Tak berapa lama setelah Lana menutup pintu ruang tamu, usai melepas kepergian Bulik dan Paklik dari dusun tersebut, Bu Tutik menghampiri Lana.
"Ada apa Darmi dan Tarmo ke mari? Mau minjem duit, ya?" tukasnya dengan tatapan menyelidik ke arah Lana.
Lana membelalakkan mata saking terkejutnya.
"Loh, jadi Ibu dari tadi nggak tidur, ya? Kok nggak keluar, sih, Bu?" tegur Lana tak tahan untuk tidak memprotes perilaku ibu mertuanya.
"Kamu ngapain nemuin Mereka? itu biasanya mereka ke sini suka minjem duit. Kalau Ibu bilang nggak punya juga pasti semakin merengek bilang buat uang pupuk lah, buat uang tambah beli bibit lah. Mereka yang bertani kenapa aku yang keluar duit. Huh!" Bu Tutik menggerutu tanpa henti.
Lana yang masih terheran semakin membelalakkan mata saking terperangahnya oleh tuduhan tanpa dasar yang dilempar oleh Bu Tutik.
"Mereka nggak ada mau minjem duit, kok, Bu. Malah ini bawain apa nih banyak banget bawaannya. Hasil panen katanya," ucap Lana seraya telunjuknya menunjuk ke arah tas anyaman yang terletak di sebelah kursi ruang tamu.
Bu Tutik menyipit ke arah yang ditunjuk Lana. Lantas, bergegas mengambil dan memeriksa isinya. Rupanya Paklik Tarmo dan Bulik Darmi tadi membawakan seplastik besar beras, setandan pisang, seplastik kacang hijau dan juga seplastik beras ketan.
"Banyak sekali bawaannya, ya, Bu," komentar Lana sembari mengira-ngira seberapa berat tadi Paklik menggotongnya dari angkot masuk ke rumah ini. Kasihan sekali, ia membatin tak enak hati.
"Ah, ini sih cuma sebagian kecil dari hasil panen mereka. Itu juga sawah peninggalan kakeknya Galih juga. Memang sudah seharusnya kami dapat bagian sedikit," jawab Bu Tutik yang spontan saja membuat kerut di kening Lana kembali muncul.
Sungguh, kalau ada orang yang bisa disebut kikir dan tidak pernah bersyukur, ya ini dia orangnya. Ibu mertuanya sendiri! Astaga! Lana berkali-kali harus menahan emosi nya dan harus bersabar mendapat mertua yang ajaib seperti Bu Tutik.
"Ya terlepas ada hak atau tidak, kita harus makasih banyak, Bu. Mereka yang urus ladangnya, kan? Dan jelas sekali mereka juga sangat bersusah payah membawanya sampai ke rumah ini. Malah tadi Ibu sempat menuduh mereka mau pinjem uang, loh," tegur Lana memberanikan diri untuk menyingkirkan kekhilafan sang ibu mertua.
Namun, nyatanya Bu Tutik sama sekali tidak menyadari kesalahannya. Dia malah memperingatkan Lana untuk tidak suka mengatai orang tua. Hanya karena berusia lebih muda, membuat Lana harus tunduk dan tidak boleh membantah. Ish!
Ketika malamnya sang suami sudah pulang, Lana bercerita kejadian siang tadi.
"Wah, kalau gitu kapan-kapan kita berkunjung ke dusun, ya, Bu. Sama Lana juga. Lana kan belum pernah ke sana. Biar sekalian silaturahmi dan mengucapkan terima kasih sama mereka," usul Galih yang menuai respon sangat positif dari Lana.
Dengan bersemangat, Lana langsung mencatat ia akan membelikan oleh-oleh apa saja untuk kekuarga suaminya di dusun. Saling berkunjungan sesama keluarga selalu disenanginya. Karena, ia jadi bisa jauh lebih mengenal banyak orang yang ternyata saudara jauh maupun dekat dan saling berinteraksi sehingga menambah pergaulan.
Tapi tidak begitu halnya dengan Bu Tutik.
"Buat apa, sih? Tidak perlu. Nanti kalau mereka ada urusan apa-apa juga akan datang sendiri ke mari."
Galih dan Lana saling tatap. Merasa tak mengerti dengan jalan pikiran Bu Tutik.
"Tapi kita kan emang jarang ke sana, Bu. Tak apa lah hari Minggu kita sempatkan ke sana sebentar." Galih berusaha membujuk sang ibu.
Galih sebenarnya memiliki kepribadian baik yang diwarisi ayahnya. Ia tetap ingin menyambung silahturahim pada saudara orang tuanya walau orang tua sudah tidak ada lagi. Maka satu-satunya yang memang masih dipandang keluarga sebelah suami Bu Tutik adalah Galih. Tetapi kadang prinsip dan karakter ibunya membuat Galih kadang sembunyi-sembunyi ketika akan berbuat baik atau akan menolong keluarga dari sebelah ayahnya.
"Betul, Mas. Aku juga mau ada yang kukasih ke Bulik Darmi ah. Tadi nggak sempat kepikiran mau bawain apa-apa, saking buru-burunya," ucap Lana yang mencoba membuat suaminya tak berubah pikiran meskipun rencana mereka ditentang oleh Bu Tutik, sang pemegang kuasa.
"Kalian ini buang-buang waktu dan uang saja. Mereka itu sudah makmur hidupnya di sana. Tidak usah kita memberi, malah lebihan mereka dari kita," ujar Bu Tutik tanpa tahu malu.
"Lana sih nggak mikir seperti itu ya, Bu. Pokoknya kalau saudara itu saling memberi, itu jadi lebih saling menyenangkan satu sama lain. Bukan soal nilai pemberiannya, tapi nilai kekeluargaannya, saling berbaginya," tukas Lana menjelaskan.
"Hih, terserah kalian saja. Anak muda jaman sekarang memang susah sekali diatur orang tua. Tidak tahu menyimpan uang untuk kebutuhan nanti yang akan datang. Kalau tidak punya simpanan, kalian bisa susah nanti di masa tua! saudara-saudara mana ada yang bantu kalau kita susah! Kalau senang ia semua mendekat" Bu Tutik malah menasihati Lana dan Galih dengan nasa penuh amarah dan kecewa.
Padahal, Lana dan Galih sudah memiliki simpanan sendiri sebagai pos tabungan. Karena mereka bukanlah pegawai negeri yang akan punya gaji pensiun, maka mereka telah mempersiapkan juga tabungan masa tua selain tabungan untuk membangun rumah.
Lana hendak membantah, tapi ia mendapati lirikan mata suaminya yang seolah menegur memintanya diam. Ah, sudahlah. Terpenting hari Minggu dia akan melaksanakan rencana mereka untuk silaturahmi ke dusun di mana rumah Paklik dan Bulik tadi berada. Teeserah saja kalau Bu Tutik tak mau ikut.
Akhirnya di hari Minggu sesuai rencana, Bu Tutik bersedia ikut. Hanya Lana yang membawa buah tangan berupa beberapa potong daster muslim seukuran Bulik Darmi dan juga baju koko serta sarung untuk Paklik Tarmo. Selain itu, ia juga membawa bingkisan berupa kue-kue dari bakery langganan di kantornya yang terkenal enak.
"Jangan banyak-banyak, Lana. Itu ditaruh di rumah aja sebagian," tuntut Bu Tutik ketika melihat Lana memasukkan beberapa kotak kue brownies dan bolu kukus.
"Sudah ada di kulkas buat Ibu, kok." Lana berseru menjawab sambil tetap menata bawaannya ke dalam mobil.
"Ya ampun, kesenangan sekali nanti si Darmi itu. Dia aja nggak pernah kasih kita apa-apa, kok," gerutu Bu Tutik manyun karena larangannya tak bersambut.
"Ya Allah, Bu. Itu semua yang kemarin ibu masak, kolak kacang hijau dan pisang. Itu bukannya semua dari mereka, Bu?" Lana mengingatkan seolah merasa mungkin saja sang ibu mertua lupa.
Galih mendesis sambil mencegah Lana untuk tak meneruskan pertikaian mereka. Sungguh, ia tahu sikap ibunya memang terlalu kikir, tapi ia tak menyangka kalau dengan keluarganya sendiri pun sama saja. Lana yang merasa suaminya terlalu baik kepada Ibunya. Sebagai anak harusnya Galih punya hak untuk mengingatkan ibunya atau sebagai alarm ketika sang ibu sudah di luar kewajaran.
"Mas, Mas itu jangan diam saja terus, lah. Sesekali Ibu itu perlu dikasih tahu, disadarin kalau kelakuannya itu keterlaluan. Udah cukup ya sama aku aja dia pelitnya. Aku nggak akan bilang sama orang lain. Tapi kalau sama semua orang pelit ya pastinya semua orang tidak akan bisa tutup mulut selamanya, loh." Lana menggerutu pelan sekedar terdengar oleh suaminya sendiri saat sudah duduk di kursi sebelah Galih yang memegang kemudi.
"Iya, Dek. Nanti aja pelan-pelan. Jangan sekarang ngomongnya," jawab Galih seperti biasa.
"Ya Allah... Terimakasih punya suami baik sekali dengan ibunya dan juga sama istrinya
Semoga besok aku punya menantu seperti aku dan juga anak lelaki seperti mas Galih. Tapi mohon sedikit tegas Ya Allah...." Ucap Lana sedikit keras agar terdengar ke telinga suaminya.
"Aduuuh.... Sakit mas..." ucap Lana karena dicubit Galih.
"Ya Allah semoga nanti malam istri ku siap ku ajak mencetak anak seperti kamu Sampai pagi..." bisik Galih pada Lana. Dan tentu saja wajah Lana sudah merona dan juga reflek memencet hidung mancung suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Arnissaicha
lha bok yo ono guyon ne ngene sitik, ce' gak tegang goro² mertua....
2023-04-03
2
pembaca 🤟
kalo saya baca'y siang,,udah batal puasa saya nih karna emosi🤦🤦🤦
2023-03-30
0
🍊🍾⃝ᴄʜͩᴀᷞɪͧʀᷠᴀͣ ғᴀᴊɪʀᴀ🅠🅛
mungkin iti tabi'at nya bu tutik dari lahir kali ya,,
2022-12-06
0