pembuat Onar
8 Kabur dari Penjara
9 Semi militer
10 Om-om Tentara
11 Istri-Istri Tentara
12 Main ke Pantai
13 Penjaga Gadis Nakal
14 Ketika Om Tidak Ada
15 Di Ospek Lagi
16 Peliharaan Om-Om
17 Pelajaran dari Om
18 Pelajaran lainnya
19 Dapat Kunjungan
20 Kunjungan Lain
21 Malam mingguan
22 Bocor
23 Yang bersayap
24 Menu Makan Malam
25 Lebih dari 3000
26 Marahnya Gibran
27 Buatan sendiri
28 Milik Nadia
29 Dirgahayu Om Gi
30 Pewaris Gaudia Group
31 Alat Negara
32 Hari H
33 Obatnya Om Gibran
34 Jika harus pisah
35 Istri Sah Gibran Al Fateh
36 Habis manis lalu pergi
37 Menunggu Om Gi kembali
38 Kehidupan Istri Prajurit
39 Terima kasih sudah berjuang.
40 Bunga hidup untuk Om Gi
41 Anak SMA VS Om Tentara
42 Asal Om Gibran Bahagia
43 Tante-tante tutup panci
44 Calon Papa mama yang baik
45 Tugas Negara diatas Keluarga
46 Airmata Seorang Persit
47 Musuh bersama
48 Cemburunya Nadia
49 Nadia dan Om Gibran
50 Mencari Nadia
51 Usaha mendapatkan Maaf
52 Para Lelaki
53 Istrinya Gibran
54 Susu pisang spesial ala Nadia
55 Jalan sama Om-Om
56 Antara Sayang dan cinta
57 Wanitanya Om Gibran
58 Ujian bersama
59 Senjata makan Tuan
60 Salah siapa?
61 Ada apa dengan Om Gi?
62 Ngidam.
63 Satu garis samar lainnya
64 Ngidam Bucin
65 Hati yang Om Gi sakiti
66 Barisan Para Fans
67 Barisan para Fans 2
68 Butuh Piknik
69 Ada hati yang harus dijaga
70 Masih Anak Sekolah
71 Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72 Janji yang diingkari
73 Sumpah seorang Prajurit
74 Tentang Dokter Elsa
75 Hari-hari Terakhir
76 Tak Kenal Maka Tak sayang
77 Rumahku adalah istanaku
78 Matahari terbit di sayap Garuda
79 Menyesuaikan Diri
80 Hari Pertama di tempat Baru
81 Orang-orang Baik
82 Berburu peradaban
83 Istri yang baik
84 Tetangga Rese
85 Milikku
86 Diabaikan
87 Kepergian Nadia
88 Jarak dan Waktu
89 Kata Tanpa Rasa
90 Berita Kelulusan
91 Satu-satunya
92 Jangan Pergi
93 Obrolan serius
94 Anak hasil didikan Gibran
95 Memaafkan dan Menghargai
96 Om-om Serba Bisa
97 Badai Tak Terduga
98 Penyejuk Hati
99 Senandung Cinta Nadia
100 Om Gibran yang Baik
101 Jaga dia untukku
102 Aku pasti kembali
103 Manis Manja
104 Suami sayang Istri
105 Lidah Tetangga
106 Kata Dokter
107 Definisi Cinta
108 Para Pemburu
109 Ulat Sagu
110 Hak milik Gibran
111 Nadia Bakpau
112 Pasangan Serasi???
113 Pria menyebalkan
114 Acara Malam
115 Bayi besar Nadia
116 Obrolan pasangan
117 Lelaki Pujaan
118 Suami Nadia
119 Selamat Datang
120 Ibu dan Ayah Navia
121 Permintaan Maaf
122 The Girls in your Area
123 Balada Cinta Gendis
124 Tour Gratis Distrik
125 Anak Rantau
126 Kisah yang tak diinginkan
127 Pulang kembali
128 Lelaki baik itu masih Ada
129 Om Gi dan Make Up
130 Dia marah?
131 Lebih Sakit
132 Ibu terbaik
133 Hukuman Termanis
134 Mode Biasa
135 Saat Jauh
136 Perkara Kabar
137 Perkara Kabar 2
138 Sesal Tiada Guna
139 Hari yang Aneh
140 Buayanya Nad
141 Oh Ternyata
142 Pesona gadis muda
143 Lelaki Romantis
144 Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145 Mahasiswa Cantik
146 Lelaki Beraroma Segar
147 Dalam Dekapan Om Gi
148 Para Senior Laknat
149 Para Pengganggu
150 Om Gi Yang Lugu
151 Sampai Jumpa Kesayangan
152 Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153 Janji-janji Palsu
154 Disini Hanya Untukmu
155 Nadia Oh Nadia
156 Bersama selamanya
157 Kembali Kerutinitas
158 Vitamin C-nya Nadia
159 Kemerdekaan Tak Abadi
160 Kawasan Wajib Lapor
161 Istrinya Kapten Gibran
162 Bela Negara
163 Topik Utama
164 Teguran Keras
165 Malaikat Itu Nyata Adanya
166 Mari hadapi bersama
167 Atasan Sang Kapten
168 Menjaga Milik Pribadi
169 Jabatan Baru
170 Bos Kecil
171 Mahasiswi Pencitraan
172 Tentang sebuah kepercayaan
173 Ada Apa Dengan Om Gi?
174 Menjadi Dewasa
175 Nadia Hebat
176 Bukan manusia sempurna
177 Hari yang Sibuk
178 Airmata si Cantik
179 Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180 Rasanya Cinta
181 Dilabrak
182 Harta yang berharga
183 Kejutan
184 Love you more
185 Bencong
186 Permintaan Pertama
187 Saran-saran
188 Bakti Sosial
189 Misi Kemanusiaan
190 Operasi Penyelamatan
191 Bahagiaku itu Kamu
192 Di tenda pengungsian
193 Terlalu Memuja
194 Muka Dua
195 Masa Tenang
196 Amit-amit
197 Melepaskan
198 Kumat
199 Menikah itu....
200 Pasca Wedding
201 Ekstra Part. Rindu Berat
202 Ekstra Part 2. Kesayangan
Episodes

Updated 202 Episodes

1
Gadis nakalnya Om
2
Rumah hijau
3
Tante-tante cantik
4
Tamu tak di undang
5
Drama Makan malam
6
Drama Nadia
7
Pembuat Onar
8
Kabur dari Penjara
9
Semi militer
10
Om-om Tentara
11
Istri-Istri Tentara
12
Main ke Pantai
13
Penjaga Gadis Nakal
14
Ketika Om Tidak Ada
15
Di Ospek Lagi
16
Peliharaan Om-Om
17
Pelajaran dari Om
18
Pelajaran lainnya
19
Dapat Kunjungan
20
Kunjungan Lain
21
Malam mingguan
22
Bocor
23
Yang bersayap
24
Menu Makan Malam
25
Lebih dari 3000
26
Marahnya Gibran
27
Buatan sendiri
28
Milik Nadia
29
Dirgahayu Om Gi
30
Pewaris Gaudia Group
31
Alat Negara
32
Hari H
33
Obatnya Om Gibran
34
Jika harus pisah
35
Istri Sah Gibran Al Fateh
36
Habis manis lalu pergi
37
Menunggu Om Gi kembali
38
Kehidupan Istri Prajurit
39
Terima kasih sudah berjuang.
40
Bunga hidup untuk Om Gi
41
Anak SMA VS Om Tentara
42
Asal Om Gibran Bahagia
43
Tante-tante tutup panci
44
Calon Papa mama yang baik
45
Tugas Negara diatas Keluarga
46
Airmata Seorang Persit
47
Musuh bersama
48
Cemburunya Nadia
49
Nadia dan Om Gibran
50
Mencari Nadia
51
Usaha mendapatkan Maaf
52
Para Lelaki
53
Istrinya Gibran
54
Susu pisang spesial ala Nadia
55
Jalan sama Om-Om
56
Antara Sayang dan cinta
57
Wanitanya Om Gibran
58
Ujian bersama
59
Senjata makan Tuan
60
Salah siapa?
61
Ada apa dengan Om Gi?
62
Ngidam.
63
Satu garis samar lainnya
64
Ngidam Bucin
65
Hati yang Om Gi sakiti
66
Barisan Para Fans
67
Barisan para Fans 2
68
Butuh Piknik
69
Ada hati yang harus dijaga
70
Masih Anak Sekolah
71
Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72
Janji yang diingkari
73
Sumpah seorang Prajurit
74
Tentang Dokter Elsa
75
Hari-hari Terakhir
76
Tak Kenal Maka Tak sayang
77
Rumahku adalah istanaku
78
Matahari terbit di sayap Garuda
79
Menyesuaikan Diri
80
Hari Pertama di tempat Baru
81
Orang-orang Baik
82
Berburu peradaban
83
Istri yang baik
84
Tetangga Rese
85
Milikku
86
Diabaikan
87
Kepergian Nadia
88
Jarak dan Waktu
89
Kata Tanpa Rasa
90
Berita Kelulusan
91
Satu-satunya
92
Jangan Pergi
93
Obrolan serius
94
Anak hasil didikan Gibran
95
Memaafkan dan Menghargai
96
Om-om Serba Bisa
97
Badai Tak Terduga
98
Penyejuk Hati
99
Senandung Cinta Nadia
100
Om Gibran yang Baik
101
Jaga dia untukku
102
Aku pasti kembali
103
Manis Manja
104
Suami sayang Istri
105
Lidah Tetangga
106
Kata Dokter
107
Definisi Cinta
108
Para Pemburu
109
Ulat Sagu
110
Hak milik Gibran
111
Nadia Bakpau
112
Pasangan Serasi???
113
Pria menyebalkan
114
Acara Malam
115
Bayi besar Nadia
116
Obrolan pasangan
117
Lelaki Pujaan
118
Suami Nadia
119
Selamat Datang
120
Ibu dan Ayah Navia
121
Permintaan Maaf
122
The Girls in your Area
123
Balada Cinta Gendis
124
Tour Gratis Distrik
125
Anak Rantau
126
Kisah yang tak diinginkan
127
Pulang kembali
128
Lelaki baik itu masih Ada
129
Om Gi dan Make Up
130
Dia marah?
131
Lebih Sakit
132
Ibu terbaik
133
Hukuman Termanis
134
Mode Biasa
135
Saat Jauh
136
Perkara Kabar
137
Perkara Kabar 2
138
Sesal Tiada Guna
139
Hari yang Aneh
140
Buayanya Nad
141
Oh Ternyata
142
Pesona gadis muda
143
Lelaki Romantis
144
Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145
Mahasiswa Cantik
146
Lelaki Beraroma Segar
147
Dalam Dekapan Om Gi
148
Para Senior Laknat
149
Para Pengganggu
150
Om Gi Yang Lugu
151
Sampai Jumpa Kesayangan
152
Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153
Janji-janji Palsu
154
Disini Hanya Untukmu
155
Nadia Oh Nadia
156
Bersama selamanya
157
Kembali Kerutinitas
158
Vitamin C-nya Nadia
159
Kemerdekaan Tak Abadi
160
Kawasan Wajib Lapor
161
Istrinya Kapten Gibran
162
Bela Negara
163
Topik Utama
164
Teguran Keras
165
Malaikat Itu Nyata Adanya
166
Mari hadapi bersama
167
Atasan Sang Kapten
168
Menjaga Milik Pribadi
169
Jabatan Baru
170
Bos Kecil
171
Mahasiswi Pencitraan
172
Tentang sebuah kepercayaan
173
Ada Apa Dengan Om Gi?
174
Menjadi Dewasa
175
Nadia Hebat
176
Bukan manusia sempurna
177
Hari yang Sibuk
178
Airmata si Cantik
179
Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180
Rasanya Cinta
181
Dilabrak
182
Harta yang berharga
183
Kejutan
184
Love you more
185
Bencong
186
Permintaan Pertama
187
Saran-saran
188
Bakti Sosial
189
Misi Kemanusiaan
190
Operasi Penyelamatan
191
Bahagiaku itu Kamu
192
Di tenda pengungsian
193
Terlalu Memuja
194
Muka Dua
195
Masa Tenang
196
Amit-amit
197
Melepaskan
198
Kumat
199
Menikah itu....
200
Pasca Wedding
201
Ekstra Part. Rindu Berat
202
Ekstra Part 2. Kesayangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!