Alishka berlari memasuki rumah sakit tempat, Brayan diperiksa!
Setelah pembicaraannya dengan Farel selesai, dia langsung pergi ke rumah sakit yang tempatnya sudah diberi tahukan oleh, Milla.
"Mill, dimana dia?" tanya, Alishka setelah dia berhasil menemukan teman-temannya.
"Dia masih ditangani oleh dokter," ucap, Milla.
"Astaga, kalau dia kenapa-kenapa aku bisa kena omel, Ayah dan Ibu."
"Gak akan kalau, Ayah dan Ibumu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kamu jangan bilang kalau, Farel yang melakukannya."
"Mereka akan tahu karena banyak orang yang melihat kejadian itu, kalian tahu, teman-temannya dia juga tahu. Mereka pasti mengatakan yang sebenarnya pada, Ayah dan Ibuku."
"Kamu suruh suamimu itu untuk tidak buka mulut didepan orang tuamu."
Tak lama, Choky dan Azka datang ke tempat itu!
"Kamu ke sini juga? Aku pikir kamu tidak akan ke sini," ucap, Azka pada Alishka.
Alishka hanya diam, dia rasa temannya, Brayan tidak perlu terlalu ikut campur dalam urusan pribadinya.
"Aku tahu, Brayan bersalah padamu tapi tidak seharusnya kekasihmu itu melakukan ini pada, Brayan. Seharusnya kamu mencegah kekasihmu itu," ucap, Azka.
"Maaf, kalian sepertinya terlalu banyak ikut campur dalam urusan mereka. Ada baiknya kalian memberikan waktu untuk mereka berdua," ucap, Milla.
"Kita gak ikut campur ya, di sini aku hanya meminta, Alishka untuk ... ah sudahlah jangan dibahas. Brayan udah bisa ditemui, kamu mau ketemu dia gak? Kalau gak biar aku saja yang masuk ke dalam ruangan itu," ucap, Choky.
Alishka tak berucap sepatah katapun, dia langsung berjalan memasuki ruangan itu!
Choky dan yang lainnya hanya diam dan membiarkan, Alishka menemui, Brayan sendirian.
"Permisi, para gadis. Daripada tegang gini mending kita kenalan," ucap, Azka.
Henny dan Milla menatap, Azka secara bersamaan.
"Iya, Azka betul itu daripada kita hanya diam-diaman seperti ini, mending kita kenalan," sambung, Choky.
Dua gadis itu hanya terdiam dengan mulutnya yang tertutup rapat.
"Hey cantik, yang punya masalah kan, Alishka dan Brayan kenapa kita tidak coba untuk menyatukan mereka. Ayolah, kalian berdua pasti ingin teman kalian itu bahagia kan?"
Henny menatap, Choky yang baru saja berbicara lalu dia mengukir senyuman di bibirnya.
"Nama aku, Henny dan ini temanku namanya, Milla," ucap, Henny.
"Aku–"
"Kita sudah tahu nama kalian," ucap, Milla memotong perkataan, Azka.
"Choky dan Azka kan," sambung, Milla.
Choky tersenyum lalu menjabat tangan dia gadis itu secara bergantian.
"Kalian gak seperti, Brayan kan?" tanya, Henny.
"Maksudnya?" Choky bertanya balik.
"Aku harap kalian mengerti," ucap, Milla.
"Kalian salah faham tentang, Brayan. Dia orang baik kok, dia pemuda baik-baik."
"Pemuda baik-baik tidak akan mem******a orang."
"Jika ada waktu lebih, aku akan menceritakan yang sebenarnya terjadi. Sekarang ayo kita temui, Brayan dan Alishka! Aku takut nanti, Alishka malah menyakiti, Brayan didalam sana," ucap Choky.
Mereka semua pun langsung masuk ke dalam ruangan dimana ada, Brayan dan Alishka!
"Aku sangat mencintainya, Brayan dan dia juga sangat mencintai aku. Kami saling mencintai, tolong kamu lepaskan aku."
Saat, Azka hendak membuka pintu ruangan itu, mereka semua mendengar, Alishka yang sedang berbicara serius dengan, Brayan.
Mereka semua berdiri di depan pintu itu tidak ada satu orang pun dari mereka yang berani masuk ke dalam ruangan itu.
"Mereka sedang serius, sepertinya kita tidak bisa masuk ke dalam," ucap, Henny.
"Kita tunggu saja sampai mereka selesai bicara. Kita gak boleh mengganggu mereka," ucap, Choky.
Mereka semua pun kembali duduk di kursi ruang tunggu sampai, Alishka keluar dari ruangan itu.
Di dalam ruangan itu.
Brayan yang masih berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan, Alishka yang duduk di kursi yang ada di samping ranjang rumah sakit.
"Alishka, aku gak bisa melepaskan kamu setelah aku menikahi dirimu," ucap, Brayan.
"Tapi kita tidak saling mencintai, Brayan. Kita tidak akan bahagia hidup dalam pernikahan tanpa cinta."
"Kita akan bahagia jika kita sama-sama berusaha untuk menerima satu sama lain."
"Gak bisa, aku gak mau pisah dari, Farel."
Tok!
Tok!
Karena mereka terlalu lama mengobrol, akhirnya, Henny mengetuk pintu ruangan itu karena, Brayan tidak memerlukan perawatan intensif dan mereka ingin segera pulang dari gedung membosankan itu.
"Boleh kita masuk?" tanya, Henny sembari menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
Alishka mengusap air matanya lalu menatap ke arah pintu.
"Masuk saja," ucap, Alishka.
Choky dan yang lainnya mulai memasuki ruangan itu!
"Brayan tidak harus dirawat, dia boleh langsung pulang," ucap, Azka.
"Kalau gitu ayo kita pulang, aku gak mau lama-lama di hotel menyebalkan ini," ucap, Brayan sembari bangkit dari tidurnya.
"Yan, lo yakin gak apa-apa?" tanya, Azka.
"Yakin lah masa enggak."
"Mana obatnya?" tanya, Alishka pada, Choky.
"Ini obatnya, jangan lupa diminum ya, Yan dan jangan lupa olesi luka memarnya dengan salep ini," ucap, Choky sembari memberikan obat itu kepada, Alishka.
"Dia udah dewasa, gak disuruh juga dia pasti minum obatnya," ucap, Alishka.
Mereka semua pun langsung pergi meninggalkan rumah sakit itu!
*******
Setibanya di rumahnya, Alishka hanya membiarkan, Brayan berjalan sendiri memasuki rumahnya, sedikitpun, Alishka tak memiliki keinginan membantu, Brayan berjalan dan memasuki rumahnya.
"Astaghfirullah, apa yang terjadi padamu, Nak," ucap, Hendra yang melihat, Brayan babak belur.
"Aku tidak apa-apa kok, Yah," sahut, Brayan sambil terus berjalan.
Hendra segera membantu, Brayan untuk berjalan lalu memintanya untuk duduk di kursi ruangan keluarganya.
"Duduk dulu," ucap, Hendra.
"Alishka, cepat ambilkan air minum untuk suamimu!" ucap Hendra kepada, Alishka.
Alishka hanya diam tapi dia mulai berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum untuk, Brayan!
"Sudah pulang, Nak?" ucap, Sandra yang sedang mencuci piring.
"Iya, Bu," sahut, Alishka singkat sambil meraih gelas dari tempatnya.
Alishka segera menuang air putih ke dalam gelas itu lalu segera membawanya!
"Ini, air nya. Kamu minum saja sendiri," ucap, Alishka sembari menyodorkan gelas berisi air itu ke hadapan, Brayan.
"Terimakasih." Brayan langsung meminum air itu.
"Alishka, duduk di sini sebentar! Ayah ingin bicara."
Baru, Alishka ingin melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu, Hendra memanggilnya dan memintanya untuk duduk bergabung bersama mereka.
Alishka langsung duduk di kursi itu, fisik tak bisa menolak permintaan, Ayahnya.
"Ada apa, Ayah?"
"Apa yang terjadi pada, Brayan sehingga dia menjadi seperti ini?"
Alishka menundukkan kepalanya, dia tidak mungkin mengatakan bahwa, Farel lah yang melakukan ini pada, Brayan.
"Kenapa kamu diam, Alishka?"
"Itu ... itu karena ...." Alishka menggantung ucapannya.
"Ayah, tadi ada beberapa orang yang meminta dompet aku dan juga ponselku. Aku mencoba melawan dan akhirnya aku seperti ini," jelas, Brayan berbohong.
Alishka menstruasi, Brayan dengan tatapan tak percaya, bagaimana bisa, Brayan tidak mengatakan hal ini pada, Ayahnya.
"Apa benar, Alishka?"
"Iya, Yah. Brayan mencoba melindungi aku juga dari preman-preman itu." Alishka jadi ikut berbohong pada, Ayahnya.
"Bawa suamimu ke kamar dan obati suamimu, Al," ucap, Hendra.
Alishka mengangguk lalu bangkit dari duduknya.
"Ayo," ucap, Alishka pada, Brayan.
Brayan bangkit dari duduknya lalu mulai berjalan mensyukuri kamarnya!
Setibanya didalam kamar, Alishka duduk di tepi ranjang sedangkan, Brayan duduk di kursi rias milik, Alishka.
"Obati lukamu sendiri, jangan harap karena kamu sudah membeka, Farel di hadapan, Ayah aku akan merasa berhutang budi padamu," ucap, Alishka dengan gaya datarnya.
Brayan menatap, Alishka dan senyum tipis terukir di bibirnya.
"Aku bisa mengobati luka ini sendiri kon. Terimakasih sudah mau datang ke rumah sakit untuk menemani aku."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Karin Iza
bener
2025-03-02
0