Happy Reading....
.
.
.
"Mommy selalu berharap agar kau menjadi gadis yang paling bahagia di dunia, tapi untuk mencapai kebahagiaan itu kau harus melewati berbagai rintangan. Maaf ya."
"Kau adalah alasan ku untuk terus hidup, putri ku yang manis."
"Aku harap kau tidak mirip dengan ayah mu yang bajingan itu."
Gadis kecil itu menatap seorang pria yang usianya sekitar 20 tahun, pria itu juga menatapnya dengan dingin.
"Kenapa?! Sudah ku bilang mommy tidak bersalah!" Jeritnya marah. Air mata terus mengalir dengan deras di wajah cantik itu.
"Maaf, aku hanya menjalani perintah. Kalau kau memang membenci ku, jadilah kuat dan balaskan dendam mu."
Ia mematung mendengar ucapan pria itu.
||•||•||
"Hay nak."
Gadis kecil itu menoleh, menatap seorang wanita yang menurutnya sangat cantik itu.
"Apa kau mau bermain dengan ku sebentar?"
"Kau siapa?" Wanita itu tidak menjawab, ia hanya tersenyum dan mengikuti gadis kecil itu bermain dengan riang.
||•||•||
"Kak, a-apa k-kau bahagia? Apa kau bahagia setelah balas dendam seperti ini?" Wanita yang tengah memeluk seorang anak kecil dengan tubuh berlumuran darah itu tersenyum manis, ia menggenggam tangan kakaknya.
"Tidak apa... A-aku tidak pe-pernah sekalipun membenci mu, bagi ku... Kau adalah kakak ya-yang terbaik... Uhuk..." Wanita itu menutup matanya, namun ada satu kalimat lagi yang ia ucapkan. "Ma-maaf, harusnya a-aku ti-dak pergi begitu saja."
Apa dirinya bahagia setelah balas dendam? Itu sebuah pertanyaan atau sebuah ejekan?
||•||•||
"Sudah ku bilang, aku menikahi mu hanya untuk mempertahankan perusahaan dan kau menikahi ku agar aku bisa menjadi sumber informasi mu. Kita saling menguntungkan jadi jangan pernah mengharapkan cinta dari ku."
"Bagaimana bisa ada wanita sekejam diri mu? Sejujurnya menikahi mu adalah mimpi terburuk ku."
"Aku tidak akan pernah bisa mencintaimu mu."
"Lebih baik aku mati daripada harus mencintai wanita lain."
Wanita itu begitu naif mengharapkan cinta dari seorang pria yang jelas-jelas membenci dirinya. Alasan pria itu membenci dirinya sederhana, ia benci karena harus berpisah dari istri tercintanya.
Tapi apakah itu salahnya? Bukankah ia sendiri yang menerima tawaran ini? Dirinya sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik agar pria itu mencintainya, ia bahkan rela mengasuh anak-anaknya yang masih kecil. Tapi apakah ini balasannya?
Wanita itu berharap jika suatu hari nanti suaminya bisa mencintai dirinya.
||•||•||
Breaking news.
Kecelakaan pesawat yang terjadi malam ini menewaskan seluruh penumpang. Berikut adalah nama-nama korban yang telah tewas.
Prank. Wanita itu dengan spontan menjatuhkan gelas wine yang ia pegang. Ia menangis namun bibirnya mengukir sebuah senyum sinis.
"Ternyata memang benar ya, kau lebih memilih mati daripada bersama ku." Ia menangis namun juga tertawa.
||•||•||
"Nona, tidak ada yang mencintai anda."
"Nona hanyalah gadis yang membunuh orangtuanya."
"Bagaimana bisa Tuan Daniel membiarkan pembunuh berkeliaran disekitar sini?!"
||•||•||
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya pria bersurai biru itu seraya menatap sang gadis kecil.
"Kak, aku hanya ingin-"
"Pergilah, aku tidak ingin melihat wajah mu." Ujarnya dengan dingin.
||•||•||
Bruk. Ben mendorong Bianca kecil dengan cukup keras hingga terjatuh dan membuat kakinya terluka.
"KAU YANG MEMBUAT MAMA PAPA MENINGGAL, AKU TIDAK PUNYA KAKAK KEMBAR SEPERTI DIRI MU!" Ben meronta-ronta digenggaman para pengasuhnya. Bianca yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa menangis.
Bukan dirinya yang membunuh kedua orangtuanya, bukan dirinya yang menginginkan mereka mati. Tapi kalau seandainya Bianca lebih kuat bukankah ia bisa menolong kedua orangtuanya?
Kalau saja Bianca tidak bermain dengan wanita itu, bukankah mama dan papa nya masih akan tetap hidup?
||•||•||
"Permen ini akan membantu nona untuk hidup lebih baik, permen ini akan menenangkan nona. Tidakkah nona percaya pada saya?" Orang itu tersenyum penuh makna tapi Bianca kecil juga tidak bisa menolak.
||•||•||
"A-apa yang sedang kalian lakukan?" Bianca menatap beberapa pelayan pria yang tiba-tiba sudah berada dikamarnya dengan wajah penuh ketakutan.
"Tidak akan ada yang bisa menolong nona, nona kan di benci oleh semua orang."
"Anggap saja ini hukuman karena nona sudah membunuh kedua orangtua nona."
"Tubuh nona sangat indah jadi bukankah sayang untuk dilewatkan."
Para pelayan itu tertawa keras mengabaikan jeritan ketakutan dan kesakitan Bianca. Bagi Bianca semuanya sudah berakhir sekarang. Tapi apakah ini memang hukuman karena Bianca sudah membunuh kedua orangtuanya?
||•||•||
Bianca menangis histeris didalam kamarnya. Ia sudah sangat lelah, ia benar-benar lelah sekarang. Ia tidak tau apa yang harus dirinya lakukan.
Bianca membenci dirinya sendiri, ia merasa jijik, hina dan kotor. Bagaimana bisa Bianca berhadapan dengan keluarganya sekarang.
Tapi tunggu! Apa mereka menganggap dirinya sebagai keluarga? Bukankah mereka selalu mengabaikan Bianca?
Bianca tidak punya siapa pun lagi sekarang, Bianca sendirian.
"Ku mohon, ambil saja jiwa ku... Biarkan aku bersama mama dan papa ku." Bianca berlutut dan memohon tepat saat bintang jatuh.
Setelah ia berbicara seperti itu, Bianca membuka lemari yang terletak dimeja samping ranjangnya, ia mengambil botol kecil yang berisi beberapa obat.
Bianca menenggak obat-obatan itu begitu saja bahkan Bianca tidak minum. Setelah itu ia memutuskan untuk berbaring dilantai dan memejamkan matanya. Bianca berharap semuanya akan berakhir pada saat ini juga.
...***...
Bianca membuka kedua matanya, ia terbangun dari tidurnya. Wajahnya basah karena air mata yang terus mengalir.
Lagi-lagi ia memimpikan masa lalunya, tapi kali ini mimpi itu tergabung dengan ingatan Bianca yang asli.
Secara tidak langsung dirinya lah yang menyebabkan keponakannya mengalami semua penderitaan itu.
Tapi apa tujuannya mimpi itu diperlihatkan kepadanya? Tapi mimpi itu membuat dirinya menyadari kalau ini bukalah kehidupan miliknya, kehidupannya sudah berakhir saat dirinya memutuskan untuk bunuh diri.
Ia hanya mengambil kehidupan orang lain dan merubah kehidupan ini seenaknya. Benar dirinya sangat menyesal karena telah melakukan balas dendam itu.
Apa ia bahagia setelah melakukan balas dendam? Tidak. Ia sama sekali tidak bahagia, justru dirinya semakin menderita. Tapi apa yang salah? Memangnya salah jika ia ingin membalas semua perbuatan orang-orang itu?
Tapi perbuatannya justru menghancurkan kehidupan keponakan yang tidak tau apapun.
"Kalau begitu apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mati lagi?" Ia menangis dalam diam. Sungguh ia juga tidak ingin seperti ini. Dirinya hanya ingin bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments