Since I Met You•
...🕊🕊🕊...
''Om Arga, terima kasih sudah menolong kami.'' Ucap Lyla dari kursi belakang mobil.
Asisten Arga melihat kaca kecil di depanya dan mengangguk. ''Sama-sama, Lyla. Dan harus kau ingat jika Tuan Wijaya menanyakan apa yang terjadi, berkilah 'lah dan bersikap seolah tidak terjadi sesuatu.''
''Baik, Om.''
''Thank you.'' Ucap Nyonya Ayu tapi tidak bersuara sambil mengedipkan sebelah matanya, lalu di balas kecupan jarak jauh dari asisten Arga.
Kecelakaan yang di alami Maha bukanlah kecelakan biasa, melainkan kecelakaan yang sudah di rencanakan oleh Nyonya Ayu sang Ibu tiri. Yang menyuruh Lyla untuk menabrak Sencani ketika melihat anak tirinya akan menyebrangi jalan.
Namun Nyonya Ayu di kejutkan ketika melihat Ratna ada di sisi Sencani, hingga dia tidak sengaja menarik tangan anaknya dan malah menabrak Maha.
Mobil asisten Arga sudah sampai di depan rumah bernuansa mewah itu, lalu ketiganya turun dan masuk kedalam rumah. Terlihat jika di sofa ruang tamu sudah ada Tuan Wijaya yang menunggu mereka dengan tatapan datar.
''Dari mana kalian?''
''Sayang ... ah kami habis jalan-jalan, tumben nunggu kita.''
Tuan Wijaya berdiri dari duduknya sambil memasukan kedua tangan di sakunya. ''Sencani tadi kesini dan mengatakan jika kalian menabrak temannya! Apa itu benar?''
Lyla dan Ibunya saling pandang lalu menggeleng, sedangkan Nyonya Ayu langsung tertawa.
''He hehe Pah, apa kamu becanda? Mana mungkin kita menabrak orang dan berleha-hela. Seharusnya jika kita sudah menabrak orang lain, tentu kita berada di kantor polisi bukan?''
''Tapi mana mungkin Sencani berbohong.''
Nyonya Ayu menghela nafasnya lalu mengelus pundak Tuan Wijaya, ''Pah ... dari dulu bukannya Sencani selalu omong kosong? 'Kan sudah aku bilang jangan terlalu tegas sama anak-anak, karna mereka pasti membangkang.''
''Tap--''
''Mungkin Sencani rindu dengan Mu, Pah. Tapi gengsi Sencani terlalu tinggi untuk mengatakan itu.'' Nyonya Ayu yang pandai berbicara, membuat Tuan Wijaya terdiam dan memikirkan hal yang sama.
''Kalau Papah tidak percaya, tanya saja sama Asisten Arga yang sejak tadi siang menemani kita ke Mall.''
''Benar Tuan. Nyonya Ayu mengabari saya jika mobil nya mogok dan dengan senang hati saya sebagai bawahan mengantarkan Nyonya Ayu kemana saja.''
Terlihat Tuan Wijaya mengangguk dan termakan omongan dari kedua manusia yang mencoba untuk mencelakai dia. ''Baiklah, mungkin Sencani merindukan ku tapi dia masih enggan untuk pulang.'' Ucap Tuan Wijaya, yang membuat Nyonya Ayu menghela nafasnya dengan lega.
Asisten Arga pun pamit setelah situasi membaik dan Tuan Wijaya tidak mencurigai kekasihnya itu, begitu pun Lyla dan Nyonya Ayu yang bahagia karna lagi dan lagi Tuan Wijaya tertipu omong kosongnya.
~
~
~
~
Rumah sakit~
Suzi dan Ibu Ratna tengah menunggu Maharaj yang belum sadar. Maha sudah di pindahkan ke ruang inap karna luka yang di dapat Maha tidak terlalu parah.
Suzi menatap keadaan Maha dan merasa kasihan, lalu Suzi menceritakan bagaimana pertemuan pertama kali dengan Maha pada Ibu Ratna.
Ibu Ratna mendengarkan setiap bait kata yang keluar dari mulut Suzi, lalu melirik Maha saat tau jika Maha pernah menolong nyawa anaknya. Pantas saja Sencani begitu khawatir saat Maha mengalami kecelakaan.
Hingga tak berapa lama Sencani datang dengan nafas memburu, ia masuk begitu saja ke dalam ruangan. ''Ma! Bagaimana keadaan Maha?''
Sencani melihat Maharaj yang tidak sadarkan diri, dengan luka yang cukup parah di bagian kepala membuat hati Sencani sedikit terkoyak. Hati Sencani merasakan sakit, dan Sencani pun tidak tau mengapa dirinya merasakan sakit saat melihat Maharaj terluka.
''Maha baik-baik saja ... lukanya pun tidak terlalu parah, jangan khawatir.'' Ujar Suzi.
''Haaah syukurlah, tapi kepalanya bagaimana?''
''Dokter akan memeriksakan lagi ketika dia sadar.''
''Ahhh syukurlah Tuhan.''
Suzi dan Ibu Ratna pergi keluar meninggalkan Sencani berdua dengan Maharaj yang belum sadarkan diri. Sencani duduk di sebelah Maha dan memegang pergelangan tangan Maharaj yang dingin.
Entah naluriah Sencani yang lembut, atau Sencani yang sudah memiliki perasaan pada Maharaj. Sencani mencium punggung tangan Maha dan berdoa dalam hati supaya Maharaj cepat sadar.
''Kau mengkhawatirkan ku?'' tanya Maha yang sudah membuka kedua matanya dan melihat Sencani berada di sisinya.
Sencani menoleh dan tersenyum. ''Kamu sadar! Dokter ...''
''Aku tidak apa-apa, Memangnya kenapa aku?'' tanya Maha yang lupa jika dia baru saja mengalami kecelakaan.
''Kau tertabrak mobil, apa kamu tidak ingat?''
Maha diam memandang kedua bola mata Sencani, dan ajaibnya dari bola mata Sencani ... Maha bisa melihat semua kejadian yang menimpa dirinya termasuk siapa yang menabraknya.
"Ya ampun, bagaimana siluman sepertiku bisa tertabrak mobil? ishhh ... apa gara-gara aku makan terlalu kenyang ya."
''Tidak perlu khawatir, aku tidak apa-apa kok.'' Maha memgang kepalanya dan menyembuhkan luka yang robek di dalam balutan kain yang melingkar di kepalanya.
''Jangan di pegang! Nanti sakit.''
''Apa kau sudah menyukaiku? Kau begitu mengkhawatirkan ku Sencani.''
Sencani melotot dan memukul pundak Maha, ''Si-Siapa yang menyukai mu! Kepedean sekali anda.''
Maha terkekeh melihat wajah Sencani yang bertemu merah. ''Kau cantik dengan pipi merah mu itu.''
''Maha! Jangan menggodaku!'' Bentak Sencani yang sudah tidak kuat bertatap muka dengan Maha.
~
~
~
~
''Apa Dok! Tidak ada luka apapun di kepala Maha?''
''Kok bisa.'' Ucap Suzi dan Sencani secara bersamaan, sesaat dokter sudah memeriksa keadaan Maha. Sencani dan Suzi di panggil ke ruangan sang dokter dan memperlihatkan catatan Maha.
''Itu yang sedang kami pelajari, semalam Pasien terluka parah bahkan hampir terbilang kekurangan darah! Tap-tapi ... kok bisa.'' Sang dokter pun terheran heran.
''Tidak apa-apa dok, mungkin itu satu kelebihan Maha yang selama ini tinggal di hutan. Kalau begitu saya dan teman saya pamit dulu.''
''Baiklah, jika terjadi sesuatu maka hubungi saya.''
Sencani bersalaman dengan sang dokter, lalu keluar ruangan dengan hati bertanya tanya. Sedangkan Maha yang berada di ruanganya, ia sedang di suapi makan oleh Ibu Ratna.
''Sekali lagi, saya sebagai Ibu Sencani sangat berterima kasih sudah menolong Sencani ketika tersesat di hutan.'' Ucap Ibu Ratna penuh dengan ketulusan.
''Jadi ... Ibu adalah Ibu kandungnya Sencani?''
Ibu Ratna mengangguk.
''Apa boleh aku menikah dengan Sencani?
Ibu Ratna yang sedang menyuapi Maha langsung terkekeh, saat Maha berbicara jujur padanya. ''Kau mencintai Anakku?''
''Tentu saja Ibu, aku mencintai Sencani saat pandangan pertama.'' Maha terlihat malu-malu mengatakan nya. ''Sencani adalah wanita yang aku tunggu setelah seribu tahun.''
''Hah?''
''Eh, maksudku Ibu ... aku akan mencintai Sencani walau harus menunggunya selama seribu tahun.'' Maha merutuki kebodohannya karna sudah keceplosan. ''Ibu, apa aku boleh menjadi menantu mu.''
Ibu Ratna tersenyum. ''Tentu saja, jika Sencani menyukai mu. Maka kau boleh menjadi menantu ku.''
Maha tersenyum saat dia berpikir sudah satu langkah naik tangga. Restu Ibu sudah di kantongi, kini tinggal anaknya yang harus dia dapatkan.
•
...🕊🕊🕊...
...LIKE.KOMEN.VOTE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
wiihhh garcep betul si maha keren
2022-12-13
1
Miracle Tree
Aku tuh greget gimana kalo nanti Sencani tahu siapa maha sebenarnya . Gimana ya kira² reaksinya atau justru gak akan tau selamanya??
ih makin penasaran aja aku kak
2022-12-12
0
Ami batam
wkwkwk hikmah di balik kecelakaan langsung dapat restu dari ibu Ratna 😃
2022-12-07
0