Beberapa hari setelah kejadian berdarah itu Vior alami, tak pernah sekali pun Vior melihat sosok Prince, Vior juga semakin canggung saat dengan Windi, bagaimanapun juga Windi adalah adik dari lelaki yang sudah menyentuhnya, hari ini adalah hari Minggu semua karyawan di butik akan di liburkan hanya ada Vior saja yang menjaga butik karena dia tinggal di sana, Vior membersihkan butik dari debu yang menempel tak lama Windi datang.
"Vior," ucap Windi.
"Iya Mbak," ucap Vior.
"Kamu lihat kain yang aku simpan di sini nggak? seingat ku kemarin aku taruh di sini?" Windi celingukan, Vior ikut celingukan mencari apa yang Windi cari.
"Kain yang mana Mbak? soalnya saya tadi belum bersihkan ruangan Mbak Windi, atau mungkin Mbak Windi lupa taruh di mana," jawab Vior.
Windy berdiri mencoba mengingat dimana kain yang ingin dia gunakan diletakkan, sedangkan Vior ikut membantu, Windi lantas membuka lemari dan menemukan lipatan kain persegi di dalam lemari tersebut.
"Ah ternyata di sini," ucap Windi.
Vior menoleh.
"Kalau gitu saya lanjut kerja lagi di luar Mbak, kalau kainnya sudah ketemu," kata Vior dan Windi pun mengangguk.
Vior keluar dari ruangan Windi untuk melanjutkan pekerjaannya, disaat butik libur kerja seperti ini tentu saja Vior tidak bisa libur juga, karena dia tinggal di sana jadi daripada tidak ada hal yang dia kerjakan lebih baik membersihkan butik agar jika ada pelanggan datang, mereka akan merasa nyaman ketika berbelanja.
Sebuah mobil hitam berhenti di depan, Vior menoleh berniat untuk menyapa dan mengira itu adalah pelanggan yang sudah ada janji dengan Windi, tapi melihat siapa yang masuk ke dalam butik tiba-tiba tubuh Vior mematung.
Sesaat Vior dan Prince saling tatap, Prince mengernyitkan kening lalu melewati Vior.
"Windi ada di dalam kan?" tanya Prince.
"I... iya Pak," jawab Vior.
Vior menyentuh dadanya yang sesaat seperti mati rasa, ini pertama kalinya dia melihat Prince setelah kejadian hari itu terjadi dan sepertinya Prince benar-benar tidak ingat, sesaat Vior merasa kecewa tapi dia juga bersyukur saat Prince tidak ingat.
Prince tidak terlihat saat masuk ke ruangan Windi, Vior menghela nafas panjang terkesan lega karena Prince terlihat sangat santai seperti tidak pernah terjadi apapun saat berhadapan dengan Vior.
Segera Vior menuju pantry untuk menyiapkan minuman karena yang datang adalah Prince jadi Vior tidak tahu apa yang lelaki itu sukai, setelah menyiapkan minuman Vior mengetuk pintu beberapa kali sebelum pintu ruangan Windi terbuka, Vior datang dengan membawakan teh dan juga kopi beserta cemilan juga.
"Saya nggak tahu pak Prince suka teh atau kopi, jadi saya bikin dua-duanya," ucap Vior meletakkan apa yang dia bawa di meja, Prince menatap Vior sampai Vior pamit keluar dari ruangan Windi.
Windy menyadari tatapan Prince terus melihat ke arah Vior, bahkan sampai Vior keluar pun Prince masih menatap pintu terakhir di mana Vior baru lewat dari sana.
"Kalau Kak Prince mikirnya dia anak SD atau SMP, Kak Prince salah besar," ucap Windi dan Prince menoleh ke arah Windi dengan mengernyitkan kening.
"Kamu udah ngecek ktp-nya kalau dia bukan anak SD atau SMP?" tanya Prince.
Windi mengangguk.
"Bulan depan usianya memasuki angka dua puluh dua tahun, tapi mukanya awet muda yah?" kata Windi.
"Oh ya Kakak aku kira Kak Prince sudah pernah ketemu deh sama Vior, soalnya kan dia yang waktu itu mengantar baju kakak ke hotel," lanjut Windi yang tentunya membuat Prince shock.
"Dia?" ucap Prince.
"Kenapa kok Kak Prince kayak kaget gitu?" tanya Windi, Prince langsung menggeleng dan menyeruput teh buatan Vior. Melihat itu Windi mengernyitkan kening.
"Sejak kapan kak Prince suka minum teh panas?" katanya yang membuat Prince sadar dia salah mengambil gelas.
Windi terkekeh geli.
"Ternyata kakak udah banyak berubah yah" ucap Windi, Prince sendiri membuat Windi menoleh ke arah kakaknya itu.
"Mau ke mana kak?" tanya Windi.
"Sebentar! kayaknya tadi aku lihat ada baju bagus di sini, jadi aku ambil nggak apa-apa kan?" ucap Prince seenaknya padahal dia keluar mencari Vior untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.
Perasaan Prince sejak hari itu terasa tidak tenang, apakah dia telah melakukan hal ilegal pada seseorang dibawah kendali pengaruh alkohol yang dia teguk terlalu banyak.
Butik Windi cukup luas untuk menemukan satu orang berbadan mungil di dalam sana tapi Prince tidak menemukan Vior, hingga dia memutuskan naik ke lantai dua dan Prince melihat perempuan yang dia cari sedang membelakanginya, merapikan kain-kain yang berserakan di lantai.
"Bisa bicara sebentar?" ucap Prince.
Vior menegang mendengar suara Prince yang ada di belakangnya, perlahan Vior menoleh tapi Prince sudah menarik lengannya lebih dulu.
"Pak ada apa?" ucap Vior.
Prince menatap Vior.
"Itu kamu kan?" tanya Prince. Vior melepaskan tangan Prince yang memegang lengannya sambil mendongak melihat pria tinggi di depannya ini, bahkan tinggi Vior hanya sebatas dada Prince.
"Maaf Pak, saya nggak tahu apa yang Pak Prince bicarakan, lebih baik Pak Prince turun aja, di sini berantakan jadi biar saya selesaikan tempat ini dulu," ucap Vior.
"Kamu yang datang ke hotel buat mengantarkan baju-baju kan? bilang sama aku apa yang aku lakukan sama kamu?" kata Prince mengabaikan ucapan Vior sebelumnya.
Vior mengukir senyum tipis terlihat seperti tidak terjadi apa-apa.
"Saya memang mengantarkan baju Pak Prince di alamat yang Mbak Windi kirim, tapi saat itu nggak terjadi apa-apa kok Pak, emang Pak Prince nggak ingat?" kini Vior merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa berkata jujur tapi Vior rasa akan lebih baik tidak mengatakan apa yang terjadi.
Prince mundur selangkah, dia yakin benar darah yang ada di atas tempat tidur bukan darah miliknya, karena dia sedang tidak terluka dan bagaimana orang mabuk saat bangun tidur sudah tidak memakai sehelai benang pun? Prince yakin saat itu terjadi sesuatu tapi siapa yang menemaninya malam itu? dia sama sekali tidak ingat.
Prince berbalik tanpa mengatakan kalimat apapun lagi, saat itulah Vior dapat menghela napas lega setelah sesaat dia hampir lupa bagaimana caranya untuk bernapas dengan normal.
Vior kembali membersihkan apa yang harus dia kerjakan, pikirannya masih terbayang jika Prince pasti tidak akan pernah tahu apa yang terjadi, lelaki itu berada dalam pengaruh alkohol orang yang tidak sadar pasti akan menganggap apa yang terjadi adalah mimpi, tapi kenapa dadanya sakit, Vior menyentuh bajunya mencengkram di bagian dadanya terasa nyeri akibat kepergian Prince begitu saja, ingatan akan rasa sakit yang pernah Vior alami kembali muncul tanpa sadar bulir air mata itu kembali menetes.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
🖤잘리나💎
lanjuttt lagi thor semangat
2022-12-09
1