Since I Met You•
...🕊🕊🕊...
''Kita akan pulang ke rumah?''
''Tidak, tapi kita akan pulang ke rumah ku yang berada di Jakarta."
''Jakarta?'' tanya Maharaj bingung, ''Jadi yang kemarin kita tinggali bukan rumah mu?''
Sencani menggelengkan kepalanya, ''Bukan ... itu apartemen yang aku sewa. Tapi kita punya masalah sekarang.''
''Apa ada masalah?''
''Tasku ketinggalan.'' Desaah Sencani merasa kecewa, karna kecerobohan dirinya yang meninggalkan tas di dalam pesawat.
''Terus bagaimana?''
Sencani duduk di kursi dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sungguh ... ada rasa gedek dalam hati Sencani, bisa-bisa nya dia khawatir dengan Maha sampai-sampai meninggalkan semua miliknya tanpa dia sadari.
''Ini semua gara-gara kamu!'' cetus Sencani menatap Maharaj dengan sebal.
''Aku?'' tanya Maha menunjuk dirinya dengan bingung.
''Yaaa ... kamu! Kalau bukan karna aku mengkha--- khem! Sudahlah.'' Sencani tidak mau melanjutkan perkataan nya, gengsi nya masih terlalu tinggi untuk mengatakan jika dia mengkhawatirkan Maha.
Sencani pun merogoh satu persatu saku celannya, lalu dia menemukan beberapa lembar uang yang Sencani kira cukup untuk ongkos naik kereta api. Namun sayang, setelah di hitung rupanya uang yang di pegang tidak lah cukup.
"Bagaimana ini?"
Cukup lama berpikir, akhirnya Sencani memutuskan untuk pulang ke Jakarta menggunakan transportasi Bus yang mungkin lebih terjangkau.
''Ayo ikut aku.'' Sencani berdiri dari duduknya.
''Kemana?''
''Kemana saja, asal kita nyampe jakarta.''
Maha hanya manggut-manggut saja, ia tidak perduli Kemana dirinya akan di bawa ... yang penting Sencani harus ada di sampingnya. ''Baiklah.''
Keduanya pun menaiki angkot menuju terminal yang tidak jauh dari lokasi mereka. Setelah sampai, mereka pun segera naik Bus yang akan melaju ke kota Jakarta.
~
~
~
~
~
Bus yang bertuliskan Pmj itu melaju dengan kecepatan sedang, membuat para penumpang sangat nyaman menduduki kursi mereka masing-masing karna supir menyetir tidak ugal-ugalan.
ketika bus akan masuk kedalam tol, sang kenek supir berjalan ke arah penumpang dan di minta ongkos satu persatu. Sedangkan Sencani merasa gugup karna uang yang dia pegang entah cukup atau tidak.
''Ongkos.''
''Ini Pak.'' Sencani memberikan semua uangnya.
''Kurang iki mbak.'' Sang kenek protes.
Sencani tersenyum kuda dan berkata.''Pak, saya boleh numpang ngga. Saya dan teman saya tidak punya uang lagi untuk pulang ke kampung halaman.''
''Carane iku! Yen sampeyan ora duwe dhuwit, aja numpak bis.'' (Gimana sih! Kalau tidak punya uang, nggak usah naik bis)
''Pak, kasihanilah kami yang terlantar ini.'' Sencani mencoba untuk bersikap memelas, namun sayang kenek supir itu tidak bisa di taklukan.
''Nggak bisa Mbak! nanti saya yang nombokin.''
''Seriusan pak, sekali ini aja numpang sampai Jakarta ... nanti kalau sudah sampai saya ganti ongkosnya.''
Sementara Maha hanya diam mendengarkan obrolan antara sencani dan kenek bis yang kukuh.
''Ora, ora! Keluar dari bis saya sekarang juga!'' Usir sang kenek pada Sencani dan Maha.
''Ya Allah pak, jadi nggak bisa nih.''
Sang kenek bis pun mengusir Sencani karna tidak cukup uang, membuat Sencani menggerutu saat di turunkan dengan paksa.
Maha mendesis, mencoba untuk mengancam Kenek supir, namun hasilnya bukan takut malah Maha terkena getok oleh sang Kenek dengan koran.
PLUKK!
...''Aww.''...
''Orang gila!'' Bentak Kenek Supir sambil menutup pintu bis.
Sencani mengerucutkan bibirnya saat bis itu pergi begitu saja. Sencani merasa heran dengan orang-orang jaman sekarang, di mintai tolong dengan ikhlas pun susah apa lagi meminta tolong dengan cuma-cuma.
''Aniaa ... kita di tinggal?''
''Sudahlah ... ayo kita jalan kaki, kita cari pertolongan dari orang yang ikhlas saja.''
Keduanya melangkah secara beriringan, walau Sencani merasa lelah tapi dia tidak pernah menyerah. Dia yakin jika masih ada orang yang baik hati mau menolong mereka.
''Copettt ... copetttt.'' teriak seorang ibu-ibu yang baru mengalami musibah.
Sencani melihat pencopet itu berlari ke arahnya, Sencani pun menyilangkan satu kaki untuk mencegah pencopet itu berlari jauh.
BRUUG!
''Mau ke mana Kau!'' Sencani merebut dompet itu dengan kasar, sedangkan pencopet itu menatap tajam Sencani.
''Awas kalian ya!'' ancam pencopet itu, lalu berlari untuk menghindari masa yang mulai berdatangan.
''Huuu!''
Sencani dan Maha memberikan dompet itu pada ibu-ibu yang mendatanginya.
''Makasih ya nak, kalian mau membantu ibu, di saat semua orang hanya menonton saja.''
''Tidak apa-apa, Ibu.''
Ibu itu terlihat memeriksa dompet, dan mengambil beberapa lembar uang berwarna merah untuk Sencani ... namun Sencani menolak pemberian uang dari ibu itu. Bukan Sencani menolak rezki, tapi Sencani tidak enak apa lagi dia ikhlas menolong tanpa memikirkan imbalan dari orang yang sudah dia tolong. Sencani pun pamit untuk pergi.
''Kenapa menolaknya? kita kan butuh uang.''
''Menolong itu harus ikhlas, Maha. Jika kita ikhlas menolong sesama, maka kebaikan pasti selalu menuntun kita ke jalan yang benar.'' tutur Sencani yang membuat Maha mengangguk-ngangguk.
''Ouhh ... tapi aku kita kita berada di jalan yang salah.''
Sencani menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Maha. ''Maksudmu?''
''Ituuu ...'' tunjuk Maha dengan dagunya, menunjuk pada segerombolan preman yang menunggu Sencani dan Maha.
''Ya Tuhan!'' Sencani kaget bukan main, dia tidak menyangka jika dirinya sudah ada yang menunggu.
''Maha ...''
''Yaaa.''
''Ka-ka-kaaaaabooooorrr.''
Sencani menarik tangan Maha untuk berlari, membuat segerombolan preman itu mengejar Sencani dan Maha.
''Jangan lari kalian!'' Teriak salah satu preman.
Kejar mengejar pun tak ter'elakkan, Sencani masuk kedalam pemukiman pandat penduduk dan menubruk beberapa orang di depannya ... Sencani berteriak meminta maaf sambil berlari. Hingga Sencani melewati beberapa sepeda dan berhenti mendadak, lalu Sencani mengambil sepeda orang lain dan menggoesnya.
''Cepat naik.''
''Hah! Naik di mana?'' Maha bingung, tapi Sencani menariknya untuk duduk di belakang.
''Gitu aja nggak tau!'' Bentak Sencani yang langsung menggoes sepeda itu dengan kecang.
Maha terkejut dan memeluk Sencani dari belakang, sedangkan pencopet itu merampas sepeda anak kecil di depannya dan langsung menaikinya. Membuat anak itu menangis di tempat.
''Pencuriii.'' teriak ibu-ibu meneriaki pencopet itu.
Sencani menggoes dan sesekali melihat kebelakang, namun sialnya Sencani menggoes ke jalan yang salah ... hingga di depannya hanya ada jalan buntu.
''Gawat! Jalan buntu.'' Sencani mencoba untuk memutar balikan sepedanya, namun sayang ... di depan sana para preman tertawa karna Sencani tidak bisa kabur lagi.
''Mau Kemana kalian Hah! Kalian sudah mencampuri urusan anak buahku! Dan kalian harus mengganti kerugian nya.''
''Kami tidak punya uang, Bang.''
''Tidak punya uang tidak apa-apa, bayar dengan tubuhmu mu kami begitu senang.''
''Jangan lancang kalian!'' Bentak Sencani tidak suka.
Para preman itu melangkah ke arah Sencani dan Maha, membuat nyali Sencani langsung menciut dan bersembunyi di balik punggung Maha.
Maha yang melihat Sencani ketakutan, dia pun menatap tajam para preman itu dan membuat kuda-kuda untuk menghajar para pria di depan nya.
''Hiyaaaa ... wacaaaa.'' Maha menirukan gaya Jaki Chan yang pernah dia tonton di dalam televisi.
●
...🕊🕊🕊...
...LIKE.KOMEN.VOTE ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
lanjut teh kuh
2022-12-13
0
Miracle Tree
Semangat akak, aku bawa bunga seunivers buat nyemagatin kakak terluvv kuh🤗🤗
2022-12-05
0
Miracle Tree
cieee, jangan bilang ini udah ada rasa si Sencani🤭
2022-12-05
0