Dia lah Lana Mariana. Istri dari Galih Hermawan yang dipaksa takdir untuk tinggal di rumah mertuanya. Tak mengapa bila mertuanya sama baiknya seperti ibunya sendiri, atau paling tidak, tak memiliki banyak sekali perbedaan sifat dengan Lana.
Nyatanya, mereka berdua sungguh berbeda. Hal mana membuat hari-hari yang dilalui di rumah itu, senantiasa menggoreskan luka bagi keduanya. Sikap keduanya yang sama-sama kerasnya membuat keadaan semakin memburuk.
Ketika Lana sudah mulai bekerja kembali, ia merasa semuanya akan berubah lebih baik. Ia sibuk sekali dalam pekerjaannya, sehingga ketika pulang, yang dibutuhkannya adalah me time bersama sang suami sambil beristirahat.
Tapi apa yang didapati? Lana selalu harus menjadi nomor dua. Galih akan terus memprioritaskan kepentingan ibunya. Menanyai sang ibu sudah makan atau belum, menanyai keluhan kesehatannya hari itu, juga mendengarkan ibunya bercerita panjang lebar entah tentang apa saja.
Oke, semua akan merasa bahwa perasaan Lana itu serupa istri yang pencemburu terhadap mertuanya sendiri saja. Memang benar, tetapi bukankah naluri seperti itu wajar dimiliki seorang wanita, terlebih yang masih suasana pengantin baru?
Apalagi bila melihat kelakuan Bu Tutik yang memang terlalu over terhadap Galih. Saat Lana dan suaminya memilih bepergian berdua saja di hari Minggu misalnya, Bu Tutik akan berkali-kali menelepon Galih. Tidak ada yang penting, sungguh. Terkadang malah hanya memastikan bahwa mereka tidak pergi terlalu jauh. Astaga!
Lantas, ketika Lana yang adalah anak perempuan satu-satunya juga dalam keluarga, Bu Asih meminta Lana sering-sering menginap bersama Galih di rumah mereka. Maka, Bu Tutik hanya akan memperbolehkan Lana saja yang menginap, sementara Galih harus tetap tidur di rumah. Ya ampun! Bukankah itu sudah keterlaluan?
Lantas, siapa sebenarnya di sini yang pencemburu? Lana kah? Atau Bu Tutik? Untungnya Galih selalu menjadi penengah di antara kedua wanita pencemburu yang sama-sama seolah sedang memperebutkan perhatian darinya itu. Ia selalu berusaha adil kepada keduanya meskipun tentu masih tampak tidak adil bagi Lana.
Belum lagi soal perbedaan selera makanan. Baiklah, soal ini Lana mampu mengalah dengan sikap yang cukup baik. Ia tak pernah mengeluh makan apa pun yang disediakan oleh Bu Tutik.
"Biar ibu yang masak. Kamu kan capek kerja," ujar Bu Tutik pada suatu sore.
"Ah, nggak apa, Bu. Aku masih bisa, kok, belanja pagi dan masak untuk sarapan. Sorenya nanti juga bisa masak lagi untuk makan malam. Ibu masak buat makan siang aja. Kan aku dan Mas Galih makannya di kantor," jawab Lana tak enak hati kalau harus merepotkan mertuanya itu.
"Tidak apa, biar Ibu saja. Ibu suka mengantuk kalau pagi tidak ada yang dikerjain," bantah Bu Tutik berkeras.
Tentu saja kemudian Lana setuju. Ia memang merasa kesibukan akan jauh lebih baik bagi Bu Tutik agar tak tidur di pagi hari.
Akhirnya disepakatilah bahwa mulai hari itu Bu Tutik yang belanja dan memasak. Meskipun, Lana tiap pagi juga selalu ikut berkutat di dapur, bantu-bantu.
Awalnya kondisi aman, meskipun Lana semakin hari semakin merasa kurang cocok dengan masakan sang ibu mertua. Rasanya menunya itu-itu saja. Masakan mode irit seperti kebiasaannya sendiri. Padahal, menurutnya uang belanja yang untuk makan sudah dijatah dengan secukupnya. Kalau untuk makan menu yang lebih baik pun masih akan berlebih. Toh, untuk Bu Tutik sendiri juga sudah ada uang jatah khusus dari Galih. Ah, ia jadi ingin sekali belanja dan masak sendiri lagi seperti saat sebelum kerja.
Akan tetapi, karena tak ingin menyinggung perasaan ibu mertuanya, ia pun mengalah dan memakan apa pun seadanya yang dimasak. Tak pernah disuarakannya keluhan sama sekali.
Sampai suatu ketika, Lana mendapati hal yang membuatnya kembali mengurut dada. Suatu sore Lana mencari-cari teflon untuk menggoreng penggorengan kering di rak barang karena yang lain masih basah di rak cuci. Betapa terkejutnya saat di balik tumpukan panci ia menemukan sekotak empal suwir.
"Lah? Kenapa ada makanan di sini? Jangan-jangan Ibu lupa taruhnya ini," gumam Lana lantas metetakkannya di meja makan bersama lauk lainnya.
Hari itu ibu mertuanya masak kuah rawon dengan tempe goreng dan sambal goreng tahu sebagai lauknya. Pasti cocok dengan empal suwir tersebut, pikirnya.
Dan ketika malamnya mereka bertiga makan malam bersama, wajah Bu Tutik tampak terkejut melihat hidangan di meja. Matanya langsung melirik ke arah Lana penuh tanya.
Lana yang tak tahu apa masalah sang ibu mertua pun hanya mengabaikannya tanpa prasangka.
Ketika suapan pertama, barulah ia ingat kejadian penemuan empal suwir itu. Ia kemudian berkata.
"Oh, iya, Bu. Ini tadi aku nemu empal suwirnya di rak panci masa'?"
Bu Tutik langsung tersedak hingga terbatuk beberapa saat lamanya. Galih dengan sigap berdiri dan membantu menepuk-nepuk punggung sang ibu dan Lana yang menuangkan air putih dalam gelas dan mengulurkannya.
Bu Tutik lantas meminum air tersebut dan kemudian menghela napas demi melegakan tenggorokannya terlebih dulu.
"Eh, anu ... Ibu lupa tadi naruh di mana. Ya ampun, Ibu tadi sempat nyari-nyari juga. Maklumlah sudah tua," jawab Bu Tutik akhirnya.
Kejadian itu berlalu begitu saja meski sedikit membekas dalam ingatan Lana. Dan beberapa hari kemudian, hari Minggu di mana ia libur kerja dan seringnya memutuskan bersih-bersih dan beberes seluruh rumah, lagi-lagi Lana menemukan irisan daging bumbu kecap di mangkuk tertutup yang diletakkan Bu Tutik di kolong tempat tidurnya.
Lana yang sedang mengepel lantai seluruh rumah mulai curiga. Kali ini meletakkannya kembali di kolong semula, tanpa memindahkannya. Ia akan melakukan sebuah tes kecil untuk menguji kecurigaannya.
"Masa' sih, lupa naruh lauk itu bisa di kolong tempat tidur gini? Kalau lupa naruhnya pas ngambil panci sih bisa wajar," gumam Lana seorang diri.
Dan ternyata, Bu Tutik hari itu tak mengeluarkan daging bumbu kecapnya ke meja makan sama sekali. Di waktu makan siang maupun malam mereka makan sayur lodeh dengan oseng tahu tempe.
Lana tetap diam. Tapi kini ia sudah yakin akan satu hal. Rupanya, Bu Tutik masak lauk yang enak hanya untuk dirinya sendiri. Sementara yang dihidangkan di meja makan hanya yang menu sederhana saja.
Tak tahan menyimpan hal itu lama-lama, saat mengobrol sebelum tidur, Lana mengutarakannya kepada Galih. Ajaibnya, Galih langsung membela tindakan ibunya itu dengan berkata bahwa itu memang bertujuan untuk memberi contoh pada Lana agar hidup sederhana saja, seadanya.
"Lebih baik uang kelebihan belanja bisa ditabung daripada belanja menu yang selalu enak setiap hari, nanti akan menjadi kebiasaan hingga tak mau lagi makan sederhana," ujar Galih bernasihat.
"Bukan itu, Mas. Ibu tuh masak enak juga, tapi cuma buat dia sendiri!" Ucap Lana.
Ia berharap sang suami mampu menjadi tempat berbagi, dan partner untuk mencari solusi atas apa yang menjadi masalah bagi istrinya. Namun berkali-kali sang suami selalu membela ibunya. Malam itu seolah kesabaran Lana habis. Ia tak mau diam lagi. Seperti sudah lama ia mengalah. Ia sudah mau tinggal satu atap dengan ibu mertua. selalu menutupi apa yang terjadi di rumah mertuanya. Tak pernah sekalipun Lana bercerita keburukan mertuanya kepada kedua orang tuanya.
Bagi Lana, ketika ia menikah dengan Galih maka ibu Galih adalah ibunya. Maka aib ibu Galih juga aibnya. Dan jika ia menceritakan hal itu pada kedua orang tuanya atau keluarganya maka akan timbul rasa benci atau tak suka pada ibu mertuanya. Dan itu membuat hubungan kedua keluarga tak harmonis atau akur. Maka sudah tugas setiap pasangan setelah menikah menjadi lem perekat.
Namun keterbatasan ilmu, terbiasa apa-apa demokrasi dirumahnya selama ia gadis. Belum lagi karakter ibu mertua yang aneh bin ajaib. Dan suami yang selalu membela sang ibu. Membuat Lana mulai tak sabar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
fa _azzahra
sebenarnya agak gmana gt ya kalo ngomongin masalah makanan perihal orang pelit.dibicarain malu2 in ga dibicarain kok ya gatel
2023-06-14
1
Bunda ACha
Beruntungnya BuMerQ malah sering mengadakan lauk2 istimewa untuk makan...🤭
malah Aq yg mungkin terkesan hemat, ato males aja masak yg ribet hahaha...
2022-12-02
1
Sepriyanti Adelina
ya kalii ayam kecap dikolong tempat tidurr😅😅😅😅
mau ajak.makan tikus sekalian kali itu mah
2022-12-02
0