Setelah menunggu beberapa saat akhirnya, Brayan bisa menemui, Aliskha di ruang rawat inap.
Brayan duduk di kursi yang ada di samping ranjang rumah sakit yang diatasnya ada, Aliskha yang sedang terbaring lemah dengan selang infus di tangannya.
"Aku harus menghubungi siapa, aku sendiri tidak tahu siapa kamu dan siapa keluarga kamu," ucap, Brayan sembari terus menatap wajah, Aliskha dengan tatapan penuh rasa bersalah.
Aliskha menggerakkan tangannya lalu perlahan membuka matanya, dia mencoba mengenali sekeliling ruangan itu.
"Di mana ini?" gumam, Aliskha dengan suara halus.
Brayan menatap, Aliskha. "Kamu sudah sadar? Kamu di rumah sakit," ucap, Brayan.
Aliskha menatap, Brayan dan seketika dia menjadi ketakutan.
"Kamu!" Aliskha berusaha melepaskan jarum infus di tangannya dan mencoba untuk pergi dari tempat itu.
Brayan tak membiarkan, Aliskha pergi karena dia tahu, Aliskha masih harus mendapatkan perawatan medis.
"Apa yang kamu lakukan? Kamu tidak boleh melepaskan ini," ucap, Brayan.
"Jangan sentuh aku!" Aliskha mendorong tubuh, Brayan agar menjauh darinya.
"Jangan dekati aku. Kenapa kamu tidak membiarkan aku mati saja? Aku gak mau hidup, aku gak mau hidup lagi." Aliskha menangis histeris.
Saat melihat wajah, Brayan, Aliskha menjadi ketakutan karena mengingat kejadian semalam yang, Brayan lakukan padanya.
Aliskha berharap dirinya mati saat itu tapi ternyata saat dirinya membuka matanya, dirinya sudah berada di rumah sakit dengan ditemani oleh laki-laki yang sudah merampas harta satu-satunya yang dia miliki.
"Oke-oke. Aku tidak akan mendekati kamu t_tapi kamu tenang ya. Tolong jangan pergi dari sini dan jangan lepaskan itu dari tangan kamu. Aku akan pergi, ya aku akan pergi." Brayan berjalan mundur menuju pintu keluar sembari terus memperhatikan, Aliskha. Dia tak ingin, Aliskha membahayakan nyawanya setelah apa yang dilakukannya semalam.
Aliskha duduk di atas ranjang rumah sakit itu dengan air matanya yang terus mengalir di pipinya. Selain dirinya takut kepada, Brayan dirinya juga sangat menyayangkan kejadian yang menimpanya semalam.
Aliskha duduk dengan memeluk kakinya dengan dagunya yang ditopang oleh lututnya, sambil terus menangis, Aliskha meremas selimut yang menutupi kakinya itu.
"Ibu, maafkan aku. Maafkan aku," ucap, Aliskha didalam hatinya.
Tak lama setelah, Brayan keluar dari ruangan itu, seorang dokter dan suster masuk ke dalam ruangan itu.
Suster itu menjaringkan, Aliskha lagi dan seorang dokter langsung memeriksa kondisi, Aliskha setelah, Aliskha terbaring di tempatnya.
"Tenang, Mbak jangan takut, di sini aman kok tidak ada orang jahat yang akan masuk ke sini," ucap dokter itu pada, Aliskha karena melihat pasiennya itu begitu ketakutan.
Aliskha hanya diam, dia tak mungkin menceritakan yang sebenarnya kepada dokter itu.
Di luar ruangan rawat, Aliskha.
Brayan, menelpon, Choky untuk meminta tolong padanya.
Choky adalah satu dari dua temannya yang ikut berpesta minuman keras bersamanya malam tadi.
[Lo di mana, Yan?] tanya, Choky dari sebrang telpon.
[Gue di rumah sakit. Sekarang lo di mana?] sahut, Brayan.
[Gue masih di hotel.]
[Bagus kalau gitu. Sekarang lo masuk ke kamar yang ada di sebelah kamar gue dan lo cari ponsel dan tas seorang wanita terus lo bawa ke sini ya]
[Maksud lo?]
[Lo jangan banyak nanya dulu. Gue lagi pusing ini, nanti gue ceritain kalau lo udah nyampe sini]
Brayan langsung mematikan sambungan telponnya secara sepihak tanpa menunggumu, Choky berucap sesuatu padanya.
*******
Di hotel.
Choky berjalan menuju kamar yang dimaksud oleh, Brayan! Dia mencari ponsel dan tas seorang wanita seperti yang dikatakan oleh temannya dalam telpon.
Choky menatap ada pakaian dalam wanita yang tergeletak di atas tempat tidur itu, dia memperhatikan sekeliling kamar itu dan akhirnya menemukan apa yang dia cari.
"Jangan-jangan anak itu?" Choky menghentikan langkahnya, dia menebak-nebak apa yang terjadi pada, Brayan malam tadi.
"Aah, gue mikir apa sih? Gak mungkin, Brayan melakukan itu." Choky kembali melanjutkan langkahnya.
Dia keluar dari kamar itu dengan membawa sebuah tas slempang kecil dan satu buah ponsel yang kemungkinan milik wanita yang dimaksud oleh, Brayan.
"Ka, gue cabut duluan ya." Choky berpamitan kepada, Azka ~ temannya yang juga ikut berpesta minuman keras itu.
"Kemana lo?" tanya, Azka.
"Gue mau ke rumah sakit. Brayan sedang ada di rumah sakit sekarang." Choky terus berjalan keluar dari hotel itu.
"Di rumah sakit? Ngapain?"
"Gue gak tahu, makannya ini gue mau ke sana biar tahu apa yang terjadi sama dia."
"Gue ikut!" Azka mengejar, Choky.
"Ya udah ayo cepat!"
Mereka berdua segera meninggalkan hotel itu. Choky mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, keselamatan dalam berkendara adalah prioritas utama baginya.
"Ki, jangan-jangan, Brayan oper dosis lagi karena kebanyakan minum semalam," ucap, Azka.
"Sembarang lo kalau ngomong," ucap, Choky.
"Habisnya ngapain dia di rumah sakit kalau gak sakit?"
"Jangan banyak ngomong, kita ke sana saja dulu biar tahu tuh anak kenapa."
"Setahu gue sih semalam dia mabuk berat sampai-sampai dia salah mengenali orang."
Saat mereka sedang asyik mengobrol tiba-tiba ponsel milik, Aliskha berdering. Choky langsung melihat layar ponsel itu dan tertera nama, My Mommy.
"Ibu?" gumam, Choky.
"Ibu siapa?" tanya, Azka.
"Ya, Ibunya yang punya handphone ini lah. Ibu siapa lagi."
"Lah itu ponsel siapa?"
"Mana gue tahu. Brayan yang nyuruh gue bawa ponsel ini ke rumah sakit."
"Lo angkat tuh telponnya."
"Sembarangan lo. Kalau, Ibu ini nanyain anaknya gimana? Gue mau jawab apa? Gue gak mau disangka penculik ya."
"Udah lah kalau gitu, diemin aja tuh ponsel."
Choky pun membiarkan telpon dari, Ibunya Aliskha itu, dia terus fokus berkendara menuju rumah sakit yang diberitahukan oleh, Brayan.
*******
Di kediaman, Aliskha.
Sandra semakin khawatir terhadap, Aliskha pasalnya gadis itu tidak bisa dihubungi. Beberapa kali dirinya mencoba menelpon, Aliskha namun tak juga ada jawaban dari putrinya itu.
"YaAllah, semoga anakku baik-baik saja," gumam, Sandra.
"Gimana, Bu. Apa, Aliskha sudah bisa dihubungi?" tanya, Hendra.
"Belum, Pak."
"Astaghfirullah, kemana anak kita itu, Bu? Semoga dia baik-baik saja dimana pun dia berada."
Sandra dan Hendra sangat khawatir terhadap putrinya yang sampai kini belum bisa dihubungi.
"Ibu akan tanyakan lagi pada teman-temannya nanti. Tadi, Ibu sudah menelpon mereka namun tidak ada jawaban juga dari mereka."
"Mungkin mereka sedang ada sesuatu yang harus dilakukan sehingga mereka tidak sempat menerima telpon."
Bersambung
Rekomendasi novel yang sangat bagus untuk kalian baca.
Yuk! Yuk! Yuk! Mampir ke sana juga.
ceritanya pasti seru.
Judul: Terjebak Cinta Dara Jelita
Karya: Chacha Shyla
Blurb:
Bagaimana jadinya, jika sebuah dendam membuatmu terjebak dalam sebuah pernikahan tanpa cinta?
"Menikahlah denganku," Axel.
"Bagaimana jika aku menolak?" Dara.
Mampukah, Dara mempertahankan rumah tangganya, dengan orang yang menikahinya hanya karena dendam?
Sedangkan dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya, dan mampukah seorang, Jelita yang notabennya tomboi, membuat suaminya yang super dingin dan datar jatuh cinta padanya?
"Kau harus menerima balasan atas apa yang kami lakukan pada, Amara."
"Lakukan apa yang ingin kau lakukan, aku tidak perduli," Jelita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Salsa220
lanjut
2022-12-03
0
Surya Din
awas loh, Brayan.
2022-12-03
0
amel220
next
2022-12-03
0