..."Sepertinya prioritas kita bukan bahagia, melainkan bertahan hidup. Buktinya ada banyak hal yang bikin sakit, tapi kita memilih untuk bertahan."...
..._Fiersa Besari...
...Happy Reading...
.......
.......
Tak terasa menit ke menit hingga jam ke jam begitu cepat berganti, kini pagi mulai menyapa kembali seorang Zeana yang mulai beradaptasi dengan kehidupan barunya.
Awali hari dengan sarapan bukan harapan!
Seperti itu pula yang sedang dilakukan di kediaman Anderson, tak seperti kemarin kini dimeja makan hanya ada Zeana berserta Daddynya Felix. Dikarenakan Hans ada keperluan terlebih dahulu sehingga tidak dapat ikut dalam sarapan pagi ini, sedangkan Jeano remaja itu belum menampakan mukanya dipagi hari ini.
Mereka berdua makan dengan hening tanpa ada pembicaraan didalamnya, keduanya fokus pada makanan masing-masing.
Felix terlebih dahulu menyelesaikan sarapannya, dan melihat ke arah putrinya yang masih memakan sarapannya. "Kamu harus makan yang banyak sayang, dan jangan lupa obatnya." Sambil mengelus pelan kepala Zeana, sontak hal tersebut menghentikan gerakan Zeana yang akan menyendokkan makanan kedalam mulutnya.
Melihat Zeana yang terdiam lantas Felix pun melanjutkan ucapannya, "Lanjutkan terlebih dahulu makananmu, lihat tinggal sedikit lagi." Dengan agak terburu Zeana mengahabiskan sarapannya yang tersisa beberapa suap.
Setelah dirasa semua makanan yang dikunyahnya masuk kedalam perut, Zeana mulai berbicara pada Daddynya.
"Ada yang ingin Daddy katakan?"
"Daddy hanya ingin bilang bahwa hari ini jadwal dimulainya terapi untuk mu, kamu tidak apakan di antar oleh bi Julia? Maaf Daddy masih banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan."
"Tak apa Daddy aku bisa diantar oleh Paman Tono dan Bi Julia ke rumah sakit, Daddy tak perlu khawatir." Meskipun agak sedikit kecewa, tapi Zeana yang sekarang tidak mau egois. Dia tahu bahwa Felix adalah orang yang sibuk dan mempunyai tanggung jawab yang besar atas bekerjaanya.
"Lain kali Daddy akan usahakan untuk dapat menemani mu," Sebenarnya Felix sudah sangat berusaha untuk dapat menemani putrinya di awal terapinya, namun karena ada bekerjaan yang sangat penting yang tidak dapat dia dinggalkan terpaksa untuk kali ini dia belum bisa menemani Zeana untuk cek rutin.
"Iya, aku akan sangat senang jika ditemani oleh Daddy. Tapi aku benar-benar tidak apa jika Daddy memang tidak bisa, jangan terlalu memaksakan Dad. Aku tau bahwa Daddy sangat sibuk dan memiliki tanggung jawab yang besar atas karyawan dan juga rekan bisnis Daddy." Zeana tersenyum tulus sambil menatap Felix seolah benar-benar tidak masalah jika Felix tidak dapat menemaninya.
Felix yang melihat dan mendengar respon dari Zeana membuat dia merasa sangat lega meskipun masih dengan rasa kecewa. Respon dari Zeana yang sekarang sangat beda sekali dengan dulu. Jika sekarang Zeana dengan ikhlas dan tak mempermasalahkan hal ini, beda dengan Zeana yang dulu. Setiap kali ada keinginan yang tidak bisa di turuti olehnya, pasti Zeana akan terus merengek dan mengancam akan melakukan hal nekat demi bisa terpenuhi keinginannya.
Benar-benar sudah sangat berubah. Zeana yang sekarang terlalu berbanding terbalik dengan Zeana versi dulu.
"Baiklah, hanya itu yang ingin Daddy katakan. Kalau begitu Daddy pamit ke kantor, kamu baik-baik dirumah maupun nanti kerumah sakit."
"Iya Daddy, aku akan selalu ingat itu. Semangat kerjanya Daddy!"
Felix terkekeh kecil apa yang di ucapkan oleh Zeana namun tak menolak juga bahwa dia sangat bahagia mendengarkan apa yang dikatakan Zeana kepadanya.
Felix tersenyum tipis, "Semangat kembali untuk terapi hari ini!"
***
Tak lama setelah kepergian Felix ke kantor, Zeana pun menyusul untuk pergi ke rumah sakit ditemani oleh supir, Paman Tono, dan juga Bi Julia.
Sesamapainya disana Zeana sudah disambut oleh dokter Bian yang sudah menunggu Zeana tak lupa dengan senyum yang selalu ada di wajah tampannya itu.
"Selamat pagi Nona, bagaimana kabar hari ini?"
"Hm baik Dokter, apakah Dokter juga baik?"
"Kabar saya juga baik Nona, apakah Nona sudah siap untuk memulai terapi jalan hari ini?"
"Aku sangat siap Dokter, karena aku ingin dapat berjalan seperti normal lagi sehingga dapat pergi kesekolah dan tempat lainnya." Dengan sangat bahagia Zeana menyambut hari pertama terapinya, dia sudah membayangkan dapat berjalan dengan normal dan berpergian ke tempat lain.
"Wah terlihat Nona sangat bersemangat sekali yah, itu hal bagus. Karena tekat yang kuat dan semangat yang tinggi dapat mempermudah proses penyembuhan. Baiklah kalau begitu mari ikut saya!"
Dokter Bian pun memimpin didepan untuk menunjukan dimana tempat Zeana akan terapi nanti, dan dengan sangat patuh Zeana yang kursi rodanya di dorong oleh bi Julia mengikuti dari belakang.
Sampailah mereka di suatu ruangan yang terdapat bangak sekali alat khusus untuk terapi, dan tanpa berlama-lama lagi Zeana mulai mengikuti setiap arahan yang dokter Bian katakan.
Jam pun mulai bergulir, sama halnya dengan Zeana yang sudah menyelesaikan semua proses terapi untuk hari ini.
Terlihat Zeana yang dipenuhi oleh keringat hampir di semua tubuhnya sedang mengistirahatkan tubuhnya dengan menyender pada suatu tembok. "Non Anna baik-baik saja?" Sambil menyerahkan sebotol air pada Zeana, yang langsung diteguk habis oleh Zeana.
"Rasanya tubuhku sangat sakit bi Juli, terutama dengan kaki ku. Tapi aku tak apa karena ini merupakan proses penyembuhanku, aku akan penuh dengan semangat menjalaninya meskipun agak sakit."
"Pokoknya non Anna harus semangat, bi Juli pasti akan selalu menemani Nona untuk dapat segera sembuh." Bi Julia memberikan semangat untuk kesembuhan Zeana, sungguh dia meresa ingin cepat melihat anak asuhnya itu dapat kembali berjalan normal serta beraktivitas seperti biasanya karena masa depan Zeana itu masih sangat panjang.
Zeana tak kalah mengangguk dengan semangat, "Terimakasih Bi Juli telah menyemangati ku dan mau menemani ku untuk terapi."
Bi Julia tersenyum tipis sambil mengusap pelan dahi Zeana yang mengeluarkan keringat. "Non Anna gak perlu terimakasih, ini udah pekerjaan Bibi." Sambil terua mengusap dahi Zeana dengan lembut layaknya pada anak sendiri.
Bagaimana tidak sejak lahir Zeana sudah bersama serta di rawat oleh Bi Julia, jadi sangat wajar sekali jika Bi Julia memperlakukan Zeana dengan penuh kasih sayang.
"Pokoknya aku mau berterimakasih pada Bi Juli. Terimakasih sudah merawatku dari kecil, menemani ku di saat sakit, dan masih banyak hal lainnya yang Bi Juli lakukan untuk ku."
Mendengar ke keras kepalaan Zeana akhirnya Bi Julia mau tak mau harus mengiyakan, "Iya sama-sama Non Anna."
Tak lama dari itu Dokter Bian menghampiri keduanya, "Bagaimana Nona tetapi hari ini?"
"Terasa sangat lelah Dok, tapi tak apa ini demi kesembuhan ku."
"Itulah resikonya jika ingin segera sembuh, yang pasti harus rutin serta semangat untuk sembuh."
"Iya Dok."
Dokter Bian mulai mencek sebuah data kesehatan Zeana dengan teliti, serasa semua data sudah benar Dokter Bian pun mengakhiri sesi tetapi untuk hari ini.
"Terapi untuk hari ini cukup sampai disini dulu, kita akan lanjutkan besok. Serta Nona Zeana dapat mengistirahatkan tubuh dan menyiapkan diri untuk besok. Apa ada yang ditanyakan?"
Zeana menggeleng pelan, "Tidak Dok."
"Baiklah kalau begitu Saya pamit undur diri, selamat siang."
"Selamat siang kembali Dokter, terimakasih."
"Sama-sama, permisi."
Akhirnya sesi terapi penyembuhan Zeana hari ini selesai bertepatan dengan jam makan siang tiba, semua prosedur telah di lewati oleh Zeana dengan penuh semangat dan tentunya dengan penuh rasa capek juga.
...To Be Continue...
Jangan lupa like, vote, and comment. Tandai juga bila ada typo. Makasih untuk part ini.
Bay bay see you next part👋👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲
klo ngak sarapan , nanti jam 10 pagi bisa pingsan 😆😆😆😆😆😆😆
2023-10-10
0
Jjae23
Apalagi berharap doi yang nanya sarapan🤣😭
2022-12-08
2