Pov Saras
"Enam tahun berlalu, setelah mbak alin di usir dari rumah ini, karena fitna yang aku dengan mama rencanakan. Memang secara pribadi pribadi Aku agak takut ya takut ketahuan" .
Melakukan kejahatan apa lagi merencanakan pemb**an terhadap eyang ku sendiri, kalau mengikuti kata hati nurani aku gak berani karena itu do**a besar yang gak bisa di ampuni Tuhan.
"Namun Apa di kata, kalau ikuti pikiran manusiawi dan keinginan daging aku juga pengen bahagia dengan orang yang aku cintai".
"Karena pikiran saya masih bercabang kemana-mana, akhirnya muncul bisikan-bisakan dari set**n untuk menghasutku melakukan hal jahat itu. Karena jujur aku iri sama mbak alin secarakan mbak alin cantik, pintar dan berprestasi, lembut dan juga mbak alin itu orang yang ceria.
Itu yang membuat eyang dan papa sangat menyayanginya khususnya eyang, dilihat dari eyang memperlakukan mbak alin. Dengan lembut membuat aku tiba-tiba tumbuh rasa benci di hatiku padahal mbak alin tak perna jahat sana aku, mbak alin selalu memperlakukan aku sebagai adiknya dengan baik,
Walau awalnya aku benci sama mbak alin itu namun itu karena aku selalu melawan supaya rasa benci itu jangan sampai menguasainya.. Dan belum terbesit. Didalam pikiran ini untuk melakukan kejahatan.
"Karena pikirku, itu hal yang wajar karena mamanya mbak alin sudah meningga. Kalau aku gak salah dengar, katanya meninggal karena kecelakaan dan mobilnya masuk ke jurang".
Hal itu lah yang membuat papa dan eyang lebih dominan perhatian ke mbak alin, namun aku tau kalau eyang dengan papa juga sangat menyayangiku, Tapi dengan hal yang berbeda.
"Dan suatu ketika aku mendegar pembicaraan eyang dan papa, tentang perjodohan mbak alin dengan anak teman bisnis papa yang katanya kaya dan ganteng.
"Aku jadi penasaran karena aku suka dengan anak teman bisnis papa juga, walaupun aku belum ungkapin ke papa dan mama.
Setelah aku mendengar kalau mbak alin mau di jodohin, awalnya aku senang karena pikirku kalau mbak alin sudah nikah otomatis dia gak tinggal disini lagi jadi aku bebas. namun yang membuat aku kaget, saat papa mengundang calon mbak alin sekeluarga ke rumah, untuk makan malam bersama.
" Disitu aku baru tau kalau ternyata laki-laki yang mau di jodohkan dengan mbak alin adalah jhovan anak dari pasangan suami istri Pak sanjaya dan ibu Anita, dia juga yang laki-laki yang aku cintai."
".Saat aku mengetahui kenyataan yang pahit itu, hatiku semakin panas, dan aku berpikir kenapa bukan aku yang dijodohin sama jhovan".
Kenapa musti harus Mbak alin. kenapa aku selalu kalah dari mbak alin, semua keinginannya selalu di penuhi, walaupun aku tahu emang mbak alin tak mau menerima perjodohan itu. "Tapi juga gak bisa menolak, karena itu permintaan dari eyang dan juga papa yang jelas mbak alin hanya pasra dan menerima karena mbak alin gak mau membuat eyang dan papa sedih dan malu".
Mulai saat, itu aku tak serama sebelum-sebelumnya, setiap kali aku bicara dengan mbak alin aku selalu menjawabnya dengan ketu, dan bernadah tinggi."
Seperti pagi ini, "Ras hari ini kamu ada janji gak sama orang"?. Tanya mbak alin dengan nada lembut dan di bumbui dengan senyum, nama berbedah denganku aku jawab dengan ketus".
" Emang kenapa sih mbak, rese deh, terserah aku mau janji dengan siapa".ujarku sewot
" Gak Ras maksud mbak kalau kamu gak janji dengan orang, yuk temani mbak ke mall ada yang mau mbak beli". Masih jawab dengan tulus
" Ah malas, kalau emang mbak mau pergi ya, silakan pergi aja sendiri gak usah deh mbak, sok-saon ngajakin aku" ujar ku sewot
" Yaelah Ras, kan niat mbak baik, lagian kalau kamu pergi sama mbak kan mbak traktir kamu beli apa aja yang kamu mau, asal kamu bahagia" ujar mbak alin senyum.
"Halah, udah deh mbak gak usa sok perhatian sama aku, lagian nih ya sejak kapan mbak ngerti perasaanku, gak kan jadi gak usa sok peduli. Ujar ku berlalu pergi meninggalkan mbak alin memandang kepergian ku, sebenarnya aku gak tega menperlakukan mbak alin seperti itu tapi aku gak bisa melawan rasa iri dan benci di hati ini.
"Mulai dari saat itu, hubungan ku dengan mbak alin sudah mulai dingin dan jaga jarak, walapun mbak alin tetap memperlakukan aku dengan baik dan biarpun aku bersifat jah**t sama mbak alin tapi tetap respon dia baik",.
"Hingga suatu ketika, aku kembali mendegar kalau tiga bulan lagi mbak alin dengan jhovan akan menikah."
Jelas aku gak bisa menerima dan gak bisa tinggal diam, aku harus cari cara agar mereka batal nikah dan bila perlu mbak alin pergi daru rumah. jahat bukan?
"Dan tiba-tiba terbesik ide gi*a di pikiranku, namun aku gak langsung bertindak karena aku gak mau cerobo dan aku yang kena batunya."
"Akhirnya, aku memberanikan diri untuk membicarakan ini ke mama. Awalnya aku takut kalau mama gak setuju, trus marah namun teryata dugaanku salah, setelah aku utarakan maksud aku kemana.
"Dengan senang hati mama mau menbatuku yang jelas, aku senang bukan main, karena seolah aku dapat angin segar dari mama. Walapun rencana kami agak terlihat Jahat tapi mau gimana lagi demi mendapatkan jhovan aku rela melakukan apapun yang gak ku pikirkan resikonya lagi".
*****
"Setelah aku tau, kalaub mama setuju untuk ikut membantu untuk melancarkan Renacana, aku dengan mama sepakat untuk menjebak mbak alin. Karena hanya inilah jalan satu-satunya biar mbak alin bisa pergi dari rumah ini.
"Kamar eyang di lantai dua, berhadapan dengan kamarku, kalau kamar mama dengan papa agak jauh jaraknya".
Dan biasanya setiap pagi jam setegah tujuh eyang sudah bagun dan bersiap dengan bantuan mbak alin, agar eyang bisa turun ke bawa, karena nanti mau jemuran mata hari pagi di luar.
"Jadi saya sudah hafal betul aktifitas eyang dan mbak alin sebelum mbak alin pergi dengan jhovan, karena tiga bulan lagi mereka mau nikah jadi rencana mau fiting baju".
Dan kebetulan juga hari ini papa sibuk bangat jadi katanya agak pulang telat ke rumah maka kesempatan besar untuk aku dan mama merencanakan semuanya.
Setelah lama berdiskusi dengan mama akhirnya aku lah yang akan bereaksi besok.
" Biasanya aku bagun jam tujuh tapi kali ini biar aksiku lancar jam enam aku sudah bangun dan bersiap menanti eyang keluar.
" Nah yang di tunggu pun tiba aku melihat eyang sudah keluar dari kamar dan menuju tangah, dengan hati-hati aku melangkah dengan pelan pas aku lihat mbak alin muncul aku langsung dengan singap mendorong eyang dengan cepat.
"Dan aku berlari, masuk kembali ke dalam kamar namun sayangnya aku kalah cepat, jadi mbak alin sempat melihat aku. Trus dia berteriak jelas aku gemetaran di kamar, aku takut ketahuan sama papa bisa habis aku".
Mengatur nafasku dengan baik dan aku pasang muka seolah gak tau apa- apa trus aku keluar bersamaan jhovan juga datang, aku pura-paru kaget melihat eyang sudah bersimbah darah di bawah tangga, dan aku pastikan sudah gak beryawa. Aku melihat mbak alih menangis histeris memanggil nama eyang.
" Tiba-tiba mama dengan papa muncul dengan wajah yang tak kala terkejut, apa lagi papa langsung murka dan bertanya siapa yang melakukan itu.
"Awalnya mbak alin diam aja, tapi karena papa nanya trus akhirnya mbak alin berkata kalau aku yang mendorong eyang.
Membuat aku sempat kaget dan ketakutan, tapi dengan secepatnya aku beralibi dan balik menfitnya, aku berkata kalau aku melihat mbak alin yang meraik eyang kebawa, pengakuan ku membuat mama tersenyum sinis ke mbak alin dan itu juga membuat papa murka... Dan
Plak plak...
"Anak kurang ajar berani sekali kamu mencelakakan eyangmu sendiri, Dasar anak tak tau diri..
"Mbak alin yang dapat tamparan dari papa reflek memengang pipinya, dengan air mata yang mengalir gitu aja tapi dengan sorot mata dari mbak alin ke aku sudah berbeda dari sebelumnya, kali ini sorot mata penuh kebencian".
"Pa bukan aku yang dorong eyang aku sumpah pa percaya sama alin, dengan suara gemetaran mbak alin masih membela diri tapi gak di tangapi lagi sama papa. Padahal mbak alin sampai bersujud dan memohon".
" Sekarang juga, "Aku minta kamu pergi dari rumah ini, dan jangan perna kembali lagi karena mulai sekarang anakku hanya satu saras gak ada yang lain dan mulai saat ini aku menganggap kamu sudah ma**i",
"Pas aku mendegar itu rasanya hatiku bersukacita, Namun berbedah dengan mbak alin dia bangkit berdiri, dan dia menatap kami satu persatu dan berkata.
"Ok kalau kalian gak ada yang mau percaya sama aku, tak apa tapi jangan menyesal kalau suatu saat nanti, aku akan kembali untuk membalaskan sakit hatiku ini".
"Setelah berkata demikian mbak alin berlalu pergi, tapi dia berdiri sejenak dan memandang jhovan dan berkata, " kamu gak bedah jauh dari mereka, aku menyesal mengenalmu".
" Dan berlalu pergi. Setelah kepergian mbak alin kami ngurus mayat eyang dan menguburkannya..Tapi semua belum selesai awalnya saya rencana mau menghancurkan cctv yang ada di rumah sirna, karena ternyata, aku kala cepat jadi ada orang yang mengambilnya.
" Namun aku gak ambil pusing, karena pikirku semua sudah selesai dan Aku anggap ancaman Mbak alin itu hanya bualan aja".
Karena dari mana mbak alin bisa dapat uang, biar bisa balaskan dendamnya. Lagian dia juga gak punya bukti yang kuat, jadi untuk apa aku harus takut. dan mulai dari hari itu, aku melalui hari-hari kedepannya dengan lebih baik. Begitu juga dengan hubunganku dengan jhovan tapi kami gak langsung menikah karena tunggu aku selesaikan kuliah dulu baru nikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 362 Episodes
Comments