Hari pernikahan pun tiba, Vior dibantu oleh seseorang untuk memakai gaun pernikahan berwarna putih tulang rancangan Windi yang tepat di tubuh Vior, kini Vior telah tampil cantik ditambah make up dewasa yang dipoleskan di wajahnya menambah kesan kecantikan gadis itu semakin banyak.
Pernikahan digelar tidak begitu mewah hanya beberapa orang yang diundang dan acara pun hanya akan berlangsung sampai sore hari, harusnya saat hari pernikahannya ini ibunya ada untuk memuji dan Ayahnya ada untuk menggandeng tangan Vior.
Namun, kenyataan bahwa dia hanya sebatang kara kembali membuat Vior sedih, tak lama Prince datang, Vior menoleh ke arah suaminya yang sudah berpenampilan tampan, lengkap dengan setelan tuxedo berwarna putih dan dasi kupu-kupu hitam melingkari lehernya.
Sangat tampan! beruntungnya Vior akan menjadi istri dari lelaki seperti Prince, di lain itu Prince hanya berdiri di depan pintu, menatap takjub dengan sosok Vior, gadis mungil nan cantik itu akan menjadi istrinya, tidak pernah terbayangkan oleh Prince sebelumnya jika dia akan menikahi seorang gadis dengan wajah seperti boneka.
Mengenyahkan pikiran yang takjub melihat Vior, Prince mengulurkan tangan agar dia menuju ke tempat dimana akan melakukan pernikahan, dengan disaksikan oleh beberapa orang tamu undangan, acara sakral tersebut akhirnya berjalan dengan lancar.
Tidak berhenti sampai di sana, detak jantung Vior tak pernah berhenti berdebar-debar, tak terasa jika saat ini Prince sudah menjadi suaminya, beberapa orang tamu undangan menjabat tangan Prince guna mengucapkan selamat atas pernikahan.
Vior hanya diam jika dia didatangi oleh seseorang maka Vior hanya akan menjabat tangan orang tersebut sambil tersenyum tanpa menanggapi ucapannya, tanpa sengaja sepasang mata Vior bertemu dengan Windi yang tersenyum dari tempat wanita itu dan suaminya duduk, hanya berjarak kurang dari dua bulan, apa yang Windi katakan waktu itu sungguh terjadi saat ini.
Menjadi ratu di hari pernikahannya, kini Vior merasakan apa yang sempat Windi rasakan, namun tak ada senyum yang Vior berikan bukan dia tidak ingin tersenyum tapi saat ini Vior sedang menahan diri oleh sesuatu yang bergejolak di dalam perutnya.
"Vior," panggil Prince.
Vior diam, masih menahan diri agar tidak mempermalukan Prince di hari pernikahan tersebut.
"Kamu nggak apa-apa?" Prince mendekat dengan wajah khawatir, Vior menggeleng sembari menutup bibir dan hidungnya ketika aroma parfum Prince tiba-tiba saja membuatnya ingin muntah saat itu juga.
Dari samping Rara memperhatikan menantunya itu dengan kening mengernyit, ketika dia sadar akan sesuatu Rara menghampiri Vior menjauh dari Prince, buket bunga yang sempat Vior pegang diletakkan begitu saja di atas meja, dan dia berlari untuk mengeluarkan apapun yang bergejolak ingin di muntahkan.
Rara menunggu di luar toilet, mendengar suara Vior dari luar dengan pikiran yang tentu saja akan orang pikirkan mengenai keadaan Vior saat ini, tak lama Vior keluar, Rara menatap Vior dengan khawatir.
"Nak kamu hamil?" pertanyaan itu keluar dari bibir Rara.
Vior mendelik.
"Aku..."
"Jadi Prince ngotot mau nikahin kamu karena kamu hamil?" tanyanya lagi.
Vior tidak bisa menjawab, kenyataanya itu memang benar, deruh langkah terdengar, Prince menghampiri dengan wajah cemas.
"Vior kamu kenapa?" tanyanya.
Namun aroma parfum Prince kembali membuat Vior menutup hidung, entah kenapa Prince yang selalu wangi kini terasa mengganggu indra penciuman Vior, sehingga Vior kembali masuk ke dalam toilet saat Prince akan masuk ke dalam, Rara menahan lengan Prince, sampai putranya itu berbalik.
"Apa itu anak kamu?" tanya Rara.
Diam! Prince menoleh perlahan ke arah Mamanya.
"Jawab Mama Prince," ucap Rara.
"Iya itu anak Prince," jawab Prince.
Rara refleks bergerak mundur dan bersandar di dinding.
"Jadi ini alasan kamu mau cepat-cepat nikahin Vior? Mama nggak nyangka Prince kamu sampai buat anak orang hamil duluan," ucap Rara.
Pintu toilet kembali terbuka, kondisi Vior saat ini sangat kacau, riasan di wajahnya sudah rusak dengan kondisi seperti ini Prince tentu saja tidak akan kembali ke tempat acara, karena acaranya hanya sampai sore dan tamu undangan sedikit, syukurlah pesta lebih cepat selesai dari dugaan.
Prince membawa Vior pulang, di sepanjang jalan tak berhenti Vior menutup hidung bahkan mual-mual tanpa mengeluarkan apapun dari mulutnya, mereka tiba kembali di rumah besar kedua orang tua Prince.
Tanpa permisi Prince menggendong Vior naik ke lantai dua, tidak ingin Vior menaiki tangga disaat kondisinya seperti itu, tapi Vior justru semakin tersiksa dengan aroma parfum yang dipakai oleh Prince.
Tepat menginjakkan kaki di lantai dua, Vior meminta turun lalu mendorong Prince, setelahnya bergerak menjauh dari Prince dengan tangan di depan seolah menyuruh Prince jangan mendekat.
Kening Prince mengernyit.
"Aku salah apa?" tanya Prince.
Vior menggeleng.
"Aku nggak tahu tapi kamu jangan dekat-dekat aku," setelahnya Vior berlari ke kamar lalu menuju kamar mandi dan kembali muntah di sana, Prince buru-buru menyusul sampai Vior kembali keluar dengan lemas.
"Vior," ucap Prince.
"Kamu bau, aku nggak suka sama bau kamu," sahut Vior dan tentu saja sambil menjauh dari Prince.
Prince menghirup bau badannya, wangi. Lalu kenapa Vior bilang bau? Prince pun kembali mendekati Vior, spontan Vior menutup hidung dan kembali mual-mual, Prince pun berhenti mendekat dan kembali mundur.
Sungguh menyiksa, Vior tidak mengerti kenapa aroma parfum Prince sampai membuatnya tersiksa. Lemas, Vior bersandar lemas hingga duduk di lantai dingin.
Melihat kondisi Vior seperti itu tanpa berpikir dua kali Prince melepas tuxedo yang dia pakai sampai hanya menyisakan celana kain panjang, tuxedo dan kemeja dia lempar ke sofa setelah itu menghampiri Vior dan membopong istri kecilnya itu ke tempat tidur.
Sepertinya Vior tidak tersiksa lagi dengan aroma di tubuh Prince, buktinya Vior tenang ketika Prince mendekat dan menggendongnya, perlahan Prince menyelimuti Vior sebelum memanggil Dokter untuk memeriksa Prince takut terjadi sesuatu dengan Vior dan bayinya.
Prince menawarkan air minum, Vior menggeleng, Prince menghela nafas sembari meletakkan gelas kembali ke meja, Vior mengatur nafas dengan mata terpejam keringat memenuhi kening sampai Prince berinisiatif membersihkan keringat tersebut.
"Kamu mau aku bantu ganti baju? sebentar lagi Dokter mau datang buat periksa keadaan kamu," ucap Prince.
Vior menggeleng.
"Aku bisa ganti baju sendiri," ucap Vior.
"Kalau gitu aku ambilkan baju kamu dulu yah," Vior hanya mengangguk lemah, matanya bahkan sampai tidak mau dibuka karena terlalu berat.
Sekian menit Vior memaksa membuka matanya kembali, Prince membawa pakaian Vior di tangannya dengan keadaan tidak memakai baju memamerkan tubuh yang cukup atletis itu di depan Vior,, sesaat Vior tertarik untuk merasakan bagaimana rasanya menyentuh kulit tubuh Prince.
Segera Vior menggeleng mengenyahkan pikiran, kenapa otaknya tiba-tiba berpikiran mesum seperti itu, tidak lama Prince duduk di tepi tempat tidur, Vior juga berusaha duduk dengan dibantu oleh Prince.
"Kamu yakin nggak mau aku bantuin?" Prince tulus menawarkan, tidak ada niat terselubung di hati Prince saat menawarkan diri untuk membantu Vior berganti baju, Prince hanya tidak tega melihat Vior yang kondisinya seperti ini berganti baju sendirian.
Tangan Vior terulur mengambil pakaian di tangan Prince, berusaha berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengganti gaun pernikahan dengan pakaian yang lebih nyaman, beberapa menit kemudian Vior keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang Prince berikan tadi, selain itu wajah Vior juga lebih fresh dari make up setelah dibersihkan.
Saat keluar, Prince juga sudah memakai kaos hitam berlengan pendek duduk menunggu Vior datang dengan cemas. Tak ingin berlama-lama menunggu Vior jalan, Prince mengangkat Vior dan kembali membaringkan di tempat tidur, sekian menit Dokter pun datang memeriksa keadaan Vior, Prince menunggu berharap bayinya baik-baik saja.
"Bagaimana keadaan?" tanya Prince.
"Gejala seperti ini sudah biasa terjadi untuk ibu hamil Pak, janin dan istri Bapak sehat, Bapak tidak perlu khawatir, calon orang tua baru kebanyakan sering seperti ini karena khawatir," jawab Dokter.
"Jadi istri sama anak saya nggak apa-apa kan, Dokter?" tanya Prince.
Dokter mengangguk.
"Nggak Pak, mereka baik-baik saja, apa vitamin yang saya berikan kemarin masih ada?" tanya Dokter.
"Masih tapi sepertinya Vior nggak mau minum," jawab Prince.
Dokter wanita itu tersenyum, Prince dan dokter itu pun berbicara di dekat Vior yang sedang berbaring lemas, Vior beranjak duduk entah kenapa dia tiba-tiba ingin memakan buah rambutan dan mangga muda.
Dilihatnya Prince dan Dokter masih berbicara sampai Dokter pun pamit keluar.
"Pak Prince," panggil Vior.
Prince menoleh.
"Kamu udah baik-baik saja?" tanya Prince.
Vior mengangguk.
"Pak saya mau rambutan sama mangga muda tapi mangga nya harus langsung di petik dari pohonnya, terus yang petik harus Pak Prince langsung dari pohonnya," ucap Vior tanpa beban seolah dia sudah biasa menyuruh Prince seperti itu.
Setelah mengatakan apa yang Vior katakan barusan,, Vior menutup bibirnya sendiri dia tidak tahu kenapa malah mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya pada Prince, padahal lelaki itu baru menjadi suaminya beberapa jam yang lalu sedangkan Prince mengedipkan matanya beberapa kali.
"Memetik mangga langsung dari pohonnya?" katanya pelan, Prince bahkan tidak pernah petik mangga apalagi harus manjat pohon mangga.
Tapi Prince tau dan sadar diri jika Vior yang ingin mangga pasti tidak akan menyusahkan Prince sepertinya ini adalah ulah bayi yang belum lahir itu, Prince tersenyum mengangguk mengiyakan, masa bodoh jika ini adalah hari pernikahannya, yang jelas apa yang Vior inginkan harus segera dia dapatkan.
Tapi cara memetik mangga langsung dari pohonnya itu gimana caranya? ini sudah hampir malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments