Little Persit

Little Persit

Gadis nakalnya Om

Gibran memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Wajahnya mengeras, sesekali melirik seorang gadis berseragam batik yang sesunggukan di sampingnya. Rasa lelahnya yang baru saja pulang latihan tak terasa lagi di gantikan rasa marah pada gadis dengan seragam awut-awutannya.

"Nad tidak merokok, oooom. Nad di fitnah."

Gibran menulikan telinga mendengar pembelaan gadis belia di sampingnya itu. Apa yang disampaikan guru BK gadis ini membuat kepalanya serasa ingin pecah. Ini ke sepuluh kalinya dalam bulan ini Gibran ke sekolah untuk menjemputnya di ruang BK dengan alasan yang kadang otak cerdasnya tidak bisa pahami. Bagaimana mungkin seorang gadis belia berwajah manis polos seolah tanpa dosa melakukan hal-hal luar biasa itu. Kedapatan bolos dengan memanjat tembok, berebut lipstick sampai cakar-cakaran, menghajar seorang cowok, mengempeskan ban motor guru, membakar buku perpus, mencoret---Arg, Gibran tak sanggup lagi mengabsen satu persatu ulah gadis ini.

"Nad--"

"Diam Nadia. Om bilang, diem!!!" Gibran menatap tajam gadis bernama nadia itu, gadis belia yang baru saja duduk dibangku SMA kelas 12 yang kini menjadi tanggungjawabnya dengan statusnya, Nyonya Gibran Al Fateh.

"Oooom jahaaaat. Om gak pernah dengar Nadia. Nad benci om. Benci!!!"

Gibran terkekeh sinis, "Om nggak peduli Nadia."

Gadis di sampingnya itu semakin kesal. Ia tak segan melempar tas punggungnya pada Gibran hingga mobil oleng hampir menabrak pembatas jalan.

"NADIA!!!"

"APA? OM MAU MUKUL?! NIH PUKUL!!! NADIA BENCI SAMA, OM. BENCIIII!!!" Nadia mengarahkan wajahnya menantang Gibran. Pria berseragam loreng itu hanya menghela nafas. Ia menepikan mobil di pinggir jalan dan hanya diam membiarkan Nadia memukulinya sesuka hati. Tenaga dari kepalan tangan gadis kecil itu tak berpengaruh sama sekali pada dirinya.

"Udah?" Tanyanya saat Nadia tak lagi memukulinya. Mungkin lelah sendiri karena jelas Gibran tak merasa sama sekali harus menghentikan pukulan yang terasa seperti gelitikan itu.

"Nadia benci, om." Nadia menangis sesungggukan, kesal karena Gibran sama sekali tidak menanggapinya dengan serius.

"Nanti lanjutin di rumah. Bahaya kalau dijalan." Ujar Gibran lalu kembali memacu kendaraannya menuju salah satu kompleks mewah dimana Nadia tinggal.

Mobil berhenti tepat di depan pintu rumah. Satpam yang berjaga sudah menutup kembali pintu gerbang dan bergegas untuk membuka pintu rumah megah itu.

Gibran melepaskan Seatbelt yang membelit tubuh tegapnya lalu keluar dari mobil. Ia membuka pintu mobil samping dan tanpa beban mengangkat badan kecil Nadia yang sudah terlelap setelah lelah menangis.

"Terima kasih, Pak. Tolong mobilnya di masukan dalam garasi." Ucapnya pada satpam yang mengangguk patuh di depan pintu.

Gibran masuk dalam rumah besar nan megah itu dengan Nadia dalam gendongannya. Ia beranjak ke lantai dua setelah sebelumnya berpesan pada bibik untuk menyiapkannya makan malam.

Kamar dominasi pink dengan banyak tempelan gambar-gambar cowok dari negara gingseng tertata dengan rapi. Gibran membaringkan Nadia dengan hati-hati. Tanpa sungkan melepaskan satu persatu kancing seragam Nadia yang sudah berselancar di alam mimpinya. Setelah semua kancing terlepas, ia tak langsung melepaskan seragam Nadia melainkan menaikkan selimut untuk menutupi badan gadis berumur tujuh belas tahun itu. Gibran lalu berdiri membuka lemari dan mengambil sepasang piyama bergambar stroberi yang ada di tumpukkan baju lainnya yang tersusun dengan rapi.

Gibran menghembuskan nafas kasar, menatap gamang sosok gadis remaja yang terlelap dalam bungkusan selimut. Jika saja keadaan ini terjadi sepuluh tahun yang lalu, ia tak akan sebingung ini sekarang. Nadia bukan lagi gadis berseragam merah putih yang bisa ia perlakukan sebagai anak sendiri. Nadia seorang gadis belia dengan paras dan bentuk tubuh yang meskipun mungil tapi tetap saja terlihat pas pada bagian-bagian tertentu yang menunjukan bahwa ia tak bisa lagi sembarang menyentuhnya. Tapi bagaimanapun ia tak bisa membiarkan Nadia tertidur dengan pakaian yang seharian ia pakai. Maka dengan ragu, disingkapnya selimut tersebut. Gibran menghalihkan pandangannya ke tempat lain sedangkan tangannya melepaskan seragam yang membalut tubuh Nadia. Setelah seragamnya serlepas, ia menggantinya dengan piyama kancing yang cukup memudahkannya menyelesaikan pekerjaan itu secepatnya. Gibran menghembuskan nafas lega setelah kancing terakhir terpasang dengan benar. Ditatapnya Nadia dengan lekat sebelum kemudian meninggalkan kamar gadis itu.

***

"Nadia belum turun, Bik?"

Bibik yang sedang menyiapkan makanan menggeleng.

"Belum, Pak. Katanya non nadia mogok makan hari ini."

Gibran menghela nafas pelan, ia membalik piring lalu menyendok nasi goreng yang sudah disiapkan dengan segelas air hangat di depannya. Ia baru saja selesai lari pagi. Saat ia bangun subuh tadi, Nadia masih tertidur lelap.

"Dia sering begini, bik?" Tanya Gibran setelah meneguk air putih di gelasnya.

"Baru kali ini, Pak. Dulu waktu masih ada Tuan dan Nyonya juga biasa begini tapi Nyonya selalu bawa makanan ke kamarnya." Jelas bibik sembari menyerahkan jus apel pada Gibran.

Gibran mengangguk paham. Kehilangan orangtua bukanlah hal yang mudah bagi setiap orang. Kedua orangtua Nadia yang merupakan seniornya telah tiada karena kecelakaan mobil sepulang dari mengantarnya ke bandara tujuh tahun lalu ketika Gibran akan berangkat ke afrika sebagai pasukan pengamanan daerah konflik. Ia tidak mengetahui kabar meninggalnya dua sahabatnya itu sampai ia menelfon di Indonesia di waktu luangnya. Perasaannya hancur mengetahui keadaan dua karibnya yang telah tiada tepat di hari keberangkatannya terlebih memikirkan putri mereka yang sangat muda, Nadia.

Setelah selesai sarapan, Gibran kembali ke kamar Nadia. Ia membuka gorden yang menghalau sinar matahari menembus kamar gadis itu.

"Biiiik, jangan di bukaaa." Rengek Nadia merasa terganggu dengan sinar matahari yang menyilaukan matanya. Ia mengambil bantal untuk menutup kepalanya. Selimut yang ia pakai sudah terjatuh ke lantai memperlihatan tungkai putihnya yang hanya mengenakan rok abu-abu yang kini tersingkap setengah pahanya. Gibran yang berdiri menyaksikan bagaimana gadis itu kembali menikmati tidurnya hanya bisa menggelengkan kepala.

Gibran mendekati ranjang dan menurunkan rok Nadia. Ia kemudian menarik bantal yang menutupi kepala Nadia membuat gadis itu memberenggut kesal.

"Bibik jangan rese deh!!!" Gumamnya kesal.

"Bangun!" Gibran menyenggol kaki Nadia.

"Ish!!!"

"Bangun atau Om siram."

"ASTAGAAAAAAA TIRANIIII!!!" Nadia terduduk dengan wajah bantalnya. Bibirnya memberenggut kesal.

"Mandi lalu sarapan."

"NGGAK!!!"

"nad?!" Tegur Gibran penuh ancaman.

"IYAAAA AH!!! BAWEL BANGAT!!!" Semprotnya kesal. Nadia beranjak dari ranjang dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal menuju kamar mandi.

Gibran yang sudah terbiasa dengan kekeras kepalaan gadis itu hanya bisa menghela nafas lelah. Menunggu gadis itu menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi yang akan sangat lama, Gibran merapikan ranjang bersprei pink itu. Setelah merapikan ranjang ia beranjak menuju meja belajar Nadia mengecek buku pelajarannya apakah terpakai dengan benar atau hanya berakhir menjadi pesawat-pesawatan seperti biasa. Ia cukup bangga saat melihat nilai-nilai gadis itu. Meskipun bandel, Nadia adalah anak yang cerdas, kecerdasannya sudah tentu mengalir dari DNA kedua orangtuanya yang merupakan orang-orang hebat yang sangat di hormatinya.

"Oooooom! Nad lupa bawa handuk." Nadia berteriak dari dalam kamar mandi.

Gibran menutup buku di tangannya lalu berjalan mengambil handuk bersih nadia yang ada di dalam lemari.

"Ini!" Katanya membalikkan badan memunggunggi pintu kamar mandi. Nadia membuka pintu pelan lalu mengulurkan tangan merebut kasar handuk pink di tangan Gibran kemudian menutup kembali pintu kamar mandi dengan sedikit bantingan. Rupanya kekesalannya semalam belum juga reda.

Gibran tengah duduk di sisi ranjang menatap foto di frame besar yang terpasang di dinding dekat cermin besar Nadia. Dua orang berwajah teduh tengah tersenyum lebar kearah kamera sedangkan seorang gadis kecil dengan rambut di kuncir dua mengenakan seragam putih merah mengalungkan kedua tangannya erat mencium pipi seorang pemuda berseragam loreng baret biru yang tengah menggendongnya. Gibran ingat foto tersebut diambil saat hari naas itu. Itulah terakhir kalinya ia melihat senyuman dua orang yang berarti dalam hidupnya.

"Om ngapain masih disini? Balik sana!!!" Gibran menoleh keasal suara. Nadia menatapnya tajam dengan kedua tangan terlipat di dadanya. Gibran memindai Nadia dari ujung kaki keujung kepala. Naura hanya mengenakan handuk sebatas paha dengan rambut basa di gulung handuk kecil tanpa alas kaki.

"Saya tunggu kamu. Cepat gantian. Kita harus sudah berada di asrama sebelum siang." Gibran beranjak dari ranjang mengambil sendal bulu-bulu Nadia dan memakaikan pada gadis remaja yang menatapnya dengan alis terangkat satu.

"Kita? Om aja, nadia enggak." Katanya jutek. ia memasukkan kakinya dalam sendal bulunya lalu berjalan kearah lemari untuk memilih pakaian yang akan dia pakai untuk menghabiskan hari minggunya bersama sahabat-sahabatnya.

"Mulai sekarang Nadia ikut ke asrama. Tinggal disana."

"Whaaaaat!!! No way!!! Om jangan semena-mena ya. Nad nggak mau hidup di tempat kayak penjara gak jelas seperti itu." Tolaknya keras. Nadia menatap Gibran nyalang. "Om nggak bisa maksa-maksa nadia."

"Kamu tidak bisa menolak. Itu hukuman untuk kamu." Kata Gibran tenang. Ia mendekati Nadia, berdiri di depan gadis belia yang melihatnya seolah siap untuk mengunyahnya. Ia mengulurkan tangannya melewati tubuh Nadia meraih baju kaos dan sepasang dalaman yang juga bisa di jangkaunya dengan mudah.

"Pakai!" Perintahnya mengabaikan wajah kusut Nadia.

"Nggak mau!"

Gibran mengangguk, meraih ujung handuk Nadia "Biar saya pakaikan."

"SINIIN!!!" Bentaknya kesal mengambil kasar pakaiannya yang ada di tangan Gibran.

Gibran tersenyum tipis, menepuk pelan pipi Nadia "Jangan nakal. Kamu tidak akan pernah menang melawanku." Ujarnya pelan mengantarkan pesan mengancam dengan cara yang sangat halus membuat Nadia semakin kesal.

"Dasar om-om jahat!"

Gibran acuh. Ia berlalu membiarkan Nadia memakai pakaiannya sementara dirinya mengambil koper hitam Nadia dan mulai memasukkan barang-barang yang perlu di bawa gadis itu.

"Kenapa pakaianmu kekecilan semua?" Tanya Gibran heran merentangkan satu persatu pakaian nadia dengan wajah heran.

Nadia yang sudah selesai memakai dalamnya di balik handuk mencibir "Pakaian anak jaman now, om. Orangtua mana paham." Sindirnya mendekati Gibran dengan melipat kedua tangannya di dada. Tak niat sama sekali untuk membantu.

"Setelah ini kita ke toko pakaian. Beli yang baru. Yang ini di bakar saja."

"NO WAY IN MILLION WAYS!!!" Tolak Nadia merebut pakaiannya dari tangan Gibran. Ia mendorong tubuh besar itu menjauh dari lemarinya. Nadia merentangkan tangannya di depan pintu lemari menghalau Gibran menyentuh koleksi pakaiannya yang setengah mati ia dapatkan.

"Kalau om berani menyentuh sehelai pakaian Nad, om bakalan liat pesawat-pesawat om yang selemari itu menjadi sampah daur ulang." Ancamnya.

Gibran terdiam. Bukan karena memikirkan pesawat-pesawatnya namun karena pemandangan di depannya yang cukup mengusik nalurinya sebagai pria dewasa.

"Handuk kamu lepas."

"Huh? KYAAAAAAAAAAA!!!"

---

Kenalan yuk sama gadis nakalnya om Gibran

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Wkwkwk udah langsung ngakak aja aku..🤣🤣🤣

2024-09-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kan tadi katanya tadi udah jadi Nyonya Gibran,Kok Gibran masih memperlakukan isterinya kayak anaknya doang..

2024-09-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Waahh udah nikah ternyata..Bar-bar banget nih bu persit,Tapi aku suka..😍😍😍

2024-09-20

0

lihat semua
Episodes
1 Gadis nakalnya Om
2 Rumah hijau
3 Tante-tante cantik
4 Tamu tak di undang
5 Drama Makan malam
6 Drama Nadia
7 Pembuat Onar
8 Kabur dari Penjara
9 Semi militer
10 Om-om Tentara
11 Istri-Istri Tentara
12 Main ke Pantai
13 Penjaga Gadis Nakal
14 Ketika Om Tidak Ada
15 Di Ospek Lagi
16 Peliharaan Om-Om
17 Pelajaran dari Om
18 Pelajaran lainnya
19 Dapat Kunjungan
20 Kunjungan Lain
21 Malam mingguan
22 Bocor
23 Yang bersayap
24 Menu Makan Malam
25 Lebih dari 3000
26 Marahnya Gibran
27 Buatan sendiri
28 Milik Nadia
29 Dirgahayu Om Gi
30 Pewaris Gaudia Group
31 Alat Negara
32 Hari H
33 Obatnya Om Gibran
34 Jika harus pisah
35 Istri Sah Gibran Al Fateh
36 Habis manis lalu pergi
37 Menunggu Om Gi kembali
38 Kehidupan Istri Prajurit
39 Terima kasih sudah berjuang.
40 Bunga hidup untuk Om Gi
41 Anak SMA VS Om Tentara
42 Asal Om Gibran Bahagia
43 Tante-tante tutup panci
44 Calon Papa mama yang baik
45 Tugas Negara diatas Keluarga
46 Airmata Seorang Persit
47 Musuh bersama
48 Cemburunya Nadia
49 Nadia dan Om Gibran
50 Mencari Nadia
51 Usaha mendapatkan Maaf
52 Para Lelaki
53 Istrinya Gibran
54 Susu pisang spesial ala Nadia
55 Jalan sama Om-Om
56 Antara Sayang dan cinta
57 Wanitanya Om Gibran
58 Ujian bersama
59 Senjata makan Tuan
60 Salah siapa?
61 Ada apa dengan Om Gi?
62 Ngidam.
63 Satu garis samar lainnya
64 Ngidam Bucin
65 Hati yang Om Gi sakiti
66 Barisan Para Fans
67 Barisan para Fans 2
68 Butuh Piknik
69 Ada hati yang harus dijaga
70 Masih Anak Sekolah
71 Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72 Janji yang diingkari
73 Sumpah seorang Prajurit
74 Tentang Dokter Elsa
75 Hari-hari Terakhir
76 Tak Kenal Maka Tak sayang
77 Rumahku adalah istanaku
78 Matahari terbit di sayap Garuda
79 Menyesuaikan Diri
80 Hari Pertama di tempat Baru
81 Orang-orang Baik
82 Berburu peradaban
83 Istri yang baik
84 Tetangga Rese
85 Milikku
86 Diabaikan
87 Kepergian Nadia
88 Jarak dan Waktu
89 Kata Tanpa Rasa
90 Berita Kelulusan
91 Satu-satunya
92 Jangan Pergi
93 Obrolan serius
94 Anak hasil didikan Gibran
95 Memaafkan dan Menghargai
96 Om-om Serba Bisa
97 Badai Tak Terduga
98 Penyejuk Hati
99 Senandung Cinta Nadia
100 Om Gibran yang Baik
101 Jaga dia untukku
102 Aku pasti kembali
103 Manis Manja
104 Suami sayang Istri
105 Lidah Tetangga
106 Kata Dokter
107 Definisi Cinta
108 Para Pemburu
109 Ulat Sagu
110 Hak milik Gibran
111 Nadia Bakpau
112 Pasangan Serasi???
113 Pria menyebalkan
114 Acara Malam
115 Bayi besar Nadia
116 Obrolan pasangan
117 Lelaki Pujaan
118 Suami Nadia
119 Selamat Datang
120 Ibu dan Ayah Navia
121 Permintaan Maaf
122 The Girls in your Area
123 Balada Cinta Gendis
124 Tour Gratis Distrik
125 Anak Rantau
126 Kisah yang tak diinginkan
127 Pulang kembali
128 Lelaki baik itu masih Ada
129 Om Gi dan Make Up
130 Dia marah?
131 Lebih Sakit
132 Ibu terbaik
133 Hukuman Termanis
134 Mode Biasa
135 Saat Jauh
136 Perkara Kabar
137 Perkara Kabar 2
138 Sesal Tiada Guna
139 Hari yang Aneh
140 Buayanya Nad
141 Oh Ternyata
142 Pesona gadis muda
143 Lelaki Romantis
144 Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145 Mahasiswa Cantik
146 Lelaki Beraroma Segar
147 Dalam Dekapan Om Gi
148 Para Senior Laknat
149 Para Pengganggu
150 Om Gi Yang Lugu
151 Sampai Jumpa Kesayangan
152 Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153 Janji-janji Palsu
154 Disini Hanya Untukmu
155 Nadia Oh Nadia
156 Bersama selamanya
157 Kembali Kerutinitas
158 Vitamin C-nya Nadia
159 Kemerdekaan Tak Abadi
160 Kawasan Wajib Lapor
161 Istrinya Kapten Gibran
162 Bela Negara
163 Topik Utama
164 Teguran Keras
165 Malaikat Itu Nyata Adanya
166 Mari hadapi bersama
167 Atasan Sang Kapten
168 Menjaga Milik Pribadi
169 Jabatan Baru
170 Bos Kecil
171 Mahasiswi Pencitraan
172 Tentang sebuah kepercayaan
173 Ada Apa Dengan Om Gi?
174 Menjadi Dewasa
175 Nadia Hebat
176 Bukan manusia sempurna
177 Hari yang Sibuk
178 Airmata si Cantik
179 Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180 Rasanya Cinta
181 Dilabrak
182 Harta yang berharga
183 Kejutan
184 Love you more
185 Bencong
186 Permintaan Pertama
187 Saran-saran
188 Bakti Sosial
189 Misi Kemanusiaan
190 Operasi Penyelamatan
191 Bahagiaku itu Kamu
192 Di tenda pengungsian
193 Terlalu Memuja
194 Muka Dua
195 Masa Tenang
196 Amit-amit
197 Melepaskan
198 Kumat
199 Menikah itu....
200 Pasca Wedding
201 Ekstra Part. Rindu Berat
202 Ekstra Part 2. Kesayangan
Episodes

Updated 202 Episodes

1
Gadis nakalnya Om
2
Rumah hijau
3
Tante-tante cantik
4
Tamu tak di undang
5
Drama Makan malam
6
Drama Nadia
7
Pembuat Onar
8
Kabur dari Penjara
9
Semi militer
10
Om-om Tentara
11
Istri-Istri Tentara
12
Main ke Pantai
13
Penjaga Gadis Nakal
14
Ketika Om Tidak Ada
15
Di Ospek Lagi
16
Peliharaan Om-Om
17
Pelajaran dari Om
18
Pelajaran lainnya
19
Dapat Kunjungan
20
Kunjungan Lain
21
Malam mingguan
22
Bocor
23
Yang bersayap
24
Menu Makan Malam
25
Lebih dari 3000
26
Marahnya Gibran
27
Buatan sendiri
28
Milik Nadia
29
Dirgahayu Om Gi
30
Pewaris Gaudia Group
31
Alat Negara
32
Hari H
33
Obatnya Om Gibran
34
Jika harus pisah
35
Istri Sah Gibran Al Fateh
36
Habis manis lalu pergi
37
Menunggu Om Gi kembali
38
Kehidupan Istri Prajurit
39
Terima kasih sudah berjuang.
40
Bunga hidup untuk Om Gi
41
Anak SMA VS Om Tentara
42
Asal Om Gibran Bahagia
43
Tante-tante tutup panci
44
Calon Papa mama yang baik
45
Tugas Negara diatas Keluarga
46
Airmata Seorang Persit
47
Musuh bersama
48
Cemburunya Nadia
49
Nadia dan Om Gibran
50
Mencari Nadia
51
Usaha mendapatkan Maaf
52
Para Lelaki
53
Istrinya Gibran
54
Susu pisang spesial ala Nadia
55
Jalan sama Om-Om
56
Antara Sayang dan cinta
57
Wanitanya Om Gibran
58
Ujian bersama
59
Senjata makan Tuan
60
Salah siapa?
61
Ada apa dengan Om Gi?
62
Ngidam.
63
Satu garis samar lainnya
64
Ngidam Bucin
65
Hati yang Om Gi sakiti
66
Barisan Para Fans
67
Barisan para Fans 2
68
Butuh Piknik
69
Ada hati yang harus dijaga
70
Masih Anak Sekolah
71
Guguk menggonggong, Nadia berlenggok
72
Janji yang diingkari
73
Sumpah seorang Prajurit
74
Tentang Dokter Elsa
75
Hari-hari Terakhir
76
Tak Kenal Maka Tak sayang
77
Rumahku adalah istanaku
78
Matahari terbit di sayap Garuda
79
Menyesuaikan Diri
80
Hari Pertama di tempat Baru
81
Orang-orang Baik
82
Berburu peradaban
83
Istri yang baik
84
Tetangga Rese
85
Milikku
86
Diabaikan
87
Kepergian Nadia
88
Jarak dan Waktu
89
Kata Tanpa Rasa
90
Berita Kelulusan
91
Satu-satunya
92
Jangan Pergi
93
Obrolan serius
94
Anak hasil didikan Gibran
95
Memaafkan dan Menghargai
96
Om-om Serba Bisa
97
Badai Tak Terduga
98
Penyejuk Hati
99
Senandung Cinta Nadia
100
Om Gibran yang Baik
101
Jaga dia untukku
102
Aku pasti kembali
103
Manis Manja
104
Suami sayang Istri
105
Lidah Tetangga
106
Kata Dokter
107
Definisi Cinta
108
Para Pemburu
109
Ulat Sagu
110
Hak milik Gibran
111
Nadia Bakpau
112
Pasangan Serasi???
113
Pria menyebalkan
114
Acara Malam
115
Bayi besar Nadia
116
Obrolan pasangan
117
Lelaki Pujaan
118
Suami Nadia
119
Selamat Datang
120
Ibu dan Ayah Navia
121
Permintaan Maaf
122
The Girls in your Area
123
Balada Cinta Gendis
124
Tour Gratis Distrik
125
Anak Rantau
126
Kisah yang tak diinginkan
127
Pulang kembali
128
Lelaki baik itu masih Ada
129
Om Gi dan Make Up
130
Dia marah?
131
Lebih Sakit
132
Ibu terbaik
133
Hukuman Termanis
134
Mode Biasa
135
Saat Jauh
136
Perkara Kabar
137
Perkara Kabar 2
138
Sesal Tiada Guna
139
Hari yang Aneh
140
Buayanya Nad
141
Oh Ternyata
142
Pesona gadis muda
143
Lelaki Romantis
144
Kaum Milenial dan Orang-Orang Dewasa
145
Mahasiswa Cantik
146
Lelaki Beraroma Segar
147
Dalam Dekapan Om Gi
148
Para Senior Laknat
149
Para Pengganggu
150
Om Gi Yang Lugu
151
Sampai Jumpa Kesayangan
152
Istri, Ibu, dan Mahasiswi
153
Janji-janji Palsu
154
Disini Hanya Untukmu
155
Nadia Oh Nadia
156
Bersama selamanya
157
Kembali Kerutinitas
158
Vitamin C-nya Nadia
159
Kemerdekaan Tak Abadi
160
Kawasan Wajib Lapor
161
Istrinya Kapten Gibran
162
Bela Negara
163
Topik Utama
164
Teguran Keras
165
Malaikat Itu Nyata Adanya
166
Mari hadapi bersama
167
Atasan Sang Kapten
168
Menjaga Milik Pribadi
169
Jabatan Baru
170
Bos Kecil
171
Mahasiswi Pencitraan
172
Tentang sebuah kepercayaan
173
Ada Apa Dengan Om Gi?
174
Menjadi Dewasa
175
Nadia Hebat
176
Bukan manusia sempurna
177
Hari yang Sibuk
178
Airmata si Cantik
179
Nadia Dan Para Wanita Bar-Bar
180
Rasanya Cinta
181
Dilabrak
182
Harta yang berharga
183
Kejutan
184
Love you more
185
Bencong
186
Permintaan Pertama
187
Saran-saran
188
Bakti Sosial
189
Misi Kemanusiaan
190
Operasi Penyelamatan
191
Bahagiaku itu Kamu
192
Di tenda pengungsian
193
Terlalu Memuja
194
Muka Dua
195
Masa Tenang
196
Amit-amit
197
Melepaskan
198
Kumat
199
Menikah itu....
200
Pasca Wedding
201
Ekstra Part. Rindu Berat
202
Ekstra Part 2. Kesayangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!