Innefabel {END}
Happy reading...
.
.
.
New York, Amerika.
01.00 Am.
Breaking news.
Wanita berusia 35 tahun ditemukan tewas. Diduga ia bunuh diri dengan meminum racun.
Berita yang menjadi trending topik utama di New York karena lokasi bunuh diri itu terjadi di sebuah Hotel ternama di seluruh dunia. Turis-turis yang berkunjung ke New York pasti akan menginap di hotel itu karena pelayanan dan tempatnya yang bagus.
...Beberapa Jam Sebelumnya....
Wanita berambut panjang yang terlihat tidak terurus itu memainkan gelas wine yang ada ditangannya.
Prank. Lagi-lagi wanita itu membanting gelas yang tidak bersalah hanya untuk melampiaskan emosinya.
Sudah lebih dari 10 hari ia tidak keluar dari kamar hotel, yang ia lakukan hanya meminum alkohol tanpa makan ataupun minum air putih.
"BRENGSEK!! AKU SUDAH MELAKUKAN SEMUANYA TAPI KENAPA MASIH GAGAL?!" Ia marah dan mulai membanting semua yang ada disekitarnya.
Beruntung kamar ini adalah kamar VIP yang kedap suara jadi para tetangga tidak akan terganggu dengan keributan yang ia buat, sekalipun terganggu ia tidak akan peduli.
Setelah puas mengamuk wanita itu mulai menangis lagi, siapapun yang melihatnya sudah pasti berpikir jika ia gila.
"Dari mana salahnya?" Ia bergumam dengan tatapan kosong.
Ia sudah membunuh seluruh keluarganya sebelum mengambil alih perusahaan, ia tidak sedih pada kematian keluarganya karena tidak ada satupun keluarga yang peduli padanya, suami yang ia cintai melarikan diri dengan selingkuhannya dan tewas setelah mengalami kecelakaan pesawat, anak yang ia kandung keguguran karena terlalu stress.
Kenapa semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencananya? Padahal wanita itu hanya ingin membalas semua perbuatan yang pernah dilakukan orang-orang pada dirinya, tapi kenapa malah dirinya yang tersiksa? Apa yang salah?
Wanita itu berjalan dengan langkah gontai ke arah lemari yang terletak di samping ranjangnya. Ia membuka lemari itu dan mengambil sebotol kecil cairan berwarna merah.
Ia membuka tutup botol itu dan menatap keluar jendela.
"Ibu pernah bilang jika ada bintang jatuh aku harus membuat permohonan." Ujarnya seraya menatap bintang yang baru saja jatuh. "Kalau begitu, biarkan aku mengubah semuanya, aku juga ingin bahagia."
Itu adalah ucapan terakhirnya sebelum ia menenggak cairan itu, kemudian ia terjatuh dengan mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.
...🌸...
New York, Amerika.
01.00 Am.
Di Mansion.
...Sebulan setelah kemunculan berita utama....
JEDER. Hujan deras yang disertai dengan petir membasahi kota New York, seorang gadis berusia 16 tahun terbangun karena terkejut dengan suara petir itu.
"Ah, bikin kaget saja." Ujarnya. Namun seolah baru teringat sesuatu gadis itu menatap sekelilingnya.
Ia tampak bingung, seharusnya ia berada di hotel tapi tempat yang ia singgahi sekarang jelas-jelas bukan hotel yang ia tempati, apalagi kamar hotel yang ia tempati sudah kacau balau karena perbuatannya kemarin.
Sing. Kepalanya mendadak sakit, telinganya berdenging. Ingatan-ingatan yang bukan miliknya mendadak memasuki kepalanya.
'Apa yang terjadi?'
Begitu sakit kepalanya mereda, ia melompat turun dan menatap kearah cermin besar yang berada dikamar itu.
Wajah gadis ini tidak asing, ia seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi dimana ya? Ia tampak berpikir sambil melihat sekelilingnya.
Tak lama matanya terpaku pada sebuah lambang yang ada di atap kamarnya, lambang kupu-kupu berwarna merah dengan corak emas.
'Butterflies.'
Gadis itu menganga terkejut. "GILA YA?! MASA AKU MERASUKI TUBUH KEPONAKAN KU SENDIRI?!"
Butterflies adalah nama sekelompok mafia yang dipimpin oleh adik iparnya, adik perempuannya yang seorang pengusaha menikah dengan ketua mafia. Namun mereka telah tewas dibunuh 10 tahun yang lalu.
Pelakunya adalah dirinya sendiri. Selaku keluarga dari pihak wanita.
'Setidaknya aku menyisihkan anak-anaknya untuk hidup.' ia menganggukkan kepalanya seolah apa yang ia lakukan sudah benar.
Brak. Pintu terbuka lebar, seorang pria tinggi datang dan berlutut dihadapan gadis itu.
"Bianca, aku tidak sengaja lewat dan mendengar suara teriakan mu, apa kau baik-baik saja?" Tanyanya khawatir.
Ah, Steve Pheonix Siegfried. Kakak kedua Bianca.
"Aku hanya terkejut karena petir."
"Kau berisik, mengganggu waktu tidur ku." Ujar seorang pria yang baru saja datang dengan membawa guling.
Adik kembar Bianca, Benvolio Siegfried.
"Ben, kakak mu ketakutan harusnya kau menghibur Bianca dengan baik." Oceh Steve.
"Kalau sudah selesai cepat kembali tidur, aku ada banyak pekerjaan besok."
Itu adalah si sulung, Deniel Apollo Siegfried.
Berdasarkan ingatan Bianca, ia tidak begitu akur dengan saudara-saudaranya, hanya Steve yang benar-benar memperhatikan dirinya. Tapi Bianca selalu menolak perhatian Steve karena ia iri dengan perhatian yang Ben dapatkan dari Daniel, karena itu Bianca mengejar perhatian Daniel namun tidak berhasil karena ada kemungkinan jika Daniel membencinya.
'Kenapa anak kedua sikapnya lebih dewasa daripada anak pertama?'
"Bianca, kalau kau takut sebaiknya kita tidur bersama saja?" Ujar Steve.
"Aku baik-baik saja terimakasih."
Steve tampak kecewa. "Begitu ya, kalau begitu selamat tidur." Steve mengelus surai lembut Bianca dan keluar dari kamar.
'Bagaimana dengan hidup ku sekarang?'
Hallo guys... setelah sekian purnama akhirnya choco kembali dengan cerita baru😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments