Tak terasa kini usia kandungan Vior memasuki bulan ke tiga, rasa mual dan keinginan yang aneh-aneh jelas sering diminta oleh Vior pada Prince, untungnya Prince adalah suami yang sigap jadi Vior merasa lega, apapun yang dia inginkan saat mengandung bisa dituruti.
Pagi ini Prince baru pulang sejak dari subuh keluar dari rumah hanya untuk mencarikan Vior buah berduri, bukan buah durian tapi buah berduri yang lain, orang sering menyebutnya buah sirsak atau buah sirkaya, ternyata buah itu sangat sulit dicari apalagi nyarinya subuh-subuh.
Prince masih mengantuk bagaimana tidak jika dia harus keluar rumah di waktu pukul tiga dini hari hanya untuk mencarikan buah yang Vior inginkan, se pulangnya dari pencarian yang melelahkan Prince membaringkan diri dan tak butuh waktu lama bagi Prince untuk terlelap.
"Ih kayaknya enak aku mau," tiba-tiba saja Windi datang, berniat membantu Vior menghabiskan buah berduri lembut itu.
"Aku boleh nyobain?" tanya Windi meminta izin, Vior mengangguk sambil menyodorkan pada Windi.
Kedua ibu hamil itu pun menghabiskan dua buah tersebut tidak lama kemudian.
"Kak Prince mana?" tanya Windi setelah dia dan Vior selesai makan.
"Kayaknya di kamar lagi tidur," jawab Vior z sisa kulit dibersihkan dari atas meja sebelum dibuang ke tempat sampah.
Windi melihat jam tangan yang menunjukkan pukul setengah sembilan pagi.
"Tumben Kak Prince jam segini tidur, selama aku kenal Kak Prince nggak pernah dia tidur jam segini kecuali kalau dia sakit," ucap Windi.
"Pak Prince nggak sakit kok, dia tadi subuh keluar rumah buat nyariin aku sirkaya, ya mungkin dia capek jadi tidur," jawab Vior, dia pun menghampiri Windi yang duduk di kursinya tadi.
Windi menggeser kursinya mendekati Vior dengan senyum jahil.
"Proses hamil kamu gimana?" tanyanya.
"Ya mungkin kayak wanita hamil lainnya, aku belum pernah hamil sebelumnya jadi tidak paham, kalau Mbak Windi sendiri gimana?" tanya Vior.
"Aku mah santai aja, soalnya yang ngalamin morning sickness itu Ayahnya bayi aku, tiap pagi aku sampai kasihan lihat Calvin di kamar mandi muntah-muntah," Windi menatap Vior, sekarang wajah Vior terlihat lebih chubby dari sebelumnya.
Windi siap membuka mulut untuk menggoda Vior, tapi panggilan dari Calvin menyela.
"Ayo ke Dokter hari ini, jadwalnya kita periksa kandungan kamu," ucap Calvin, Windi memanyunkan bibirnya berdiri mengikuti tarikan tangan Calvin.
"Bye Kakak ipar, nanti kita cerita lebih banyak lagi yah," Windi melambaikan tangan pada Vior.
"Kamu kalau mau pergi ke rumah Mama bisa nggak sih bilang dulu sama aku, biar nggak bingung nyariin kamu, kalau ilang-ilangan kayak gini kan bikin aku panik," omel Calvin sepanjang jalan, lelaki itu menggandeng tangan Windi keluar rumah, Vior tersenyum melihat keluarga Windi.
"Mereka cocok banget jadi pasangan," gumamnya tanpa sadar.
Vior menoleh ke arah tangga, Prince tidak turun sejak pulang dari mencarikan buah yang Vior inginkan, Vior pergi ke dapur menyiapkan sarapan untuk Prince, takutnya Prince belum sarapan saat sibuk menuruti kemauannya.
Sedikit susah Vior menaiki satu persatu tangga, perutnya sudah sedikit lebih besar, Vior harus hati-hati karena ada nyawa di dalam perutnya yang harus dia jaga, pintu kamar dibuka, Prince terlihat sedang berbaring tengkurap di atas tempat tidur.
Vior meletakkan nampan yang berisi sarapan untuk Prince, dengan hati-hati Vior duduk di tepi tempat tidur menyentuh bahu Prince dan mengguncangnya pelan.
"Pak Prince, Pak Prince sudah sarapan belum? aku bawain sarapan buat Pak Prince, dimakan yah Pak," ucap Vior.
Prince hanya bergumam tidak jelas, sepertinya Prince terlalu lelah, Vior jadi tidak tega telah merepotkan Prince, tapi mengingat bukan semata keinginan pribadi yang Vior mau, semua keinginan itu tiba-tiba saja muncul seolah ada dorongan di mana keinginannya harus segera terpenuhi.
"Pak Prince," panggil Viora lagi.
"Sarapan dulu Pak, aku udah bawain susah payah dari dapur loh," lanjut Vior yang berhasil membuat Prince bangun kaget.
"Kamu bawa makanan dari dapur buat naik ke lantai dua?" kepala Prince melihat ke meja di mana ada sandwich dan segelas susu hangat, Prince lantas mendekati Vior, kini Prince tanpa ragu langsung mengusap perut Vior tanpa izin seperti sebelumnya.
"Astaga Vior, kenapa kamu bawain sarapan buat aku ke kamar sih? nanti kalau terjadi sesuatu sama anak aku gimana? kamu kan bisa minta bantuan Mbok atau Bibik yang lain," ucap Prince.
Vior terdiam meski bukan yang pertama kali mendapatkan usapan peduli dari Prince di permukaan perut yang terlapisi oleh baju, perasaan Vior selalu berdebar-debar, kepalanya menoleh sedikit menatap Prince yang panik, mengulas senyuman di bibirnya.
"Aku nggak apa-apa kok, Pak Prince pasti capek nyari sirkaya buat aku, Pak Prince belum sarapan kan? ini aku bawain jadi dimakan yah," ucap Vior.
"Hhh... lain kali kamu nggak boleh ulangin lagi yah, kalau kamu bawain sarapan atau apapun buat aku mending minta bantuan sama yang lain, jangan kamu bawa sendirian naik ke kamar atau kayaknya kamar kita pindah ke lantai bawah aja deh, biar kamu nggak naik turun tangga," ucap Prince.
Vior tersenyum, senang rasanya dipedulikan oleh Prince sebenarnya rumah besar Prince punya lift, hanya saja karena jarang digunakan, mungkin lift itu sekarang rusak sampai tidak ada yang memakainya.
Vior mengusap wajah Prince yang cemas, padahal Vior tidak kenapa-kenapa.
"Udah nggak apa-apa, ini sarapannya dimakan, Pak Prince nggak mau kan sia-siain usaha aku naik turun tangga gitu aja?" ucap Vior.
Prince menghela nafas, melepaskan tangan Vior dari wajahnya berganti mengecup punggung tangan Vior sekilas.
"Aku akan makan tapi kamu janji nggak boleh ulangin hal ini lagi, bisa bahaya kalau kamu keseringan naik turun tangga, lain kali liftnya akan aku panggilkan tukang service biar bisa dipakai lagi," ucap Prince.
Vior mengangguk lalu berdiri mengambilkan nampan yang berisi sarapan Prince, menyodorkan susu hangat yang dengan senang hati diterima oleh Prince, perlahan Vior mulai terbiasa setelah tinggal satu bulan lebih dengan Prince, kedekatannya dengan Prince tidak menimbulkan kecanggungan bagi Vior.
Namun kedekatannya hanya sebatas kepedulian Prince terhadap bayi yang Vior bawa di perutnya, setidaknya itu yang Vior rasakan, tidak pada sentuhan lain yang Prince berikan setelah menikah resmi menjadi suami istri.
Selesai menghabiskan sarapan yang dibawakan oleh Vior, Prince menarik pelan tangan Vior untuk duduk di depannya.
"Kamu udah nggak minta aneh-aneh lagi kan?" tanya Prince, wajahnya memelas seolah mengatakan jangan siksa aku dengan permintaan aneh mu.
Vior terkekeh pelan.
"Ya nggak tahu, emang kalau aku minta aneh-aneh lagi Pak Prince bakalan biarin aku gitu aja? tanpa menuruti permintaan aku lagi, gimana kalau anaknya nanti lahir ngeces terus?" ucap Vior.
"Yah nggak gitu juga sih, lagian aku mana tega membiarkan anak aku nantinya ngeces terus, nanti kalau dia udah gede kamu bakalan bilang salahin ayah kamu yang nggak mau nurutin kemauan Mama pas lagi hamil kamu, kan nanti anak aku jadi benci aku gimana?" ucap Prince.
Menggemaskan, Vior merasa Prince sekarang sangat menggemaskan sampai Vior tidak bisa menahan tangannya untuk mencubit gemas kedua pipi Prince.
Wajah Prince semakin imut saat Vior menarik pipinya, tertawa geli melihat wajah Prince yang sekarang.
"Pak Prince imut deh, kalau aku cubit kayak gini Pak Prince nggak akan marah kan?" ucap Vior.
Prince membiarkan Vior mencubit pipinya, tawa Vior membuat Prince tenang, sejak pernikahan mereka Prince dan Vior semakin dekat walaupun cinta masih belum hadir dihati Prince untuk Vior, tapi Prince yakin cepat atau lambat cinta itu pasti akan dia dapatkan ketika hari-harinya telah dipenuhi oleh sosok Vior.
"Aku nggak marah tapi jangan buat anak aku sebagai alasan supaya kamu bisa bully aku," ucap Prince.
Vior melepaskan tangannya dari Prince masih dalam kondisi tertawa.
"Senang banget deh kayaknya bully suami sendiri," Prince menarik Vior pelan dalam dekapannya. Aroma khas tubuh Vior sangat menyegarkan, perpaduan aroma yang berbeda, ketika merasakan harum di tubuh Vior, Prince merasakan ketenangan seperti di hutan yang penuh dengan banyaknya bunga.
Tawa Vior mereda ketika rasa geli dia terima dari kecupan tipis yang diberikan Prince pada tengkuknya, Vior bergidik sampai mendorong Prince menjauh, sepasang bola mata Prince bertatapan dengan Vior, hening diantara mereka berdua, kedua tangan Prince membingkai wajah Vior.
Mengusap wajah putih mulus alami dengan penuh kelembutan, wajahnya sangat menggemaskan wajahnya, bola mata hitam kecoklatan yang besar, pipinya chubby, bibirnya merah alami tanpa polesan lipstik yang berlebihan, cuma diberi pelembab bibir agar tidak kering, hanya dengan begitu saja Vior sudah sangat cantik.
Prince memajukan wajahnya secara spontan Vior memejamkan mata dengan tangan yang mencengkram baju kaos Prince, lembut bibir Vior beradu lambat dengan bibir Prince, merasakan permukaan bibir Vior yang berperisa buah yang belum lama ini Vior makan.
Hanya sebentar sampai Prince menarik dirinya kembali, ibu jarinya mengusap permukaan bibir Vior, tersenyum tipis ketika Vior tidak menolak ciumannya sepertinya sudah menerima jika dia adalah milik Prince sekarang.
Vior menunduk malu wajahnya yang putih bersamu merah, Prince terkekeh geli, ini bukan ciuman pertama mereka tapi tiap kali selesai melakukan skinship yang singkat pasti Vior akan menunduk, bagi Prince itu menggemaskan, dipadukan lagi dengan wajah Vior yang memang sudah menggemaskan, menambah kesan lucu.
"Kenapa nunduk?" tanya Prince.
Vior menggeleng.
"Aku nggak mau natap Pak Prince, wajah aku pasti kayak tomat matang sekarang," Prince semakin tertawa.
"Kamu malu? ini bukan yang pertama kalinya loh," ucap Prince.
Vior memberanikan diri menatap Prince, memukul Prince sekilas karena pukulan kedua segera di tangkis oleh Prince.
"Kamu mau lagi? kalau kamu mau lagi aku dengan suka hati bakalan cium kamu kayak tadi" kata Prince.
Blush! wajah Vior tambah merah dan Prince justru semakin dibuat tertawa gemes karena sikap malu-malu yang Vior berikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
🖤잘리나💎
lanjuttt lagi Thor semangat
2022-12-16
0