"Pa, Mama ingin bicara tentang, Brayan."
"Kenapa dia?" tanya, Argadana.
"Tapi, Papa jangan marah ya." Ashmita mera ragu untuk memberi tahu tentang yang terjadi pada, Brayan.
Arga menatap, Ashmita dengan tanpa berucap satu patah kata pun.
"Brayan, sudah melakukan kesalahan besar dan dia harus bertanggungjawab atas apa yang sudah dia lakukan." Ashmita menundukkan kepalanya, dia tak berani menatap wajah sang suami.
"Kesalahan apa? Tentu dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya."
"Dia sudah meniduri seorang gadis."
"Apa! Mana anak itu? Beraninya dia mencemari nama baik keluarga kita." Argadana terlihat sangat marah saat mendengar perkataan sang istri.
Arga bangkit dari duduknya lalu berjalan tergesa-gesa menuju kamar, Brayan!
"Pa, jangan marahi dia."
Ashmita mengejar, Arga sampai didepan pintu kamar, Brayan.
Brak!
Arga membuka pintu kamar, Brayan dengan kasar.
Brayan yang sedang melamun, terperanjat karena mendengar suara gebrakan yang keras.
"Papa," ucap, Brayan.
Arga menghampiri, Brayan lalu menampar pipinya dengan sekuat tenaganya.
"Dasar bodoh. Kenapa kamu melakukan hal yang dapat merusak citra keluarga kita. Kamu tahu? Kalau ini semua terdengar oleh orang lain, apa yang akan mereka pikirkan tentang keluarga kita?" Arga berucap dengan suara keras dan dengan tatapan tajamnya yang terus menatap ke arah, Brayan.
Brayan tak mengucapkan sesuatu apapun karena dia tahu saat itu, Papanya sedang dalam keadaan marah besar. Mau bicara apapun tidak akan didengar olehnya.
"Pa, sabar. Dengarkan penjelasan dari, Brayan dulu," ucap, Ashmita sembari mengelus lengan, Arga.
"Di mana rumah gadis itu? Kamu harus bertanggungjawab. Gara-gara, Syahira kamu berani melakukan ini. Papa sudah bilang, Syahira bukanlah wanita yang pantas untuk kamu tangisi."
"Pa, maafkan aku. Aku berani bersumpah demi apapun, ini semua terjadi karena kecelakaan dan tidak ada unsur kesengajaan. Menang aku melihat, Syahira dalam dirinya, aku berpikir untuk memiliki dia seutuhnya dan ternyata setelah aku sadar, ternyata dia bukan, Syahira."
"Cepat bersiap! Sekarang juga kita harus ke rumah gadis itu sebelum dia melaporkan kamu ke polisi."
Arga pergi dari kamar, Brayan dengan langkah cepat. Dia kecewa dengan apa yang sudah dilakukan oleh putranya itu, dia tak menyangka gara-gara wanita, Brayan menjadi gelap mata. Citra baik keluarganya yang sudah ia bangun sejak lama, kini dipertaruhkan oleh sang putra.
"Brayan, kamu cepat ganti pakaian dan temui, Mama sama Papa di bawah ya," ucap, Ashmita sebelum akhirnya dia pergi dari kamar, Brayan.
Brayan tak berucap, dia menatap kepergian, Mamanya lalu mulai mencari pakaiannya di dalam lemari setelah, Ashmita tak terlihat lagi.
*******
Alishka terus mengurung diri di dalam kamarnya. Kejadian yang dia alami sangat membuatnya sedih, marah, kesal dan kecewa. Dia ingin sekali marah tapi tidak tahu harus marah pada siapa sedangkan dirinya tidak mengenal laki-laki yang sudah membuatnya kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam dirinya.
Tok!
Tok!
Sandra mengetuk pintu lalu membuka pintu kamarnya, Alishka tanpa disuruh oleh sang pemilik kamar!
"Alishka," ucapnya.
Alishka menoleh ke arah suara dengan air mata yang berlinang di pipinya.
"Ya Allah, Alishka kamu kenapa, Nak?" Sandra segera masuk ke dalam kamar putrinya itu.
Sandra duduk di samping, Alishka lalu menatap putrinya itu dengan tatapan dalam.
"Kenapa, Nak? Apa yang terjadi padamu sehingga setiap hari kamu menangis seperti ini?" tanya, Sandra.
"Bu, aku sakit. Entah kenapa tanganku ini sakit sekali," sahut, Alishka berbohong.
Alishka memperlihatkan tangannya yang ada bekas luka yang ia buat sendiri itu.
"Ini kan sudah diobati oleh dokter, sebentar lagi juga sembuh, kamu tahan sebentar lagi ya, Nak."
Alishka tersenyum tipis, dirinya selalu bisa menemukan ketenangan lewat perkataan, Ibunya itu.
Sandra mengusap air mata, Alishka dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Sudah ya, jangan nangis lagi atau kalau tidak, Ibu juga akan ikut menangis."
"Bu, bagaimana jika aku sudah kehilangan kesucian ku ini?"
Alishka berucap dengan suara parau karena dia terlalu banyak menangis. Kepalanya tertunduk, dirinya tak berani menatap netra sang Ibu.
Sandra menghentikan pergerakan tangannya yang sedang merapikan rambut, Alishka yang berantakan.
"Apa kamu bilang?" ucap, Sandra dengan tatapan yang tak lepas dari sang putri.
"Bu, maafkan aku." Bukannya menjelaskan apa yang ingin diketahui oleh sang Ibu, Alishka malah meminta maaf.
"Bicara yang jelas, Alishka jangan meminta maaf."
"Laki-laki itu sudah mem******a aku, Bu. Aku gak mau mengecewakan Ibu sama Ayah dan akhirnya aku berniat ingin mengakhiri hidupku dengan menyayat pergelangan tanganku. Aku ingin mati saja Bu, aku pikir aku akan mati tapi ternyata laki-laki itu membawaku ke rumah sakit. Aku gak tahu kapan dia membawaku ke rumah sakit, yang aku tahu saat aku sadar aku sudah terbaring di atas ranjang rumah sakit itu," jelas, Alishka dengan berurai air mata.
Setelah mengumpulkan keberanian yang cukup, akhirnya, Alishka mengatakan yang sebenarnya terjadi pada sang Ibu.
"Apa." Sandra menangis, dia sangat terpukul dan merasa sangat tersakiti dengan pernyataan, Alishka.
"Maafkan aku, Bu maafkan aku."
Sandra tak kuasa menahan kesedihannya sehingga dia kesulitan untuk berucap. Dia membelakangi, Alishka dengan tanpa sepatah kata pun yang terucap dari bibirnya.
Tok!
Tok!
Tok!
"Assalamu'alaikum!"
Terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya dan mengucapkan salam.
Sandra segera menghapus air matanya lalu beranjak dari duduknya untuk segera membukakan pintu untuk tamunya!
Cklek!
Sandra membuka pintu rumahnya dan dia langsung melihat ada tiga orang yang berdiri di depan pintu rumahnya yang terdiri dari dua laki-laki beda usia dan satu perempuan.
"Dengan orang tuanya, Alishka?" tanya, Ashmita.
"Iya, siapa ya dan ada apa? Anak saya sedang tidak bisa ditemui," sahut, Sandra.
"Kami ingin bicara dengan, Anda tentang anak-anak kita," ucap, Ashmita lagi.
"Silahkan masuk!" Sandra mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumahnya dan menyuruh mereka untuk duduk.
Setel mereka duduk, Sandra langsung ke dapur untuk membuatkan minum untuk para tamunya.
Tak butuh waktu lama, Sandra sudah kembali lagi ke ruangan itu dengan membawa tiga gelas teh di tangannya!
"Silahkan minum dulu," ucap, Sandra setelah menata gelas itu di atas meja.
Sandra duduk di kursi itu! "Jadi apa yang ingin kalian bicarakan? Saya, Ibunya Alishka.
"Assalamu'alaikum?" Baru, Argadana akan bicara, Hendra tiba di rumahnya itu.
"Ada tamu, rupanya," ucap, Herman sembari mengalami semua tamunya.
"Duduklah, Pak," ucap, Sandra.
Tanpa protes, Hendra pun langsung duduk bergabung bersama mereka.
"Jadi maksud dan tujuan Kami datang ke sini. Kami ingin melamar putri Anda untuk menjadi istri dari anak kami," ucap, Argadana.
Bersambung.
Selamat malam teman-teman, seperti biasa aku datang dengan membawakan rekomendasi novel yang bisa kalian baca.
Ceritanya pasti seru deh, kalian pasti suka.
Judul: Pewaris Untuk Musuh
Author: As Cempreng
Namanya Kamila Prameswati gadis berusia 19 tahun yang dilelang di dunia bawah.
Berbekal sebuah informasi anonim dia berpikir jika pria yang telah membeli dirinya adalah pembunuh kedua orangtuanya.
Dalam misi pembalasan dendam, justru kehamilan mengacaukan rencananya. Dia mulai terjebak dengan kelembutan sang musuh yang membuatnya jatuh hati.
Tidak sampai di situ, Kamila terjebak tidak bisa melepaskan diri dari jeratan cinta Mafia, demi menemukan sang pembunuh sebenarnya dan berakhir pada sebuah perjanjian yang memisahkan Kamila dengan cintanya.
Kamila tidak tahu bahwa musuh dari musuhnya ada adalah petarung hebat di dunia Mafia dengan nama Edrik yang adalah kakak tirinya.
Di tengah perjalanannya Ia terjebak dalam dua cinta Mafia.
Jadi kehidupan mana yang akan dipilih Kamila?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Surya Din
lanjut thor
2022-12-06
0