Satu Atap Dengan Mertua

Satu Atap Dengan Mertua

Bab 1 Atas Nama Cinta

"Kamu apa sudah yakin, Nduk, sama pilihan kamu itu?" Kembali Bu Asih mencoba menggoyahkan keputusan Lana.

Saat itu, entah bagaimana semuanya tampak telah sempurna di mata Lana. Sosok Galih dengan wajah teduh serta sikap dewasanya mampu mengambil seluruh simpati serta rasa kekaguman hanya tertuju padanya.

Bagaimana tidak, Lana yang saat itu telah berusia 25 tahun, memang telah menanti-nantikan datangnya seorang pria yang sesuai dengan gambarannya, dan langsung mengajak melangkah menuju jenjang serius.

Lana menjawab dengan nada pasti dan penuh keyakinan, "Iya, Bu. Lana sudah memikirkannya betul-betul. Mas Galih yang terbaik di antara teman priaku yang lain. Memangnya Ibu ada ganjalan dari dirinya?"

Ia pun menanyakan pendapat Bu Asih sebagai penghormatan kepada ibunda tersayang yang tentunya menginginkan yang terbaik untuk putrinya. Namun, sesungguhnya saat Bu Asih mengungkapkan keberatannya pada saat itu, serta merta aku menyanggah dengan berbagai alasan.

"Bukankah ada itu si Nak Arman yang sepertinya lebih mapan dalam hal pekerjaan? Dia kan juga sudah sering ke sini untuk menanyakan kesediaan mu menikah, Lan?"

"Iya, Bu. Tapi Lana nggak ada rasa sama Mas Arman. Sudah Lana pikirin bolak-balik, tapi memang rasanya Lana cuma sreg sama Mas Galih, Bu." Lana berkeras dengan keputusannya.

Begitulah memang wataknya. Kalau sudah menginginkan A, maka harus kesampaian A. Keteguhan sikap yang kini baru disadarinya bahwa itu adalah sebuah bentuk dari kekerasan hati yang susah untuk dinasehati. Andai saat itu ia mendengarkan nasihat sang ibu ....

***

"Ini ibuku, Lana. Kenalin, Bu. Ini Lana, Insya Allah akan jadi calon menantu Ibu ...," ucap Galih,  memperkenalkan Lana kepada Bu Tutik yang saat itu tampak bersahaja, kalem dan sabar.

Astaga, kalau sudah cinta, segalanya begitu tampak sempurna. Bahkan, Lana sempat pula mengabaikan petunjuk-petunjuk penting tentang sifat asli Bu Tutik yang sesungguhnya telah terdeteksi semenjak awal jumpa.

"Iya, Nak. Ibu setuju saja kalau kalian sudah memutuskan untuk ke jenjang serius," ucap sang calon ibu mertua Lana waktu itu. Cukup melegakan hati sepasang pemuda yang tengah berdebar penuh kegugupan.

Lantas, beliau melanjutkan dengan nada penuh penekanan,

"Hanya saja, yang ingin ibu sampaikan, bahwa apa pun nanti yang akan terjadi, si Galih ini harus tetap berada di rumah ini. Karena anak ibu tinggal Galih saja yang masih bisa diharapkan member samai. Abangnya sudah tinggal jauh di Malang sana."

Deggg!

Jantung Lana mencelos mendengar kalimat itu. Tadinya gadis itu mengira, dengan penampilan ndesonya, wanita yang telah melahirkan Galih itu hanya akan menyampaikan petuah-petuah biasa saja seperti wanita tua pada umumnya.

Oh, rupanya ia telah salah mengira. Kekerasan sifat dan kehendak Bu Tutik seharusnya telah disadarinya saat itu juga. Namun, lagi-lagi mata Lana tersaput oleh tipuan rasa bernama cinta.

Diabaikannya banyak pertanda hanya demi menghalalkan hubungan dengan Galih. Mencoba meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa atas nama cinta, hidup mereka nantinya pastilah bahagia di mana pun berada.

Tapi nyatanya, beberapa kejadian sesungguhnya telah memberikan gambaran. Sifat-sifat nyeleneh Bu Tutik mulai banyak terlihat dari tingkah laku beliau yang diamati setiap kali bertemu.

Tetap saja, sebelum itu Lana terlalu mengedepankan rasa. Semua pertanda dipungkas dengan kesimpulan bahwa semuanya akan baik saja. Kehidupan mereka kelak akan sempurna, karena mereka dua orang yang saling cinta.

Ck! Hidup pada kenyataannya tak semudah itu, kawan. Lana mulai menyadarinya perlahan. Kehidupan rumah tangganya mulai runyam bahkan semenjak seminggu setelah menikah, kala ia resmi pindah satu atap dengan mertua.

Memang dirinya dan Galih berasal dari dua keluarga yang berbeda perekonomian. Keluarga Lana termasuk berada, meskipun bukan kaya raya. Minimal, dia selalu mendapatkan apa pun yang dikehendaki semasa kecil dan selama masih single.

Sementara keluarga Galih termasuk kalangan menengah ke bawah. Keluarganya terbiasa hidup susah di masa lalu. Dan meskipun sudah membaik karena Galih sudah mendapatkan pekerjaan yang lumayan berpenghasilan, tetapi perilaku irit dan pelit yang telah sejak kecil ditanamkan oleh orangtuanya melekat erat dalam diri suaminya itu.

Perbedaan di antara sifat-sifat Lana dan keluarga Galih sangat jelas terbaca. Ibu mertua yang pelit dan super irit, harus dipertemukan dengan menantu yang terbiasa loyal dan boros.

"Jangan ikut arisan di Mbak Intan, ya, Lan." Suatu kali Bu Tutik bersabda. Iya, bersabda. Karena sabdanya adalah serupa perintah tanpa bisa ditolak oleh seisi rumah. Pun juga Lana, yang notabene hanya sekedar menantu.

"Kenapa nggak boleh, Bu?" tanya Lana yang langsung tersentil oleh larangan aneh itu.

"Ya soalnya buat apa nyisihin uang di orang? Sebaiknya disimpan sendiri aja. Bisa diambil kapan aja, gak ada yang nagih-nagih juga." Oke, alasan yang masuk akal, pikir Lana pada awalnya.

Namun, ada alasan lain yang membuatnya tak berkenan begitu saja menuruti larangan absurd sang ibu mertua tersebut.

"Mas. Aku kan nggak enak sama semua ibu-ibu PKK. Mereka semua ikut, loh. Itu kan arisannya semacam ajang silaturahmi perkumpulan tetangga kita. Sarana kekompakan. Semuanya ikut masa' aku nggak, sih?" rengek Lana kepada Galih malam harinya, ketika mereka sedang akan tidur di kamar.

Galih membelai rambut istrinya pelan. Suami yang lemah lembut itu selalu saja menasihati sang istri dengan halus agar tak membantah ibunya–sang penguasa rumah!

"Sudahlah, Dek. Nurut aja kita sama Ibu, ya. Kan juga bukan kewajiban toh, ikut arisannya?"

"Ya emang gak wajib, sih, Mas. Tapi kalau semua tetangga ikut, masa' iya aku nggak ikut sendirian? Gimana gitu rasanya. Aku malu. Terlebih aku termasuk pendatang di sini. Aku kan perlu bersosialisasi," bantah Lana yang tahu betul ibu mertuanya itu tipe penyendiri yang jarang sekali berbaur dengan tetangga sekitar. Apalagi namanya berbagi, akan sulit sekali ibu mertuanya itu memberi miliknya pada tetangga barang secuil.

Telah banyak omongan miring soal ibu mertua yang masuk ke telinga Lana meski ia belum berniat membukanya kepada sang suami. Lana tak tega menyakiti hati lembut Galih.

"Gak perlu ikut, Dek. Gak usah bantah. Soal bersosialisasi kan bisa dengan jalan lain selain ikut arisan," pungkas Galih kala itu. Padahal, Lana tahu alasan sang suami menolak pintanya adalah karena dia memang tak pernah berniat menyanggah titah Bu Tutik.

Oke, memang kewajiban putra adalah patuh kepada sang bunda. Tapi, kalau ajaran-ajarannya membuat mereka jauh dari tetangga apa itu harus dituruti juga? itulah yang menjadi ganjalan hati Lana.

Di lain waktu, Bu Tutik juga bahkan melarang Lana ikut bertandang ke tetangga yang sedang punya hajat.

"Tidak perlu ke sana. Toh, kita tidak kecipratan apa-apa," sergah Bu Tutik ketika menantunya akan ke rumah Mbak Siti yang hanya berjarak tiga rumah saja dari mereka. Mbak Siti sedang mengkhitankan anaknya. Dia memang tak menyelenggarakan pesta, hanya syukuran kecil saja, karena tetangganya juga bukan orang berada.

Namun, semua tetangga berbondong datang untuk sekedar bantu-bantu baik tenaga dan juga pikiran. Dan serta memberi aneka bawaan serupa amplop, kue ataupun sembako. Wujud gotong royong dan kebersamaan masih begitu kental sebenarnya di lingkungan ibu mertuanya.

"Tidak, Bu! Aku tetap akan ke sana! Terserah Ibu saja kalau maunya jadi omongan orang! Aku sih, nggak!" jawab Lana kala itu. Hal mana langsung membuat Bu Tutik mendelik tajam. Dalam hati sang ibu merasa tak suka dengan menantunya.

Ia yang selama ini menjadi ratu dirumahnya. Ia tak pernah di bantah oleh anak-anaknya. Dan kini menantunya susah diatur. Bahkan membantahnya.

"Awas kamu. Tunggu nanti Galih Pulang!" Gerutu Bu Tutik geram.

Terpopuler

Comments

Mmk Ayudiathaharah

Mmk Ayudiathaharah

hem, mertua sejatinya adalah ibu kita juga mau sama anknya anny harus mau sama ibunya itu 1 paket and saudara saudaranya the gank. tapi aq mau ikuti alurnya pasti ada penyelesaiannya ayo sebutir debu yo wes aq ngikut😊

2023-07-19

1

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

hbis mampir di cerita sekar langsung belok kesini kak thor,penasaran pada komen tadi yang seatap dengan mertua😁

2023-05-09

0

‼️n

‼️n

Setelah dpt Ayra, nyimak yg laen ah....

2023-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!