Bab 4 : Pergi

Since I Met You•

🕊🕊🕊

Malam hari ... Sencani dan Suzi tengah fokus melihat televisi yang sering mereka tonton, namun mereka di kejutkan dengan Maharaj yang duduk di tengah-tengah mereka.

“Maha! Kau mengangetkan kami.” Suzi mengelus dadanya dan mendengus sebal. “Di tengah pula.”

Maharaj tidak memperdulikan Sencani dan Suzi, ia fokus dan merasa penasaran dengan layar besar di depannya. Maharaj heran kenapa ada bangsa manusia yang bisa masuk kedalam kotak berukuran kecil.

“Oaahh ... ha ha ha.”

“See, dia bertingkah aneh lagi.” Bisik Suzi, melihat Maharaj meraba tv besar itu dengan rasa penasaran. “Bahkan kau tau, tadi dia tidur di atas meja dengan posisi meringkuk.”

“Sudah biarkan dia, ayo kita tidur di kamar.”

Sencani dan Suzi meninggalkan Maharaj yang sedang mengelus tv besar yang ada di depannya, tanpa kedua wanita itu tau jika Maharaj sedang menyerap tingkah laku dan bahasa yang di gunakan oleh manusia selama ini.

Sedangkan di kamar, Sencani dan Suzi tengah membicarakan rencana untuk besok pagi, yang mana Sencani akan membelikan beberapa baju serta memotong rambut Maharaj agar terlihat rapih.

“Apa kau yakin dia akan baik-baik saja?” Suzi tidak percaya jika Maharaj akan diam dengan televisi nya.

“Kurasa begitu, ayo cepat tidur dan besok kita akan membagi tugas yang sudah kita sepakati.”

“Baiklah, aku akan tunggu besok di bandara. Good night.”

“Humm ...”

Keduanya terlelap tidur, dan tidak terlalu memperdulikan jika Maharaj sedang mengacak-ngacak apartemen yang mereka tinggali. Berlari kesana kemari, bahkan mengacak-ngacak sofa serta makanan yang ada di dalam kulkas.

Menirukan gaya orang yang ada di dalam televisi, hingga Maharaj tidak tidur sama sekali karna asik menonton tv.

~

~

~

~

~

Ke esokan pagi ... cahaya mentari mulai menerangi bumi. Gadis cantik terbangun dari tidurnya dan meregangkan otot-otot yang pegal.

“Aaahhhh ... selamat pagi dunia tipu-tipu.” Cicit Sencani, lalu turun dari ranjang dan masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci muka.

Setelah selesai, Sencani berjalan ke arah pintu dan membuka pintu kamar untuk membuat sarapan.

Namun hal yang tidak terduga terjadi, ketika netra matanya melihat jika ruang tamu yang tadinya rapih kini terlihat seperti kapal pecah.

“Aaahhhh ...” Teriak Sencani, menggema di dalam apartemen, yang mana teriakan nya berhasil membangunkan Suzi yang masih terlelap tidur.

“Ada apa?” Tanya Suzi berlari ke arah Sencani.

“Lihatlah.” Tunjuk Sencani, yang mana membuat Suzi sama terkejutnya.

“MAHAAAA ...”

GUBRAK!!

Maharaj yang sedang tidur di senderan sofa langsung terjatuh mendengar teriakan dari dua wanita yang sedang menahan kekesalan nya.

Maharaj membuka kedua matanya, “Apa yang terjadi?” tanya Maharaj yang sudah bisa bahasa manusia.

Sencani dan Suzi saling pandang, lalu berlari menghampiri Maharaj yang berbicara.

“Kau bisa bicara?”

“Ya Tuhan sejak kapan, manusia purba seperti mu bisa berbicara.”

“Entahlah.”

Sencani dan Suzi langsung muram dan menjewer telinga Maharaj.

“KAU APAKAN APARTEMENT KAMI HAH!”

Maharaj yang sudah mengerti jika kedua wanita yang sedang menjewernya tengah marah padanya ia pun berkata.

“Ma-maaf.” Ucap Maharaj dengan nada polos, yang mana membuat kedua wanita itu luluh dan tidak bisa memarahinya.

Mau tidak mau, malas tidak malas ... Sencani dan Suzi pun membereskan kekacauan di apartemen mereka, sebelum keduanya pergi.

Siang hari, di mana Sencani dan Suzi sudah membereskan semua barang-barangnya ... Sencani membawa Maharaj ke salah satu mall terbesar di daerah Jawa. Walau butuh perjuangan extra agar Maharaj mau, tapi Sencani sudah memiliki cara supaya Maharaj menurut padanya.

Dan aneh nya ... maharaj bisa berbicara sekarang, kenapa waktu Sencani bertemu Maharaj tidak berbicara sepatah kata pun seperti orang purba yang hanya bisa berkata hu-hu-ha-ha saja.

“Ayolah, nanti aku beri makanan.”

“Janji?”

“Yaaa ... janji, kau mau makan apa memangnya?”

“Apa saja, ayam mentah pun aku makan.”

Sencani menyengir dan menggelengkan kepalanya, “Apa kau sesusah itu? Berapa lama kau tinggal di hutan?”

“Entahlah, mungkin sejak kecil.” Ucap Maharaj sambil melihat kanan kiri.

Ia begitu terkesima melihat isi yang ada di dalam gedung ini, melihat orang berlalu lalang dengan santai sambil melihatnya dengan aneh.

Maharaj sedikit berlari saat dia merasa tertinggal oleh Sencani.

“Maha, cepatlah kemari.” Ajak Sencani, yang sudah menaiki eskalator.

Sementara Maharaj yang tidak tau cara menaiki eskalator langsung memeluk bak sampah di samping eskalator yang membuat Sencani menepuk jidatnya.

Sedangkan orang-orang tertawa melihat tingkah laku Maharaj yang aneh di zaman Metro politan ini.

“Ya ampun, aku lupa dia manusia purba.” Sencani turun menghampiri Maha yang masih ketakutan.

Sencani dengan perlahan mengajari Maharaj untuk bisa menaiki tangga eskalator dengan benar, hingga beberapa kali gagal dalam ketakutan ... akhirnya Maharaj bisa naik walau sedikit takut.

Sencani masuk ke salon dan meminta pegawai salon untuk merubah penampilan Maharaj yang acak-acakan.

''Cucok meong Sissss, dimana yey dapatkan letong setampan ini.''

''Tidak usah banyak tanya, kerjakan dengan baik.''

''Sudah tugas ai.''

Pegawai yang lemah gemulai itu mulai memotong rambut panjang Maharaj dengan potongan rambut jaman sekarang, yang mana membuat Maharaj terlihat jauh lebih tampan di bandingkan sebelumnya.

“Kau tau caranya memakai baju bukan?”

Maha mengangguk dan mengambil baju yang di berikan oleh pegawai salon. Maha mencobanya satu Steel dan ternyata cocok dengan bentuk tubuhnya yang atletis serta berdada bidang lebar.

Maharaj keluar dari ruang ganti. “Apa ini cocok?” tanya Maharaj pada Sencani yang sedang membaca koran.

Sencani yang melihat itu sedikit terkesima melihat Maharaj memakai kemeja sampai siku dan celana panjang yang cocok dengan tubuhnya.

“Kok bisa tampan yaa ...” Gumam Sencani, langsung menggelengkan kepalanya.

“Ayo kita bayar sekaligus baju yang lainnya.”

Sencani membayar semua tangihan dan mengajak Maharaj untuk makan di Restoran cepat saji. Sencani menyuruh Maharaj untuk duduk di kursi, sedangkan dirinya akan memesan makanan untuk Maharaj.

Sencani yang sedang mengantri, ia melihat sejenak Maharaj yang polos tengah duduk rapih di meja. Ada hati tak tega meninggalkan dirinya sendirian, tapi dia tidak punya pilihan lain.

“Ini ... makanlah.”

“Kamu tidak makan?” tanya Maharaj, menatap Sencani dengan mata polosnya.

Sencani menggeleng, ‘’Aku masih kenyang.”

Maharaj mengangguk dan memakan makanan yang sudah di pesankan oleh Sencani, hingga tak berapa lama Sencani pamit untuk pergi ke toilet.

“Aku pergi dulu sebentar yaa.''

''Pergi ke mana?''

''Toilet.''

Maharaj mengangguk, lalu memakan kembali ayam di depan matanya. Sedangkan Sencani pergi, namun sebelum pergi ... Sencani menoleh ke belakang, di mana Maharaj tengah melambaikan tangannya sambil tersenyum.

Sencani pergi tanpa menoleh kebelakang lagi, meninggalkan Maharaj untuk selamanya.

“Ma’afkan aku.” Lirih Sencani berlari keluar dari mall dan masuk kedalam taksi untuk pergi ke bandara, di mana Suzi sudah menunggu dirinya untuk pulang ke Jakarta.

🕊🕊🕊

LIKE.KOMEN.VOTE

Terpopuler

Comments

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

teganya dirimu sincani

2022-12-13

1

Miracle Tree

Miracle Tree

next kakaka ku. maafin aku yg baru mampir🥰

2022-12-04

1

Miracle Tree

Miracle Tree

Bagaimana pun kamu ninggalin, doi pasti bakalan bisa nemuin. secara dia kan sakti🤭

2022-12-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!