Vior melihat jalan yang mereka lewati, biasanya jika Windi mengajaknya keluar akan ada dua tempat yang akan mereka kunjungi yaitu tempat makan atau jika tidak pasti tepat untuk sortir kain, jadi biar tidak bertanya kemana mereka akan pergi tapi saat melihat jalanan yang dilewati berbeda Vior menoleh ke arah Windi.
"Ini bukan jalan menuju tempat pesan kain loh Mba?" katanya mengingatkan takutnya Windi lupa jalan.
Windi tersenyum.
"Nggak salah kok, ini jalan menuju rumahku. Oh ya nanti aku minta tolong sama kamu buat bawain baju Kak Prince yah, soalnya nanti malam aku udah janji sama Calvin," kata perempuan yang akan menikah itu.
Vior mengangguk.
"Ini pertama kalinya aku ke rumahnya Mbak Windi," ucap Vior.
Dia juga penasaran seperti apa rumah bos yang selama ini bersikap baik padanya.
Beberapa saat perjalanan, akhirnya mobil memasuki pekarangan rumah yang cukup luas, rumah yang begitu besar bagaikan istana, Vior tidak bisa menyembunyikan ketakjuban nya melihat rumah Windi yang begitu besar.
"Ayo masuk aja," ajak Windi begitu loyal mengajak Vior ke dalam rumah besar tersebut, Vior merasa ragu tapi pada akhirnya dia mengikuti langkah bosnya itu dari belakang.
Vior kembali takjub dengan isi rumah pemilik butik tempatnya bekerja, Windi menoleh ke arah Vior.
"Kamu kalau mau sesuatu bilang aja sama bibi nanti dia siapin, aku naik dulu mau ambil pesanan Kak Prince," kata Windi.
Vior pun mengangguk.
"Aku jadi minder selama ini Mbak Windi baik banget sama aku," ucap Vior sambil duduk di sofa menunggu Windi datang kembali, asisten rumah tangga menyiapkan minuman untuk Vior.
Vior tersenyum.
"Terima kasih," katanya ramah, sejenak asisten rumah tangga yang melihat dari tatapannya mengatakan dari mana Windi menemukan anak SMP secantik ini.
Vior yang di tatap merasa kikuk sampai mengusap tengkuknya sendiri.
"Eh, ada sesuatu di wajah aku yah?" tanya Vior, asisten rumah tangga tersebut langsung menggeleng karena sadar sudah bersikap tidak sopan dengan tamu si pemilik rumah.
"Maaf dek, kamu imut banget jadi nggak sengaja aku tertarik buat mastiin ini boneka atau orang beneran," katanya.
Vior langsung terkekeh geli, lalu asisten tadi pamit untuk mengerjakan sesuatu.
Lagi-lagi panggilan 'dek' sedangkan usia Vior dengan asisten tadi sepertinya tidak beda jauh.
Kebahagiaan tersendiri memiliki wajah awet muda batin Vior.
Tak lama Windi datang dengan membawa tas dari lantai dua menghampiri Vior.
"Kasih nyaman aja nggak usah canggung," kata Windi kemudian menemani Vior duduk dengan menyantap cemilan yang disediakan.
"Rumah Mbak Windi besar banget ya, tapi kok sepi yang lain pada ke mana Mbak?" tanya Vior.
"Kerja urusan mereka masing-masing entah pada kemana," jawab Windi.
Setelah dirasa cukup untuk berbincang sebentar dengan Windi, akhirnya Vior mengajak untuk kembali ke butik.
Perjalanan menuju butik memang lumayan cukup jauh dari rumah Windi, Windi kembali berhenti di sebuah minimarket menoleh ke arah Vior.
"Sementara kamu tunggu di sini dulu yah," katanya dan Vior pun mengangguk mengiyakan.
Sekitar setengah jam Vior menunggu, terlihat Windi keluar dari minimarket dengan membawa dua plastik putih yang penuh dengan belanjaan Windi membuka pintu belakang dan memasukkan belanjaannya di sana.
Begitu banyak makanan ringan yang dibeli oleh Windi, tapi Vior tidak bertanya untuk apa makanan sebanyak itu, perjalanan pun kembali dilanjutkan sampai tiba di butik.
"Vior, kamu kerjain ini sendiri dulu nggak papa kan? saya ada pekerjaan lain di toko perhiasan, nanti sore saya kembali, oh ya ini kalau kamu mau makan ambil aja, yang ini dibagikan ke karyawan yang lain dan ini buat kamu, buat cemilan kalau menginap di butik lagi," ucap Windi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments